“BAGAIMANA HAL ITU BISA TERJADI?!!!!!” Liev yang sedang mengendarai mobilnya harus melepaskan wireless earbuds yang dioasang di telinganya saat sang ayah berteriak. Bagaimana Leon tidak marah ketika salah satu anaknya dengan mudahnya diculik. Padahal dia sudah menyuruh Liev dan Karl untuk menjaga Evelina. Tapi pada akhirnya putrinya berhasil diculik. Liev memasang kembali wireless earbuds di telinganya. “Maafkan aku, Dad. Ini salahku tidak bisa menjaga Evelina dengan baik. Tadi aku ada urusan. Karena itu aku tidak bisa menjaga Evelina. Tapi aku sudah sudah menyuruh Karl untuk menjaganya. Aleksey mengatakan jika Karl juga memiliki urusan sehingga dia pergi. Dan sampai sekarang Karl tidak bisa dihubungi. Aku juga sudah mencoba menghubunginya, tapi juga tidak diangkat.” “Tidak bisa dihubungi? Apakah hal buruk juga terjadi pada Karl?” curiga Leon. “Aku tidak tahu, Dad. Aku akan mencari tahu setelah menemukan Evelina. Karena aku sudah memasang alat pelacak di jam tangan yang dipakai o
Liev menghentikan mobilnya saat mendekati lokasi di mana Evelina disekap. Dia sengaja memarkirkan mobilnya di tempat yang tidak terlihat dari jalanan. Dia mematikan mesin mobil dan bergegas keluar. Setelah keluar dari mobil, Liev melihat sekelilingnya. Dia mencari tepatnya di mana lokasi Evelina berada. Laki-laki itu melangkah menyusuri pepohonan. Karena langit sudah gelap sehingga tidak ada penerangan di sekitarnya sehingga Liev harus berhati-hati melangkah.Tiba-tiba terdengar suara mobil melintas di jalan. Liev berhenti melangkah dan menyembunyikan dirinya di balik pohon besar. Dia mengamati mobil itu berjalan melambat menuju sebuah rumah kayu yang tidak jauh dari Liev. Laki-laki itu bisa melihat mobil itu berhenti di depan rumah kayu itu. Lalu ada dua orang pria berjalan menghampiri mobil yang terparkir itu. Karena sudah malam dan penerangan di rumah itu tidak terang sehingga Liev tidak bisa melihat jelas siapa mereka. Lalu seseorang turun dari mobil. Jika melihat postur tubuh pri
Dengan tekad untuk menyelamatkan adiknya, Liev menggunakan kakinya untuk menendang tangan pria yang membawa pistol. Meskipun berhasil menghindarkan tembakan itu mengenai kepalanya, tapi peluru itu tetap mengenai lengan Liev. Membuat pria itu mengerang merasakan sakit sekaligus panas menyerang lengannya. Pria yang menembak Liev tersenyum sinis. “Dasar keras kepala. Sekarang aku benar-benar akan mengakhiri nyawamu.”Pria itu kembali mengarahkan pistol itu ke arah Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman puas karena sebentar lagi dia akan melenyapkan pegganggu. Jari telunjuk pria itu menarik pelatuknya. Hingga suara tembakan kembali terdengar. Namun bukan Liev yang meregang nyawa, melainkan pria yang memegang pistol. Dahi pria itu berlubang dan mengeluarkan darah. Kemudian tubuhnya terjatuh ke tanah. Pria yang lain menoleh untuk melihat siapa yang sudah menyerang temannya. Saat itulah dia bisa melihat Leon mengarahkan pistol ke arahnya. Di belakang pria itu ada Natasha, Ivan dan juga ora
Leon memukul lengan kursi rodanya dengan kesal. Karena dia tidak bisa berjalan membuat pria itu merasa tidak berguna karena tidak bisa menyelamatkan istrinya. Kemudian tatapan Leon tertuju pada Ivan yang berlari menghampirinya. “Ada apa, Ivan? Di mana Natasha?” tanya Leon panik.Ivan tampak berat mengatakannya. “Sepertinya pria brengsek itu sudah mempersiapkan rencananya dengan baik, Leon. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter di belakang rumah ini. Sekarang aku kehilangan jejaknya. Tapi tenanglah, aku pasti akan menemukan istrimu.”“Aku pergi bersamamu.” Ucap Leon hendak menggerakkan kursi rodanya.Ivan menggelengkan kepalanya. “Aku pikir itu bukan ide bagus, Leon.”“Apakah karena aku duduk di kursi roda sehingga menghambatmu mencari keberadaan Natasha, Ivan?”Lagi-lagi Ivan menggelengkan kepalanya. “Tidak, Leon. Alasan aku tidak mengijinkanmu ikut adalah kamu saat ini sedang diliputi amarah yang bisa mengacaukan pencarian. Karena itu percayakan masalah ini padaku. Kamu tahu benar
Pavel berdiri di samping ranjang di mana Moritz berbaring masih belum sadarkan diri. Tatapan laki-laki itu tampak begitu sedih melihat kondisi sang adik. Sejak kecil, Pavel selalu menjadi malaikat penjaga bagi Moritz. Pavel sangat menyayangi sang adik sehingga tidak ingin siapapun menyakitinya. Karena itu ketika mendengar ada seseorang yang melukai sang adik Pavel tidak bisa menahan diri untuk tidak membalaskan dendam.Pavel menghampiri ranjang sang adik. Berhenti ketika pahanya menabrak ujung ranjang. Kemudian tangannya terulur untuk menyentuh tangan Moritz, menggenggam tangan sang adik dengan begitu posesif. Tangan sang adik lebih dingin dari biasanya. Membuat Pavel mengkhawatirkan sang adik.“Aku sudah membalas perbuatan si brengsek Matvey itu, Moritz. Karena itu tidak bisakah kamu membuka matamu, Brother? Aku pikir kamu akan senang jika mendengar aku berhasil membuat si brengsek Matvey itu mendapatkan balasaannya.” Dengan satu tangannya yang lain, Pavel mengusap matanya. Dia tida
Svetlana mengamati ponselnya berkali-kali. Pasalnya setelah mengirim pesan beberapa kali kepada Ares, laki-laki itu tidak kunjung membalas. Bahkan pesan dari gadis itu sama sekali belum dibaca.“Ada apa dengan, Ares?” gumam Svetlana cemas.“Sepertinya dari tadi kamu melihat ponselmu terus, Lana. Apakah kamu sedang ada janji dengan seseorang?” Suara Irina mengalihkan perhatian Svetlana yang sedang membersihkan meja.Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bos. Aku tidak memiliki janji dengan seseorang.”“Tapi kamu kelihatan sedang mencemaskan sesuatu, Lana.”Svetlana tampak terkejut mendengar ucapan bosnya. “Apakah terlihat begitu jelas, Bos?”Irina terkekeh geli melihat ekspresi Svetlana. “Sangat jelas. Bahkan seperti tertulis di wajahmu. Jadi siapa yang kamu cemaskan? Apakah kekasih dalam game-mu?”Seketika rona merah menjalari pipi wanita itu. “Sepertinya aku tidak menutupi apapun darimu, Bos.”“Karena kamu terlalu polos, Lana. Jadi apa yang terjadi dengan kekasihmu?”Svetlana me
"Kematian yang aku maksud bukan hanya tentang kematianmu saja. Tapi juga termasuk kematian adikmu. Apakah kamu masih berani menerima hukumanmu, Pavel?"Seketika tubuh Pavel menegang mendengar ucapan Leon. Sebelumnya laki-laki itu sama sekali tidak takut dengan apa yang akan menimpa dirinya. Tapi ketika Leon menyinggung soal adiknya, seketika Pavel menjadi ketakutan. "Aku yang melukai Karl. Untuk apa kamu membawa adikku?" tanya Pavel menahan amarahnya.Leon tersenyum sinis berhasil membuat Pavel ketakutan. "Karena adikmu adalah penyebab kamu melukai putraku. Tentu saja dia juga perlu dibunuh."Pavel menggelengkan kepalanya. "Tidak. Jangan sakiti Moritz. Dia tidak sama sekali tidak salah.”“Sayangnya dia akan tetap menjadi masalah jika dia tetap hidup. Jika dia tahu alasan kamu dibunuh adalah karena Karl, maka dia hanya akan menjadi masalah besar untuk putraku. Jadi lebih baik melenyapkan kalian berdua.” Ucap Leon dengan nada serius. Dia tidak akan membiarkan putranya kembali terluka o
Tenanglah, Natasha. Jangan takut. Kamu bukanlah gadis muda yang tidak melawan. Kamu hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melawan. Natasha terus mengatakan kalimat-kalimat itu untuk menenangkan dirinya. Saat ini wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan gaun pendek yang dipilihkan oleh Sergei. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria gila itu. Tapi yang pasti Natasha harus merencanakan untuk melarikan diri dari tempat ini.Lalu tatapan Natasha tertuju pada tubuh Ivan yang masih tergeletak di atas lantai. Ingin sekali wanita itu mengecek apakah anak buah Leon itu masih hidup atau tidak. Rasanya berat meninggalkan Ivan di tempat ini. Karena Natasha sudah mengenal pria itu dengan baik."Sudah kuduga kamu tampak sangat menakjubkan mengenakan pakaian itu, Barbie Natasha ku."Suara Sergei membuat tubuh Natasha menegang. Bahkan dia tidak berani bergerak sedikit saja. Seakan Sergei akan memukulnya jika dia bergerak. Dia bisa melihat Sergei berjalan menghampiri Natasha. Dari