Zoya mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Dia merasa pegal setelah duduk di depan komputer selama berjam-jam. Kemudian tatapannya tertuju pada jendela ruang dosen yang tampak sudah gelap.
“Sial. Aku lupa dengan waktu lagi. Aku harus segera pulang.” Gumam wanita itu.
Zoya bergegas mematikan komputernya dan segera membereskan barang-barangnya. Hari ini sang adik tidak bisa menjemputnya karena memiliki acara bersama teman-temannya. Beruntung rumah baru Zoya tidak jauh dari kampus.
Setelah selesai membereskan barang-barangnya, dia bergegas keluar. Baru beberapa langkah keluar dari ruang dosen, Zoya pun berhenti. Ingatannya akan kejadian kemarin membuat tubuhnya menegang. Gara-gara kejadian kemarin, Zoya harus dihantui dengan kehadiran Liev. Bahkan tidak hanya ciuman yang diberikan o
Tubuh seorang pria yang ditangkap oleh Valdo bergulis di atas lantai dan berhenti tepat di depan kursi roda Leon. Tatapan mata Leon tertuju pada pria yang sudah babak belur dipukuli oleh anak buahnya.Pria yang kedua tangannya diikat itu langsung mendongak dan menatap Leon. “Jangan bunuh aku, Tuan. Tolong lepaskan aku.”Leon mengulurkan tangannya sehingga Valdo memberikan tongkat kayu panjang kepada pria itu. Leon menggunakan tongkat itu untuk menyentuh dahi pria itu.“Aku akan memberimu kesempatan hidup asalkan kamu memberitahuku siapa yang menyuruhmu membuntuti putriku dan apa tujuanmu.” Leon melepaskan tongkat itu dan memberikan kesempatan untuk pria itu berbicara.“Sergei yang menyuruhku. Dia membayarku untuk memata-matai gad
Di ruang kerja Leon, pria itu berhadapan dengan putra sulungnya yang siap menerima pelajaran ciuman ala pria dewasa. Leon tidak pernah memberikan pelajaran seperti ini. Bahkan dulu saat dia masih remaja, Leon tidak pernah diajari ayahnya hal tentang berciuman. Leon hanya mempelajarinya sendiri dan juga terkadang melihatnya dari video dewasa yang terkadang ditontonnya. Karena itu sebenarnya Leon tidak tahu bagaimana cara mengajari putranya tentang ciuman ala pria dewasa. “Nak, aku tidak tahu apakah pelajaranku ini benar atau tidak. Karena aku mengetahui tentang ciuman dengan mempelajarinya sendiri. Aku tidak tahu apakah hal ini sesuai dengan standar wanita yang kamu sukai.” Liev menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak maslaah, Dad. Aku juga akan menelitinya lebih dalam lagi setelah mendengar pelajaran darimu.” Leon
Aleksey menyisir rambutnya sembari bersiul. Hari ini berbeda dari biasanya, Aleskey tampak sangat memperhatikan penampilannya. Tangannya menyentuh kacamata baru yang dibelikan oleh Evelina. Seketika bibirnya menyunggingkan senyuman.“Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu sangat senang, Tuan muda.” Ucap Viktor berjalan masuk membawakan sarapan untuk Aleskey.Aleksey menoleh ke arah pelayan yang selalu menjaganya. “Viktor, bolehkah aku bertanya sesuatu?”Pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap sang tuan muda. “Tentu saja, Tuan muda. Apa yang ingin kamu tanyakan?”“Jika ada seorang gadis mengatakan jika dia menyukaiku berkali-kali apakah menurutmu dia memang menyukaiku? Maksudku dengan penampilanku yang sekarang seperti babi gendut
Svetlana memandang kotak biskuit di atas pangkuannya. Dadanya berdebar-debar karena ingin memberikan kotak biskuit itu. Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah dengan menitipkan kotak biskuit itu kepada Evelina. Karena bagi Svetlana, Evelina jauh lebih mudah didekati dibandingkan saudaranya. “Apakah kotak itu untuk Karl?” Suara itu membuat Svetlana terlonjak kaget. Dia mengelus dadanya yang berdebar kencang karena terkejut. Kemudian dia menoleh dan mendapati Evelina sudah duduk di sampingnya dengan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Habisnya kamu terlalu fokus pada kotak itu sehingga tidak sadar aku sudah di sampingmu.” Sesal Evelina melihat reaksi Svetlana. “Tidak apa-apa.” Svetlana menggeleng-gelengkan
Karl membuka pintu ruang kelas. Padahal dia yang berangkat lebih dahulu tapi harus datang terakhir di kelas. Jika bukan karena beberapa mahasiswa yang mencari masalah dengannya, Karl sudah bisa masuk ruang kelas sejak tadi."Karl, kemarilah!" Seru Evelina melambaikan tangannya.Akhirnya laki-laki yang saat ini mengenakan kaos hitam dengan jaket putih bergaris hitam di lengannya itu berjalan menghampiri Evelina. Saat melangkah, Karl menoleh ke arah Svetlana yang sedang memandangnya. Tatapan mata mereka bertemu namun detik berikutnya Svetlana langsung menunduk sehingga kontak mata mereka terputus.Karl sampai di kursi yang ada di samping Evelina. Kemudian tatapan Karl tertuju pada Aleksey yang serius mendengarkan penjelasan dosen. Lalu dia menol
“Apakah Mrs. Pegova tidak masuk hari ini?” tanya Liev yang datang ke ruang dosen dan tidak melihat keberadaan Zoya di ruangan itu.Seorang dosen pria menatap kursi yang biasa ditempati oleh Zoya. Kemudian tatapan pria itu kembali tertuju pada Liev. “Tadi Mrs. Pegova masuk. Tapi karena melihat wajahnya yang pucat dan badannya pun panas, kami menyuruhnya untuk pulang.”“Mrs. Pegova sakit?” Liev tampak terkejut mendengar ucapan pria itu.“Apakah kamu punya urusan penting dengannya, Liev?”Liev menganggukkan kepalanya. “Ya, Mr. Brown. Saya harus mengumpulkan tugas. Mrs. Pegova mengatakan saya harus mengumpulkan paling lambat hari ini. Apakah bisa memberitahu di mana rumahnya, Mr. Brown? Aku akan mengunjungi Mrs. Pegova di rumahnya.”“Ah, baiklah. Tunggu sebentar aku akan mencatatnya.” Pria itu mengotak-atik komputernya untuk mencari data mengenai Zoya. Setelah itu dia mencatata alamat yang tercantum di data Zoya. Lalu pria itu menyerahkan kertas itu kepada Liev.“Terimakash, Mr. Brown.” U
Deringan bel di pintu memenuhi apartemen kecil yang dibeli o0oleh Zoya. Wanita yang saat ini tengah terlelap di atas ranjang tampak terganggu dengan suara dengan suara bel itu. Perlahan dia membuka matanya dan menajamkan indera pendengarannya. Dia malas sekali harus bangun terutama karena tubuhnya terasa tidak nyaman hari ini. Wanita itu bisa merasakan tubuhnya lemah daripada biasanya. Zoya yakin itu adalah efek dari sakit yang dialaminya.Sayangnya jika Zoya tidak segera membuka pintu itu, maka deringan bel apartemennya tidak akan berhenti berbunyi. Akhirnya dia memaksakan diri untuk untuk turun dari ranjang. Menyibakkan selimut sebelum akhirnya kedua kakinya membawa wanita itu turun dari ranjang. Zoya melangkah dengan lemah menuju pintu. Namun dia merasakan kepalanya terasa berputar-putar. Bahkan wanita itu perlu menahan tubuhnya dengan bersandar pada dinding. “Sebenarnya siapa sih yang datang? Bukankah Darya bilang akan datang sore nanti karena dia masih ada urusan?” heran Zoya ya
Tubuh Zoya terhempas ke lantai dengan kasar. Terdengar bunyi benturan keras antara tubuhnya dengan lemari yang ditabrak punggungnya. Wantia itu meringis sakit merasakan efek benturan itu. “Sudah kukatakan jika kamu harus memberitahuku ke manapun kamu pergi. Kenapa kamu tidak bisa melakukannya, Zoya?” Tatapan Zoya tertuju pada seorang pria yang berdiri menjulang di hadapannyal. Pria tampan yang sudah menjerat Zoya dalam ketampanan yang memabukkan membuat wanita itu terjebak pada pusaran siksaan yang disembunyikan dengan baik di balik wajah tampan Czar Petrov. Tubuh Zoya menggigil ketakutan. Karena ini bukanlah pertama kalinya suaminya mengamuk. Dia sering memperlakukan Zoya dengan sangat kejam. Mirisnya tidak ada yang percaya jika Czar mampu melakukan hal yang kejam pada Zoya karena pria itu mampu menyihir semua orang hanya karena memiliki wajah tampan yang dikagumi banyak orang. “Maafkan aku, Czar. Aku bukannya lupa memberitahumu, tapi batrei ponselku habis. Aku benar-benar minta m