Sampai di ruang kesehatan, Karl langsung meletakkan tubuh Svetlana yang kesakitan di atas ranjang periksa. Seorang pria mengenakan jas putih itu menatap Karl dengan bingung. Pria dengan tinggi tubuh sama dengan Karl itu adalah dokter jaga di ruang kesehatan itu.
“Karl, kamu tidak beralih menyakiti gadis bukan?” tanya Czar curiga.
Karl yang sudah akrab dengan pria itu langsung menendang kaki sang dokter. “Aku tidak serendah itu, Dokter Czar. Aku mana mungkin menyakiti gadis. Aku justru menyelamatkannya dari orang-orang brengsek yang membullynya. Sebaiknya kamu cepat memeriksanya. Laki-laki brengsek tadi sempat menendang perutnya.”
“Baiklah. Tapi bantu aku membawa tasnya.” Czar melepaskan tas selempang milik Svetlana dan menyerahkannya kepada Karl.
Dengan patuhnya laki
Kira-kira siapa pria yang mengikuti Eve ya?
Svetlana membuka matanya dan langsung menegakkan tubuhnya sehingga berada dalam posisi duduk di atas ranjang periksa. Tapi detik berikutnya gadis itu meringis karena merasakan sakit di perutnya. Dia menyentuh perutnya yang terluka. “Seharusnya kamu tidak bergerak cepat seperti itu. Kamu hanya menyakiti perutmu.” Suara itu membuat Svetlana menoleh. Dia bisa melihat sang dokter yang menjaga ruang kesehatan itu duduk di depan meja kerjanya. Saat itulah Svetlana sadar di mana dia berada. “Dokter Czar, bagaimana aku bisa sampai di sini?” tanya Svetlana bingung karena terakhir yang dia ingat adalah dia diseret di belakang tempat parkir dan dipukul dan juga ditendang. Setelah itu Svetlana tidak ingat lagi karena terlalu fokus pada rasa sakit yang sangat menyakitkan. “Karl y
Svetlana menyentuh perutnya yang masih terasa sakit. Dia melakukan tindakan itu berkali-kali saat sedang bekerja. Orang-orang yang sibuk dengan urusannya sendiri tidak akan ada yang mempedulikan gadis itu. Tapi tidak dengan Irina. Bos tempat Svetlana bekerja itu terus mengamati gadis itu sejak dia datang terlambat bekerja. Irina merasa aneh karena Svetlana bukanlah orang yang menyepelekan waktu. Dia selalu datang bekerja tepat waktu. Karena itu dia merasa aneh saat Svetlana datang terlambat.Meskipun gadis itu mengatakan jika ada sedikit masalah di jalan, tapi Irina merasa masalah itu lebih besar dari yang diperkirakannya. Pasalnya Irina bisa melihat wajah Svetlana tampak pucat. Akhirnya saat Svetlana mendekati meja kasir untuk memberikan pesanan seorang pelanggan Irina meminta gadis itu untuk ikut dengan wanita itu menuju ruangannya.“Apakah aku melakuka
Zoya mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Dia merasa pegal setelah duduk di depan komputer selama berjam-jam. Kemudian tatapannya tertuju pada jendela ruang dosen yang tampak sudah gelap.“Sial. Aku lupa dengan waktu lagi. Aku harus segera pulang.” Gumam wanita itu.Zoya bergegas mematikan komputernya dan segera membereskan barang-barangnya. Hari ini sang adik tidak bisa menjemputnya karena memiliki acara bersama teman-temannya. Beruntung rumah baru Zoya tidak jauh dari kampus.Setelah selesai membereskan barang-barangnya, dia bergegas keluar. Baru beberapa langkah keluar dari ruang dosen, Zoya pun berhenti. Ingatannya akan kejadian kemarin membuat tubuhnya menegang. Gara-gara kejadian kemarin, Zoya harus dihantui dengan kehadiran Liev. Bahkan tidak hanya ciuman yang diberikan o
Tubuh seorang pria yang ditangkap oleh Valdo bergulis di atas lantai dan berhenti tepat di depan kursi roda Leon. Tatapan mata Leon tertuju pada pria yang sudah babak belur dipukuli oleh anak buahnya.Pria yang kedua tangannya diikat itu langsung mendongak dan menatap Leon. “Jangan bunuh aku, Tuan. Tolong lepaskan aku.”Leon mengulurkan tangannya sehingga Valdo memberikan tongkat kayu panjang kepada pria itu. Leon menggunakan tongkat itu untuk menyentuh dahi pria itu.“Aku akan memberimu kesempatan hidup asalkan kamu memberitahuku siapa yang menyuruhmu membuntuti putriku dan apa tujuanmu.” Leon melepaskan tongkat itu dan memberikan kesempatan untuk pria itu berbicara.“Sergei yang menyuruhku. Dia membayarku untuk memata-matai gad
Di ruang kerja Leon, pria itu berhadapan dengan putra sulungnya yang siap menerima pelajaran ciuman ala pria dewasa. Leon tidak pernah memberikan pelajaran seperti ini. Bahkan dulu saat dia masih remaja, Leon tidak pernah diajari ayahnya hal tentang berciuman. Leon hanya mempelajarinya sendiri dan juga terkadang melihatnya dari video dewasa yang terkadang ditontonnya. Karena itu sebenarnya Leon tidak tahu bagaimana cara mengajari putranya tentang ciuman ala pria dewasa. “Nak, aku tidak tahu apakah pelajaranku ini benar atau tidak. Karena aku mengetahui tentang ciuman dengan mempelajarinya sendiri. Aku tidak tahu apakah hal ini sesuai dengan standar wanita yang kamu sukai.” Liev menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak maslaah, Dad. Aku juga akan menelitinya lebih dalam lagi setelah mendengar pelajaran darimu.” Leon
Aleksey menyisir rambutnya sembari bersiul. Hari ini berbeda dari biasanya, Aleskey tampak sangat memperhatikan penampilannya. Tangannya menyentuh kacamata baru yang dibelikan oleh Evelina. Seketika bibirnya menyunggingkan senyuman.“Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu sangat senang, Tuan muda.” Ucap Viktor berjalan masuk membawakan sarapan untuk Aleskey.Aleksey menoleh ke arah pelayan yang selalu menjaganya. “Viktor, bolehkah aku bertanya sesuatu?”Pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap sang tuan muda. “Tentu saja, Tuan muda. Apa yang ingin kamu tanyakan?”“Jika ada seorang gadis mengatakan jika dia menyukaiku berkali-kali apakah menurutmu dia memang menyukaiku? Maksudku dengan penampilanku yang sekarang seperti babi gendut
Svetlana memandang kotak biskuit di atas pangkuannya. Dadanya berdebar-debar karena ingin memberikan kotak biskuit itu. Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah dengan menitipkan kotak biskuit itu kepada Evelina. Karena bagi Svetlana, Evelina jauh lebih mudah didekati dibandingkan saudaranya. “Apakah kotak itu untuk Karl?” Suara itu membuat Svetlana terlonjak kaget. Dia mengelus dadanya yang berdebar kencang karena terkejut. Kemudian dia menoleh dan mendapati Evelina sudah duduk di sampingnya dengan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Habisnya kamu terlalu fokus pada kotak itu sehingga tidak sadar aku sudah di sampingmu.” Sesal Evelina melihat reaksi Svetlana. “Tidak apa-apa.” Svetlana menggeleng-gelengkan
Karl membuka pintu ruang kelas. Padahal dia yang berangkat lebih dahulu tapi harus datang terakhir di kelas. Jika bukan karena beberapa mahasiswa yang mencari masalah dengannya, Karl sudah bisa masuk ruang kelas sejak tadi."Karl, kemarilah!" Seru Evelina melambaikan tangannya.Akhirnya laki-laki yang saat ini mengenakan kaos hitam dengan jaket putih bergaris hitam di lengannya itu berjalan menghampiri Evelina. Saat melangkah, Karl menoleh ke arah Svetlana yang sedang memandangnya. Tatapan mata mereka bertemu namun detik berikutnya Svetlana langsung menunduk sehingga kontak mata mereka terputus.Karl sampai di kursi yang ada di samping Evelina. Kemudian tatapan Karl tertuju pada Aleksey yang serius mendengarkan penjelasan dosen. Lalu dia menol