Aleksey meringis sakit saat Evelina memberikan obat luka di sudut bibir dan pelipinya yang berdarah. Evelina tampak sangat berhati-hati karena tidak ingin laki-laki itu merasakan kesakitan. Bahkan saat Evelina selesai membubuhkan obat luka, dia akan menunduk untuk meniup luka Aleksey agar tidak terlalu perih. Sayangnya karena wajah Evelina yang terlalu dekat membuat wajah Aleksey semakin memerah.
“Oh, tidak. Wajahmu benar-benar merah, Aleksey. Apakah kamu panas?” Evelina mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening laki-laki itu. Tapi dia tidak merasakan panas di kening Aleksey.
Karena tidak ingin terlalu dekat dengan Evelina yang mampu membuat jantungnya pecah karena berdegup tidak karuan, Aleksey menepis tangan gadis itu.
“Aku… aku baik-baik saja, Nona Matvey. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Aleksey memilih
Evelina keren sekali. Dia mencintai Aleksey tanpa mempedulikan ukuran dan bentuk tubuhnya. Kira-kira apa alasan Evelina menyukai Aleksey?
“Berhentilah menuduhku sebelum kamu melihat kebenarannya, Aleksey. Karena aku tidak pernah kasihan padamu atau mempermainkan perasaanmu. Karena yang aku tahu adalah aku menyukaimu.” Aleksey bisa merasakan kelembutan bibir Evelina menyentuh bibirnya. Dia merasa sedang bermimpi. Karena ini adalah ciuman pertamanya. Dan ciuman pertama ini terasa manis. Seketika Aleskey merasakan jantungnya berdegup kencang karena ciuman itu. Tiba-tiba pintu ruang kesehatan terbuka. Evelina segera melepaskan ciumannya pada bibir Aleksey dan menoleh. Dia bisa melihat Karl berdiri di ambang pintu dengan terperangah. Mulutnya terbuka lebar karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Saudara perempuannya baru saja mencium laki-laki. “Karl? Apa yang kamu lakukan di sini?” kesal Evelina karena adiknya itu m
Evelina memasangkan kacamata berbentuk bulat sama seperti yang dikenakan oleh Harry Potter ke wajah Aleksey. Dia mundur satu langkah untuk melihat apakah kacamata itu cocok untuknya. Namun kemudian gadis itu menggelengkan kepalanya karena merasa kacamata itu tidak cocok untuk Aleksey. Dengan bentuknya yang bulat membuat wajah Aleksey terlihat semakin bulat.“Tidak cocok untukmu. Ganti yang lain lain.” Gumam Evelina melepaskan kacamata itu di wajah Aleksey.Setelah kacamata itu berpindah ke tangannya, gadis itu menyerahkan benda itu kepada pelayan toko. Kemudian meminta wanita yang mengenakan seragam pelayan toko itu untuk mengambilkan kacamata dengan bentuk oval. Pelayan toko itu mengambilkan kacamata yang diinginkan oleh Evelina dan menyerahkannya pada gadis itu. Setelah menerima kacamata itu, segera Evelina memasangkannya di wajah Aleksey.
“Natasha?” Evelina mendengar pria berkumis itu memanggilnya dengan nama sang ibu. Dia yakin jika pria itu pasti mengenal ibunya. Tapi karena Evelina sudah diajarkan Leon dan Natasha untuk tidak semudah itu percaya pada orang, dia memilih berpura-pura untuk tidak mengenal nama itu. “Maaf, Tuan. Tapi sepertinya kamu salah mengenali orang.” Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia memegang kedua bahu Evelina dengan keras lalu mengguncang-guncangkannya. “Tidak, aku tidak mungkin salah mengenalimu, Natasha. Wajahmu tidak banyak berubah sejak terakhir kita bertemu.” Aleksey memegang tangan pria itu dan berusaha melepaskannya dari bahu Evelina. “Tuan, kamu salah mengenalinya. Nama gadis itu bukan Natasha.” Namun ka
"Seorang pria asing menyakiti Eve?" Liev tampak terkejut mendengar ucapan Karl yang tiba-tiba saja masuk kamarnya. Karl yang duduk di tepi ranjang Liev menganggukkan kepalanya. "Ya, aku tidak sengaja melihat bekas kemerahan di bahu Eve. Tapi sebenarnya bukan Eve sasarannya." Liev yang duduk di kursi belajar tampak memicingkan matanya menatap sang adik. "Apa maksudmu Eve bukan sasarannya?" "Eve menceritakannya padaku jika pria asing itu salah mengira dirinya adalah Mom." "Mom?" mata Liev melotot kaget. "Jika melihat fisik Eve, dia memang mirip sekali dengan Mom. Tidak heran orang itu mengira Eve adalah Mom." "Tapi aku punya firasat buruk tentang hal ini, Liev. Karena itu aku ingin kamu menyelidikinya." Ucap Ka
"Sergei Bortich. Lahir di Moskow dan berusia empat puluh dua tahun." Karl membaca data dari pria asing yang tertera di layar komputer Liev. Pria itu adalah orang yang sudah menyakiti Evelina."Jika pria itu berusia empat puluh dua tahun, maka usianya tidak jauh dari Mom." Gumam Liev berpikir.Karl menganggukkan kepalanya setuju. "Kamu benar. Aku pikir mungkin dia orang yang ada di masa lalu Mom.""Jadi apa yang akan kita lakukan? Apakah kita harus memberitahu Mom dan Dad?" Liev menanyakan pendapat Karl tujuan mereka selanjutnya setelah menemukan informasi dari pria asing itu.Karl menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kita tidak perlu memberitahu Mom. Aku pikir kita hanya perlu memberitahu Dad."Liev memicingkan
Liev dan Karl menemui sang ayah yang berada di ruang kerjanya. Saat melihat kedua putranya, Leon menatap kedua laki-laki itu secara bergantian. Dari ekspresi kedua putranya yang tampak serius membuat Leon yakin jika ada hal penting yang ingin dibicarakan mereka. Liev dan Karl langsung duduk di kursi yang ada di hadapan sang ayah. Meskipun duduk di kursi roda, tidak membuat Leon kehilangan pesonanya. Ketampanan pemimpin Zeno itu justru semakin bertambah meskipun sudah menginjak usia yang tidak muda lagi. “Sepertinya kalian ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Penasaran Leon. Liev mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada sang ayah. “Apakah Dad mengenal orang ini?” Leon mengambil smartphone putranya untuk melihat apa yang ditunjukkan pada layar b
Zoya mengintip dari balik dinding untuk melihat apakah ada Liev di lorong kampus. Dia merasa seperti pencuri yang mengendap-endap. Ini semua salah Liev kemarin. Setelah merasa aman, Zoya pun keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan menyusuri lorong. Sayangnya baru beberapa langkah saja ada suara yang mengejutkan. "Pagi, Mrs. Pegova." Suara itu membuat tubuh Zoya seperti disengat listrik. Suara yang begitu familiar dan suara yang ingin dihindari justru didengar oleh Zoya. Wanita itu menoleh dan melihat Liev yang berdiri di hadapannya dengan senyuman lebar menghiasi wajah tampannya. Di samping pria itu ada Evelina dan Karl yang menatapnya bingung. “Aku baru tahu kamu dekat dengan Mrs. Pegova, Liev.” Heran Evelina.
Zoya melotot merasakan bibir Liev berada di atas bibirnya. Merasakan laki-laki melumat bibirnya dengan lembut membuat tubuh wanita itu bergetar. Zoya tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Dia berpikir kemungkinan karena dirinya sudah lama tidak merasakan ciuman lembut yang menggoda seperti ini. Atau mungkin juga karena Liev yang pandai berciuman hingga membuat lawan jenis meleleh dibuatnya. Sadar dengan situasinya sekarang, Zoya pun meletakkan kedua tangannya di depan dada Liev lalu mendorongnya. Nafasnya terengah-engah karena udara yang menipis di paru-parunya akibat ciuman laki-laki itu. “Ada apa, Mrs. Pegova? Mengapa kamu menghentikannya? Bukankah kamu sangat menyukainya?” tanya Liev dengan nada sinis. Zoya mengangkat satu tangannya untuk melayangkan tamparan keras mengenai pipi kiri Liev.