Di taman European High School, terlihat seorang murid laki-laki bertubuh gemuk berdiri di hadapan murid perempuan yang sangat cantik. Laki-laki bernama Leonid Lazarev itu menyerahkan buket bunga mawar berwarna pink kepada kakak kelasnya itu.
“Kak Natasha. Sejak pertama kali bertemu dengan Kak Natasha satu tahun yang lalu, aku sudah jatuh cinta dengan Kak Natasha. Aku mengagumi Kak Natasha yang cantik, pintar dan baik hati karena pernah menolongku yang terjatuh. Karena itu apakah Kakak mau menjadi pacarku?” Leon membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya karena terlalu gugup menyatakan perasaannya.
Semua murid menjadi heboh melihat Leon yang sedang menyatakan cinta kepada kakak kelasnya. Mereka menebak Natasha Vasilkov akan menolaknya. Mana mungkin gadis tercantik di seluruh sekolah mau menerima cinta pemuda gendut dan culun yang memakai kacamata.
"Laki-laki bodoh! Mana mungkin Natasha menyukainya. Tidak tahu diri." Bisikan salah satu murid di sekitar mereka.
"Sudah gendut begitu lebih baik bercermin dulu. Gadis paling cantik di sekolah pasti akan menolaknya." Timpal yang lain.
Meskipun Leon tahu orang-orang berpikir dia tidak pantas untuk gadis paling cantik di sekolah, tapi Leon yakin kakak kelasnya itu bisa melihat ketulusan cintanya.
Natasha mengambil bunga itu. Menatapnya sejenak sebelum akhirnya melemparkan bunga itu tepat ke arah wajah Leon. Membuat kelopak bunga mawar bertebaran di atas rerumputan.
“Apa kau gila? Mencintaiku? Apa kau tahu arti cinta, Bocah balon?” Natasha mendengus sinis.
“Aku…”
“Kau pikir cinta bisa membuatmu bahagia, Bocah balon? Aku beritahu kau, cinta itu omong kosong. Cinta hanya mendatangkan penderitaan terutama bagi laki-laki gendut sepertimu. Kusarankan jangan percaya cinta, Bocah balon.”
Natasha berjalan pergi meninggalkan Leon yang masih terdiam terpaku. Laki-laki itu memandang bunga mawar yang sudah dipersiapkan dengan sepenuh hati hancur berantakan. Semua orang pun menertawakan Leon. Membuat laki-laki tidak pernah melupakan momen paling buruk sepanjang hidupnya.
* * * * *
Setelah empat tahun berlalu, bahkan Leon tidak pernah melupakan setiap kata yang diucapkan oleh Natasha. Bahkan berkat penolakan yang menyakitkan itu sudah membuat Leon berubah. Laki-laki yang saat ini menginjak usia dua puluh tahun tidak lagi menjadi ‘Bocah balon’ tapi menjadi laki-laki tampan dan menawan yang membuat semua wanita tak berkedip memandangnya. Namun Leon sama sekali tidak tertarik dengan para mahasiswi sekelasnya yang berusaha menarik perhatiannya. Tatapan Leon hanya tertuju pada satu orang.
Natasha Vasilkov.
Tidak banyak yang berubah dari Natasha selain rambutnya berubah menjadi coklat gelap. Natasha masih saja menjadi mawar berduri. Cantik tapi sulit didekati. Sekarang Natasha tidak lagi menjadi kakak kelasnya, melainkan asisten dosen pelajaran manajemen bisnis.
“Apakah aku bisa bicara sebentar denganmu, Miss Vasilkov?” tanya Leon berjalan menghampiri Natasha.
“Jika ini tentang pelajaran yang baru aku jelaskan, maka aku bisa membantu. Tapi jika diluar dari pelajaran, maka sebaiknya kau tidak membuang-buang waktuku.”
“Kau sama sekali tidak berubah, Kak Natasha. Sangat dingin sama seperti empat tahun yang lalu.”
Natasha memicingkan matanya menatap Leon. “Kak Natasha? Apakah aku pernah mengenalmu?”
“Jika aku menyebutkan ‘bocah balon’ apakah kau akan ingat sesuatu?”
Leon mengamati ekspresi Natasha. Laki-laki itu tahu wanita sepintar Natasha tidak akan butuh waktu lama untuk mengetahui arti dari panggilan itu.
“Kau adalah ‘Bocah balon’ yang menyatakan perasaan padaku saat masih sekolah dulu?”
“Benar, Kak Natasha. Aku adalah Bocah balon yang dengan bodohnya ditolak olehmu. Sayangnya sekarang tubuhku tidak seperti balon. Dan aku juga tidak bodoh lagi.”
Leon bisa melihat Natasha tampak terkejut. Namun detik berikutnya wanita itu bisa menguasai ekspresinya. Dia mengubah eskpresi wajahnya kembali menjadi dingin.
“Aku tidak peduli dengan perubahanmu. Karena pembicaraan ini tidak penting, maka aku akan mengakhirinya. Karena kau sudah membuang-buang waktuku yang berharga.”
Natasha mengambil beberapa buku di atas meja dan berjalan melewati Leon. Namun tentu saja setelah menunggu empat tahun lamanya, Leon tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Pria itu meraih pergelengan tangan Natasha. Mendorong tubuh gadis itu hingga membentur dinding. Karena terkejut, Natasha tidak sengaja menjatuhkan buku-buku di tangannya.
“Kau pikir kau bisa lari dengan mudah, Natasha Vasilkov?” tanya Leon dengan nada sinis.
“Jadi apa yang kau inginkan?”
“Yang aku inginkan adalah memberikan balasan atas apa yang telah kau lakukan empat tahun yang lalu. Aku masih ingat betul ucapanmu empat tahun yang lalu. ‘cinta itu omong kosong. Cinta hanya mendatangkan penderitaan terutama bagi laki-laki gendut sepertiku.’ Apakah aku benar, Kak Natasha?”
“Tentu saja. Bagiku kalimat itu sama sekali tidak berubah sampai sekarang.”
“Benarkah? Tapi kudengar kau sudah bertunangan dengan seseorang. Jadi kau sama sekali tidak mencintainya?” Leon ingat informasi yang didapatkannya dari seseorang. Dia terkejut mendengar wanita sedingin es seperti Natasha bertunangan dengan seseorang.
“Benar. Aku tidak mencintainya. Kami bertunangan hanya karena sebuah kesepakatan.”
Leon mendengus sinis mendengar jawaban Natasha. “Aku sungguh kasihan dengan tunanganmu. Dia harus bertunangan dengan wanita dingin yang sama sekali tidak mencintainya.”
“Ini bukan urusanmu, Bocah balon. Bahkan tunanganku saja tidak keberatan dengan hal ini. Jadi kau tidak perlu mencampuri urusanku.”
Leon mengulurkan tangannya mengelus pipi Natasha. Kemudian tangannya turun menuju leher jenjangnya. Natasha mengerang saat Leon mencekik leher wanita itu.
“Kehidupanmu menjadi urusanku ketika kau menolak perasaanku, Natasha. Aku akan memberikan pembalasan atas apa yang sudah kau lakukan empat tahun lalu. Aku pikir aku harus berterimakasih padamu karena sudah menolakku dengan kejam. Karena hal itu membuatku termotivasi merubah tubuhku. Dan sekarang aku akan memberikan pelajaran untukmu.”
Natasha mendengus sinis. “Jadi kau ingin balas dendam padaku karena aku sudah menolakku?”
“Tepat sekali.”
“Bagaimana caranya kau akan balas dendam padaku? Kau ingin membunuhku sekarang?” tanya Natasha tanpa rasa takut sedikitpun.
“Membunuhmu? Bukankah itu terlalu mudah untukmu? Aku tidak akan melakukannya. Aku memilih cara lain untuk membalas dendam. Dengan cara ini.”
Tiba-tiba Leon mencium bibir Natasha membuat wanita itu terkejut. Wanita itu meronta dan memukul dada Leon. Namun pria itu meraih kedua tangan Natasha dan menahannya di atas kepala wanita itu. Membuat Natasah tidak bisa membebaskan dirinya.
Leon menciumnya dengan sangat rakus. Seakan bibir Natasha adalah permen yang hanya ingin dinikmatinya sendiri. Pria itu bisa merasakan tubuh Natasha bergetar. Dia tahu meskipun Natasha tidak membalas ciumannya, dia sangat yakin wanita itu bisa merasakan tubuhnya bereaksi akibat ciumannya. Bahkan saat Leon melepaskan ciumannya dia bisa mendengar erangan protes keluar dari mulut Natasha. Membuat Leon tersenyum penuh kemenangan.
“Mulai sekarang kau adalah milikku, Kak Natasha. Hanya aku yang boleh memilikimu.”
* * * * *
No one can change the past, but everyone has the power to change the future. * * * * * Pemandangan sungai Moskva dan Sparrow Hill yang dapat dilihat di Sky Lounge sangat indah. Sayangnya Natasha yang duduk untuk menikmati makan malam sama sekali tidak menikmati pemandangan itu. Bahkan ucapan pria yang duduk di hadapannya tidak didengarkan olehnya. Pikiran Natasha masih tertuju pada Leon. Tindakan kurang ajar pria itu membuat pikiran Natasha kacau. Terutama reaksi tubuhnya terhadap ciuman Leon. Selama ini Natasha tidak pernah merasakan gairah liar seperti itu. Bahkan saat tunangannya – Viktor Gerevoy – menciumnya, Natasha tidak merasakan hal itu. Dia bertanya-tanya ap
Seharusnya Leon mengendalikan situasi. Menggoda Natasha dengan ciuman dan sentuhannya. Tapi sialnya Leon tidak memprediksi reaksi tubuhnya. Pria itu jadi begitu menginginkan Natasha. Gairah liar yang muncul dalam tubuhnya membuat tubuh bagian bawahnya mulai mendesak.Namun sebelum Leon melanjutkan cumbuannya, Natasha mendorongnya. Sehingga ciuman mereka terlepas. Wanita itu melayangkan tamparan ke pipi kiri Leon dengan begitu keras. Membuat pria itu bisa merasakan pipinya berdenyut panas karena tamparan Natasha.“Apakah bagimu sangat menyenangkan memainkan permainan ini?” geram Natasha.Leon tersenyum sinis. Kemudian dia menoleh melihat Natasha. Pr
It is easy for one person to put another person down. But it is difficult for one to see oneself. Because in reality we are also not as good as other people. * * * * * Sepanjang pelajaran berlangsung Leon terus saja mengamati Natasha. Membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Hingga pelajaran berakhir, Leon bisa melihat Natasha bergegas membereskan barang-barangnya. Leon yakin wanita itu tidak ingin dirinya menahan Natasha di kelas seperti yang dilakukannya kemarin. Leon menyunggingkan senyuman. “Jadi kau berusaha menghindariku, Moy lev
Hate is the root of evil. It works by taking all the good in you. Create a grudge in the heart. Makes someone a different person. Encouraging him to hurt others. * * * * * Di klub malam Aurora, Leon menghempaskan tubuhnya di salah satu kursi. Di hadapannya terlihat Gavin sedang duduk sembari menikmati segelas wiski di tangannya. Pria dengan rambut coklat gelap itu mengamati sahabatnya. Leon menuangkan botol wiski ke gelas yang sudah diberi es batu. Pria itu menyesap minuman itu dengan senyuman di wajahnya. “Kau terlihat dalam mood yang bagus. Kau tidak berhenti tersenyum sejak datang ta
Tangan Galina yang hendak menggoreskan ujung cutter yang tajam ke wajah Natasha terhenti. Seseorang memegang pergelangan tangan wanita itu.“Siapa yang berani menghentikanku?” tanya Galina kesal. Namun saat mendongak nafas wanita itu tercekat. Pasalnya dia melihat Leon yang sedang menatapnya dengan tajam. Bahkan Galina sampai merinding merasakan tatapan membunuh dari Leon.“Aku yang berani menghentikanmu.” Ucap Leon dengan nada dingin.“Leon.” Panggil Galina dengan suara lemah.“Kau ingin menyakiti wanita yang aku sukai? Apa kau bosan hidup, HUH?”Galina memejamkan matanya karena takut mendengar bentakan Leon.
“HUUAA….” Galina melemparkan gelas ke lantai dapur rumahnya dengan rasa kesal.“Wanita sombong sialan! Bagaimana bisa wanita tidak tahu diri seperti dia mendapatkan perhatian dari Leon? Menyebalkan.” Galina menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.“Wow! Adikku sedang marah-marah rupanya.”Tatapan Galina beralih pada pria berambut pirang yang baru saja berjalan masuk ke dapur. Pria dengan tato ular di punggung tangannya itu berjalan hati-hati melewati pecahan gelas hingga sampai di samping Galina.“Jadi katakan padaku. Siapa yang membuat adik kesayanganku ini marah seperti ini? Aku pasti akan membunuhnya.” tanya pria itu.
Seseorang mendorong tubuh Natasha hingga tubuh wanita itu terhempas ke atas ranjang. Wanita itu meringis sakit ketika punggung dan kepalanya membentur dinding. Natasha meronta berusaha membebaskan tangannya yang diikat dengan tali. Dia semakin tidak bisa bergerak karena kakinya juga diikat. “Jadi ini Natasha Vasilkov? Cantik juga.” Natasha mendongak mendengar suara itu. Dia bisa melihat pria berambut pirang yang berjalan masuk ke dalam kamar. Yang membuat Natasha melotot kaget adalah gadis yang berdiri di samping Jayden. Galina. Wanita itu tersenyum puas melihat Natasha terbaring tak berdaya di atas ranjang. “Benar, Kak. Dia yang sudah membuatku kesal. Kalau dia lenyap aku bisa memiliki Leon.” Rengek Galina memeluk lengan Jayden.
Leon melajukan mobil sport silvernya dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan di Moskow. Di belakangnya, Gavin mengikuti gerakan luwes Leon melewati beberapa mobil dengan menggunakan mobil sport merahnya. “Bilang tidak peduli tapi giliran Natasha dalam bahaya, dia orang pertama yang bergerak menyelamatkannya. Masih tidak mau mengakui jika dia masih mencintai Natasha, Dasar bodoh!” Gumam Gavin sendirian. “Tapi yang paling bodoh adalah orang-orang yang sudah mengusik Natasha. Mereka tidak tahu sudah memancing bahaya yang sangat besar.” Gavin terkekeh geli. Mobil Leon melambat saat masuk ke dalam jalanan yang lebih kecil. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang jauh dari kerumunan penduduk. Gavin ikut berhenti tepat di belakang Leon. Kemudian dia meliha