Leon melajukan mobil sport silvernya dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan di Moskow. Di belakangnya, Gavin mengikuti gerakan luwes Leon melewati beberapa mobil dengan menggunakan mobil sport merahnya.
“Bilang tidak peduli tapi giliran Natasha dalam bahaya, dia orang pertama yang bergerak menyelamatkannya. Masih tidak mau mengakui jika dia masih mencintai Natasha, Dasar bodoh!” Gumam Gavin sendirian.
“Tapi yang paling bodoh adalah orang-orang yang sudah mengusik Natasha. Mereka tidak tahu sudah memancing bahaya yang sangat besar.” Gavin terkekeh geli.
Mobil Leon melambat saat masuk ke dalam jalanan yang lebih kecil. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang jauh dari kerumunan penduduk. Gavin ikut berhenti tepat di belakang Leon. Kemudian dia meliha
Demi celana kolornya Spongebob! Leon adalah seorang Mafia? Bahkan orang lain saja takut mendengar nama belakangnya. Meskipun Natasha selamat dari Jayden, tapi apakah dia bisa selamat dari Leon? Dia sudah menolak pria yang sangat berbahaya.
Di dalam sebuah kamar dengan desain minimalis bernuansa gelap terlihat Leon menindih Natasha di atas ranjangnya. Satu tangannya menahan kedua tangan wanita itu. "Lepaskan aku, Leon." Natasha meronta berusaha membebaskan dirinya. "Kenapa, Natasha? Apakah kau lebih menikmati sentuhan beberapa pria tadi?" Leon tersenyum sinis. "Brengsek! Aku bahkan tidak sudi disentuh olehmu atau para pria brengsek tadi." "Mulutmu selalu tajam, Natasha. Sama seperti empat tahun yang lalu. Tapi kau akan lihat jika hanya aku yang mampu membuatmu bereaksi. Tidak pria manapun. Bahkan tidak dengan tunanganmu." Seketika mata Natasha melotot kaget me
Perlahan mata Natasha terbuka saat mendengar suara-suara. Setelah kesadarannya pulih, dia mendengar orang-orang berlalu lalang di luar kamar. Saat itulah Natasha sadar jika dia berada di kamar Leon. Wanita itu pun duduk di atas ranjang. Namun seketika Natasha mengerang saat merasakan selangkangannya yang terasa sakit. Permainan liar dan kasar Leon membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama bagian selangkangannya. Dia menoleh ke samping. Dia tidak melihat Leon berbaring di sampingnya. Bahkan ketika Natasha menyentuh bantal di sampingnya terasa dingin, wanita itu yakin Leon pergi setelah mereka berhubungan badan. Natasha menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu turun dari atas ranjang. Dia menguatkan dirinya untuk berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Wanita itu harus menahan rasa sakit di selangkangannya. 
“Aahhh…” Natasha mendesah di bawah guyuran air shower ketika Leon memasukkan kejantanannya ke dalam tubuhnya. Kedua tangan wanita itu bersandar pada dinding. Sementara Leon yang berada di belakang Natasha mengangkat salah satu kaki wanita itu dan mulai memompa kejantanannya dalam irama yang pelan. Pria itu menunduk untuk mendaratkan bibirnya di atas punggung Natasha. Menggigitnya kecil sehingga menciptakan tanda biru keunguan di kulit putih Natasha. “Leon, jangan mendorongnya terlalu dalam. Oouuhh…” “Mengapa, Moy lev? Apakah aku berhasil menyentuh titik sensitifmu?” bisik Leon. Natasha tidak bisa menjawab pertanyaannya Leon. Bukan karena dia tidak ingin menyetujui ucapan pria itu. Tapi karena lid
“Kau sudah melenyapkannya?” tanya Leon sedang menelpon Gavin di kamarnya. Pria itu sudah mengenakan celana jeans biru belel dengan kaos putih lengan panjang. Tatapannya tertuju pada pintu kamar mandi di mana terdengar suara guyuran air. Dia bisa membayangkan Natasha dengan tubuh telanjang berada di bawah guyuran shower. “Aku sudah membereskan pria pirang beserta dengan ekor-ekornya. Apa kau tahu jika bukan pria pirang itu dalang penculikan kekasihmu, Leon?” “Jadi masih ada seseorang di balik ini?” “Sepertinya kalian benar-benar menjadi sepasang kekasih. Kau bahkan tidak membantahnya saat aku menyebut Natasha adalah kekasihmu.” “Dia milikku, Gavin.
Leon duduk di bangku kelas dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Natasha. Seakan Natasha adalah objek menarik yang membuatnya tidak bisa mengalihkan perhatiannya. Saat Natasha berbalik untuk menulis sesuatu, tatapan Leon tertuju pada bongkahan pantat Natasha. Pria itu ingat bagaimana dia meremas bongkahan pantat itu. Dan sekarang dia ingin sekali melakukannya lagi. Meremas dan memberikan pukulan di bokong menawan itu. Smartphone Leon yang berada di atas meja bergetar. Awalnya Leon tidak mau peduli dengan notifikasi itu. Tapi ketika melihat sebuah nama yang sangat dikenalnya muncul dalam pesan Gavin, akhirnya pria itu membukanya. Gavin Leon, kau tidak akan percaya siapa yang baru saja kulihat. Igor. Leon Kau pasti salah lihat. Dad mengirim Igor ke Monako tahun lalu. Gavin Mungkin dia sudah pulang. Leon Jika dia pulang, Dad
“Natasha.” Viktor melambaikan tangan saat melihat wanita itu berjalan menghampirinya. “Apa kau baik-baik saja? Kau tidak menjawab telpon dan tidak membalas pesan dariku. Aku dan juga Mom sangat mengkhawatirkanmu.” Karena kejadian bertubi-tubi semalam membuat Natasha lupa untuk menghubungi Viktor. Dia juga merasa bersalah karena harus membuat ibu dari pria itu menunggu dirinya. “Aku baik-baik saja sekarang, Viktor. Aku benar-benar minta maaf karena sudah membuat ibumu menunggu semalam.” Pria itu menyunggingkan senyuman lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Nat. Hanya saja Mom cemas karena berpikir terjadi hal buruk padamu. Jadi katakan padaku apa yang terjadi kemarin? Apakah kau mengalami kecelakaan atau hal buruk lainnya?” “Sebenarnya semalam beberapa orang menculikku.” Pria yang saat ini mengenakan setelan biru tua itu melotot kaget mende
Natasha tahu Leon sangat jahat, arogan dan keras kepala. Tapi untuk sifat ‘kejam’ dia baru melihatnya sekarang. Saat ini Natasha duduk di dalam rumah bersama dengan Leon di sampingnya. Mulut wanita itu terbuka tak percaya melihat pemandangan mengerikan di dalam kamar yang terbuka. Terlihat di dalam kamar itu, Galina sedang diikat di atas ranjang. Pakaian yang dikenakannya sudah koyak. Air mata terus mengalir membasahi pipi wanita itu. Teriakan pilu membuat Natasha tidak tega melihatnya. Pasalnya Ada sepuluh orang pria yang berdiri mengelilingi ranjang dan siap menunggu giliran untuk menikmati tubuh Galina. Kejadian itu sama persis seperti yang dirasakan oleh Natasha kemarin. Hanya saja kali ini pria yang memperkosa Galina jauh lebih banyak. “Ampuni aku. Kumohon, hentikan!” Seru Galina putus asa.
“Huuwaa…” Teriak Viktor penuh dengan amarah. Pria itu bahkan melemparkan gelas yang ada di meja. Gelas malang itu membentur dinding ruang tamu membuat pecahannya berserakan di lantai. “Bocah sialan! Apa yang membuat bocah sialan itu lebih unggul dariku? Mengapa kau justru memilihnya, Natasha?” geram Viktor. Seorang pria paruh baya berjalan menghampiri Viktor setelah mendengar suara pecahan gelas. Tatapan pria itu tertuju pada pecahan gelas di lantai. Segera dia memerintahkan seorang pelayan membersihkannya. “Tuan muda, tidak biasanya anda semarah ini. Apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?” tanya pria bernama Edmon itu. “Sesuatu yang mengganggu? Lebih tepatnya seseorang yang sangat mengganggu.”