Leon duduk di bangku kelas dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Natasha. Seakan Natasha adalah objek menarik yang membuatnya tidak bisa mengalihkan perhatiannya. Saat Natasha berbalik untuk menulis sesuatu, tatapan Leon tertuju pada bongkahan pantat Natasha. Pria itu ingat bagaimana dia meremas bongkahan pantat itu. Dan sekarang dia ingin sekali melakukannya lagi. Meremas dan memberikan pukulan di bokong menawan itu.
Smartphone Leon yang berada di atas meja bergetar. Awalnya Leon tidak mau peduli dengan notifikasi itu. Tapi ketika melihat sebuah nama yang sangat dikenalnya muncul dalam pesan Gavin, akhirnya pria itu membukanya.
Gavin
Leon, kau tidak akan percaya siapa yang baru saja kulihat. Igor.
Leon
Kau pasti salah lihat. Dad mengirim Igor ke Monako tahun lalu.
Gavin
Mungkin dia sudah pulang.
Leon
Jika dia pulang, Dad
Mulut Leon tuh minta disumpal ya. wkwk... Dia bakal nurut enggak ya?
“Natasha.” Viktor melambaikan tangan saat melihat wanita itu berjalan menghampirinya. “Apa kau baik-baik saja? Kau tidak menjawab telpon dan tidak membalas pesan dariku. Aku dan juga Mom sangat mengkhawatirkanmu.” Karena kejadian bertubi-tubi semalam membuat Natasha lupa untuk menghubungi Viktor. Dia juga merasa bersalah karena harus membuat ibu dari pria itu menunggu dirinya. “Aku baik-baik saja sekarang, Viktor. Aku benar-benar minta maaf karena sudah membuat ibumu menunggu semalam.” Pria itu menyunggingkan senyuman lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Nat. Hanya saja Mom cemas karena berpikir terjadi hal buruk padamu. Jadi katakan padaku apa yang terjadi kemarin? Apakah kau mengalami kecelakaan atau hal buruk lainnya?” “Sebenarnya semalam beberapa orang menculikku.” Pria yang saat ini mengenakan setelan biru tua itu melotot kaget mende
Natasha tahu Leon sangat jahat, arogan dan keras kepala. Tapi untuk sifat ‘kejam’ dia baru melihatnya sekarang. Saat ini Natasha duduk di dalam rumah bersama dengan Leon di sampingnya. Mulut wanita itu terbuka tak percaya melihat pemandangan mengerikan di dalam kamar yang terbuka. Terlihat di dalam kamar itu, Galina sedang diikat di atas ranjang. Pakaian yang dikenakannya sudah koyak. Air mata terus mengalir membasahi pipi wanita itu. Teriakan pilu membuat Natasha tidak tega melihatnya. Pasalnya Ada sepuluh orang pria yang berdiri mengelilingi ranjang dan siap menunggu giliran untuk menikmati tubuh Galina. Kejadian itu sama persis seperti yang dirasakan oleh Natasha kemarin. Hanya saja kali ini pria yang memperkosa Galina jauh lebih banyak. “Ampuni aku. Kumohon, hentikan!” Seru Galina putus asa.
“Huuwaa…” Teriak Viktor penuh dengan amarah. Pria itu bahkan melemparkan gelas yang ada di meja. Gelas malang itu membentur dinding ruang tamu membuat pecahannya berserakan di lantai. “Bocah sialan! Apa yang membuat bocah sialan itu lebih unggul dariku? Mengapa kau justru memilihnya, Natasha?” geram Viktor. Seorang pria paruh baya berjalan menghampiri Viktor setelah mendengar suara pecahan gelas. Tatapan pria itu tertuju pada pecahan gelas di lantai. Segera dia memerintahkan seorang pelayan membersihkannya. “Tuan muda, tidak biasanya anda semarah ini. Apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?” tanya pria bernama Edmon itu. “Sesuatu yang mengganggu? Lebih tepatnya seseorang yang sangat mengganggu.”
Natasha selesai mengajar di kelas terakhir. Namun dia merasa aneh. Karena sejak pagi Leon tidak menampakkan batang hidungnya. Meskipun Natasha tidak menginginkan kehadiran pria itu, tapi dia penasaran apa yang terjadi padanya. Natasha berjalan keluar kampus. Saat hendak naik taksi, sebuah mobil berhenti di hadapannya. Kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan Viktor tersenyum padanya. “Naiklah, Natasha. Kita pergi bersama.” Wanita itu menganggukkan kepalanya. Dia membuka pintu belakang dan duduk di samping Viktor. Setelah itu sopir Viktor melajukan mobil itu. “Kupikir kita akan bertemu di sana.” “Karena pekerjaanku lebih cepat selesai jadi lebih b
Saat kedua pria itu membawa Natasha ke dalam kamar Viktor, wanita itu terkejut melihat banyaknya foto dirinya di dalam kamar itu. Kedua pria itu meletakkan tubuh Natasha di atas ranjangnya. Setelah itu mereka menghilang dari kamar. “Apa kau menyukai kamarku, Natasha?” tanya Viktor berjalan masuk. “Kau benar-benar sakit, Viktor.” Natasha mendengus jijik melihat pria itu. “Aku sakit karenamu, Natasha. Aku terlalu jatuh cinta padamu.” Natasha mengelengkan kepalanya. “Tidak. Itu bukan cinta, Viktor. Tapi obsesi. Kau perlu ke dokter untuk memeriksakan mentalmu yang sakit.” Viktor tersenyum sinis. “Aku tidak perlu dokter, Nat. Aku hanya perlu kamu.”
"Jangan lakukan itu, Sergei. Kumohon." Pinta Natasha dengan suara lemas. Saat ini gadis yang mengenakan seragam sekolah itu sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kedua tangan diikat Sedangkan kedua kakinya dilebarkan dan diikat pada penyangga kaki. "Tenanglah, Sayangku. Kau tidak akan merasakan sakit. Dalam beberapa menit kau akan menjadi Natasha yang kucintai." Laki-laki memakai seragam sama dengan Natasha menyentuh pipi gadis itu. Air mata Natasha kembali menetes dari sudut matanya. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak, Sergei. Aku tidak menginginkan cara ini. Aku akan merawatnya jika kau tidak mau bertanggung jawab. Tapi jangan ambil dia dariku. Kumohon, Sergei." Sebuah tamparan mengenai pipi Natas
Seminggu berlalu. Butuh waktu bagi Natasha untuk memulihkan kondisinya. Satu minggu ini sangat menyiksa bagi wanita itu. Dia menjadi mudah sakit kepala dan mual karena efek benturan yang keras di kepalanya. Namun yang membuat Leon merasa aneh, dia tidak ingin meninggalkan wanita itu sebentar saja. Pria itu ingin terus menjaganya. Bahkan sikap pria itu sedikit melunak pada Natasha. Leon merasa lega saat dokter mengatakan jika kondisi Natasha tidak parah. Tidak ada pendarahan dalam otak yang perlu dikhawatirkan. Sehingga setelah seminggu, kondisi Natasha jauh lebih baik. Meskipun Natasha masih butuh banyak istirahat, tapi sekarang sakit kepalanya sudah mulai berkurang. Dia bahkan bisa duduk tanpa merasakan matanya berkunang-kunang. “Kau tidak ingin menghabiskannya?” tanya Leon mengambil mangkuk berisi bubur yang sudah dimakan seten
Mobil yang dikendarai Leon berhenti di depan rumah besar milik pria itu. Setelah mematikan mesin mobilnya, pria yang saat ini mengenakan kemeja lengan pendek putih bergaris-garis itu melepaskan sabuk pengamannya. “Tidak bisakah aku pulang ke apartemenku?” tanya Natasha terdengar tidak bersemangat. “Tidak.” Jawab Leon dengan singkat. “Tapi aku merasa lebih nyaman di apartemenku.” Leon mendengus kesal kemudian menoleh menatap Natasha. “Tidak bisakah kau berhenti membantahku, Moy lev?” “Selama aku bisa melakukannya, maka aku akan selalu membantahmu, Leon. Sayang sekali aku harus mengecewakanmu. Aku bukanlah robot yang hanya bisa patuh padamu.”
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang