Tangan Galina yang hendak menggoreskan ujung cutter yang tajam ke wajah Natasha terhenti. Seseorang memegang pergelangan tangan wanita itu.
“Siapa yang berani menghentikanku?” tanya Galina kesal. Namun saat mendongak nafas wanita itu tercekat. Pasalnya dia melihat Leon yang sedang menatapnya dengan tajam. Bahkan Galina sampai merinding merasakan tatapan membunuh dari Leon.
“Aku yang berani menghentikanmu.” Ucap Leon dengan nada dingin.
“Leon.” Panggil Galina dengan suara lemah.
“Kau ingin menyakiti wanita yang aku sukai? Apa kau bosan hidup, HUH?”
Galina memejamkan matanya karena takut mendengar bentakan Leon.
“HUUAA….” Galina melemparkan gelas ke lantai dapur rumahnya dengan rasa kesal.“Wanita sombong sialan! Bagaimana bisa wanita tidak tahu diri seperti dia mendapatkan perhatian dari Leon? Menyebalkan.” Galina menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.“Wow! Adikku sedang marah-marah rupanya.”Tatapan Galina beralih pada pria berambut pirang yang baru saja berjalan masuk ke dapur. Pria dengan tato ular di punggung tangannya itu berjalan hati-hati melewati pecahan gelas hingga sampai di samping Galina.“Jadi katakan padaku. Siapa yang membuat adik kesayanganku ini marah seperti ini? Aku pasti akan membunuhnya.” tanya pria itu.
Seseorang mendorong tubuh Natasha hingga tubuh wanita itu terhempas ke atas ranjang. Wanita itu meringis sakit ketika punggung dan kepalanya membentur dinding. Natasha meronta berusaha membebaskan tangannya yang diikat dengan tali. Dia semakin tidak bisa bergerak karena kakinya juga diikat. “Jadi ini Natasha Vasilkov? Cantik juga.” Natasha mendongak mendengar suara itu. Dia bisa melihat pria berambut pirang yang berjalan masuk ke dalam kamar. Yang membuat Natasha melotot kaget adalah gadis yang berdiri di samping Jayden. Galina. Wanita itu tersenyum puas melihat Natasha terbaring tak berdaya di atas ranjang. “Benar, Kak. Dia yang sudah membuatku kesal. Kalau dia lenyap aku bisa memiliki Leon.” Rengek Galina memeluk lengan Jayden.
Leon melajukan mobil sport silvernya dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan di Moskow. Di belakangnya, Gavin mengikuti gerakan luwes Leon melewati beberapa mobil dengan menggunakan mobil sport merahnya. “Bilang tidak peduli tapi giliran Natasha dalam bahaya, dia orang pertama yang bergerak menyelamatkannya. Masih tidak mau mengakui jika dia masih mencintai Natasha, Dasar bodoh!” Gumam Gavin sendirian. “Tapi yang paling bodoh adalah orang-orang yang sudah mengusik Natasha. Mereka tidak tahu sudah memancing bahaya yang sangat besar.” Gavin terkekeh geli. Mobil Leon melambat saat masuk ke dalam jalanan yang lebih kecil. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang jauh dari kerumunan penduduk. Gavin ikut berhenti tepat di belakang Leon. Kemudian dia meliha
Di dalam sebuah kamar dengan desain minimalis bernuansa gelap terlihat Leon menindih Natasha di atas ranjangnya. Satu tangannya menahan kedua tangan wanita itu. "Lepaskan aku, Leon." Natasha meronta berusaha membebaskan dirinya. "Kenapa, Natasha? Apakah kau lebih menikmati sentuhan beberapa pria tadi?" Leon tersenyum sinis. "Brengsek! Aku bahkan tidak sudi disentuh olehmu atau para pria brengsek tadi." "Mulutmu selalu tajam, Natasha. Sama seperti empat tahun yang lalu. Tapi kau akan lihat jika hanya aku yang mampu membuatmu bereaksi. Tidak pria manapun. Bahkan tidak dengan tunanganmu." Seketika mata Natasha melotot kaget me
Perlahan mata Natasha terbuka saat mendengar suara-suara. Setelah kesadarannya pulih, dia mendengar orang-orang berlalu lalang di luar kamar. Saat itulah Natasha sadar jika dia berada di kamar Leon. Wanita itu pun duduk di atas ranjang. Namun seketika Natasha mengerang saat merasakan selangkangannya yang terasa sakit. Permainan liar dan kasar Leon membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama bagian selangkangannya. Dia menoleh ke samping. Dia tidak melihat Leon berbaring di sampingnya. Bahkan ketika Natasha menyentuh bantal di sampingnya terasa dingin, wanita itu yakin Leon pergi setelah mereka berhubungan badan. Natasha menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu turun dari atas ranjang. Dia menguatkan dirinya untuk berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Wanita itu harus menahan rasa sakit di selangkangannya. 
“Aahhh…” Natasha mendesah di bawah guyuran air shower ketika Leon memasukkan kejantanannya ke dalam tubuhnya. Kedua tangan wanita itu bersandar pada dinding. Sementara Leon yang berada di belakang Natasha mengangkat salah satu kaki wanita itu dan mulai memompa kejantanannya dalam irama yang pelan. Pria itu menunduk untuk mendaratkan bibirnya di atas punggung Natasha. Menggigitnya kecil sehingga menciptakan tanda biru keunguan di kulit putih Natasha. “Leon, jangan mendorongnya terlalu dalam. Oouuhh…” “Mengapa, Moy lev? Apakah aku berhasil menyentuh titik sensitifmu?” bisik Leon. Natasha tidak bisa menjawab pertanyaannya Leon. Bukan karena dia tidak ingin menyetujui ucapan pria itu. Tapi karena lid
“Kau sudah melenyapkannya?” tanya Leon sedang menelpon Gavin di kamarnya. Pria itu sudah mengenakan celana jeans biru belel dengan kaos putih lengan panjang. Tatapannya tertuju pada pintu kamar mandi di mana terdengar suara guyuran air. Dia bisa membayangkan Natasha dengan tubuh telanjang berada di bawah guyuran shower. “Aku sudah membereskan pria pirang beserta dengan ekor-ekornya. Apa kau tahu jika bukan pria pirang itu dalang penculikan kekasihmu, Leon?” “Jadi masih ada seseorang di balik ini?” “Sepertinya kalian benar-benar menjadi sepasang kekasih. Kau bahkan tidak membantahnya saat aku menyebut Natasha adalah kekasihmu.” “Dia milikku, Gavin.
Leon duduk di bangku kelas dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Natasha. Seakan Natasha adalah objek menarik yang membuatnya tidak bisa mengalihkan perhatiannya. Saat Natasha berbalik untuk menulis sesuatu, tatapan Leon tertuju pada bongkahan pantat Natasha. Pria itu ingat bagaimana dia meremas bongkahan pantat itu. Dan sekarang dia ingin sekali melakukannya lagi. Meremas dan memberikan pukulan di bokong menawan itu. Smartphone Leon yang berada di atas meja bergetar. Awalnya Leon tidak mau peduli dengan notifikasi itu. Tapi ketika melihat sebuah nama yang sangat dikenalnya muncul dalam pesan Gavin, akhirnya pria itu membukanya. Gavin Leon, kau tidak akan percaya siapa yang baru saja kulihat. Igor. Leon Kau pasti salah lihat. Dad mengirim Igor ke Monako tahun lalu. Gavin Mungkin dia sudah pulang. Leon Jika dia pulang, Dad