Share

Pembalasan Seorang Ibu
Pembalasan Seorang Ibu
Author: Asyifa Wafiyah

Bab 1

Author: Asyifa Wafiyah
last update Last Updated: 2024-10-28 19:05:06
Terjadi kebakaran di TK dan putriku yang berusia empat tahun berada di dalam.

Aku berulang kali memberi tahu suamiku yang merupakan seorang pemadam kebakaran, "Nea ada di kelas tengah di lantai dua!"

Namun, dia dengan kesal berkata, "Aku tahu kamu hanya ingin menghentikanku menyelamatkan putri Stella, bisakah kamu nggak begitu jahat?"

"Stella sangat rapuh, aku nggak bisa melihatnya kehilangan putrinya."

"Kalau dia kehilangan putrinya, dia pasti nggak ingin hidup lagi!"

Malam itu, dia keluar dari gedung yang terbakar sambil memeluk putri wanita pujaan hatinya, Stella Prisa, dan menjadi seorang pahlawan.

Saat tengah malam tiba, aku memeluk abu putri kami dan menangis sampai pingsan. Sementara dia terus menemani Stella.

"Haris, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup!"

....

Detak jantung lebih cepat dari yang seharusnya saat aku menerima telepon yang mengatakan ada kebakaran di TK. Aku bergegas ke sana tanpa sempat bersiap-siap.

Karena putriku yang berumur empat tahun, Nea, berada di sana.

Dengan tangan gemetar dan rasa panik, aku menelepon suamiku. Sekali, dua kali, tiga kali ....

Tidak peduli berapa kali aku meneleponnya, nomornya tidak dapat dihubungi.

Begitu tiba di depan gerbang TK, aku pun tercekat.

Seluruh TK dikepung api, asap tebal bergulung-gulung, dan udara dipenuhi bau terbakar.

"Anakku! Anakku masih di dalam!" Para orang tua di luar TK terus menangis dan menjerit.

"Nea! Nea ...!" Aku berjalan melintasi kerumunan itu dengan bingung, mencari sosok Nea di antara setiap anak yang dibawa keluar. Suaraku bergetar karena ketakutan, seolah-olah setiap langkah yang kuambil menguras seluruh kekuatanku.

Tepat pada saat ini, aku melihat Haris yang sedang bertugas memadamkan kebakaran. Dia adalah pemimpin tim pemadam kebakaran di kota ini, juga merupakan suamiku.

Aku berteriak memanggil namanya sekuat tenaga sambil menerobos kerumunan dengan sekuat tenaga. Setelah sampai di sampingnya, aku meraih lengannya erat-erat dan berkata, "Sayang! Sayang!"

"Nea! Nea ada di ruang tari kelas tengah di lantai dua!"

Haris tertegun sejenak ketika melihatku, lalu mengerutkan keningnya dengan ekspresi muak dan berkata dengan kesal, "Aku tahu hari ini Nea nggak masuk sekolah."

Hari ini .... Aku tiba-tiba teringat sesuatu. "Sayang, bukan begitu!"

"Pagi ini Nea pura-pura sakit! Dia bilang ingin belajar sebuah tarian di TK dan memberimu kejutan setelah pulang di malam hari!"

"Nea ada di dalam! Kelas tengah di lantai dua! Di kelas tari!"

Aku menggenggam lengannya erat-erat, takut dia tidak akan pergi menyelamatkannya, tetapi itu putrinya, bagaimana mungkin dia tidak menyelamatkannya? Pikirku lagi.

Aku menjelaskan dengan terbata-bata, tangisan para orang tua di sekitarku bagaikan pisau tajam yang menusuk hatiku.

Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi!

Namun, Haris malah melepaskan tanganku dengan kasar, tatapannya dingin, seakan-akan sedang menatap orang asing. "Cukup! Mika! Berhenti berpura-pura di sini! Nea baru empat tahun, dia mengikutimu hanya belajar hal-hal buruk! Bisakah kamu bersikap seperti seorang ibu?"

"Apa maksudmu?" Aku tertegun, menatapnya dengan ekspresi tidak percaya.

"Apa maksudku? Berhenti berpura-pura di sini!" Haris tertawa sinis dan berkata, "Aku tahu kamu hanya ingin menghentikanku menyelamatkan putri Stella, bisakah kamu nggak begitu jahat?"

Seketika, aku merasa seperti disambar petir, lalu sekujur tubuhku sedingin es.

Dia benar-benar berpikir aku sengaja berbohong?

Hanya untuk menghentikan dia menyelamatkan putri wanita pujaan hatinya, Stella?

Haris berkata dengan suara dingin, "Stella sangat rapuh, aku nggak bisa melihatnya kehilangan putrinya."

"Kalau dia kehilangan putrinya, dia pasti nggak ingin hidup lagi!"

Aku barusan melihat Haris berbicara dengan Stella.

Beberapa menit yang lalu, aku masih berpikir alasan dia tidak mengangkat teleponku karena dia sedang sibuk memadamkan api.

Ternyata bukan itu alasannya.

Aku menatap Haris dengan tatapan kosong, "Lalu bagaimana denganku? Kalau aku kehilangan putriku, apa aku masih ingin hidup?"

Haris mengabaikanku, berbalik dan melanjutkan penyelamatan. "Aku sudah tanya kepala sekolah TK ini, hari ini Sabtu, hanya beberapa kelas di lantai pertama yang dibuka, jadi nggak ada seorang pun di lantai dua!" ujarnya.

Aku bergegas mengejarnya, menarik seragam pemadam kebakarannya, merebut ponselnya dan menghancurkannya. "Haris! Siapa yang memberitahumu nggak ada seorang pun di lantai dua!"

"Putri kandungmu, Nea! Ada di lantai dua!"

"Apa yang harus kukatakan agar kamu percaya!"

Dia malah mendorongku ke samping dengan paksa dan mengernyit. "Minggir!" serunya.

Hatiku terasa seperti dikoyak-koyak, sakitnya tidak tertahankan hingga membuatku sulit untuk bernapas. "Haris! Bagaimana mungkin aku bercanda dengan nyawa putriku!"

Aku terjatuh duduk ke tanah, menatap dengan putus asa ke lautan api yang berkobar, pikiranku dipenuhi sosok Nea.

"Nea! Ibu datang untuk menyelamatkanmu!" Aku berjuang untuk bangkit, berlari seperti orang gila menuju tempat kebakaran.

Asap tebal membuat mataku berair dan kulitku terasa perih karena panas yang menyengat.

Meskipun begitu, aku tetap berusaha menerobos masuk.

Putriku pasti menangis saat ini, memanggilku untuk menggendongnya! Dia membutuhkanku!

Aku tidak boleh ....

"Cukup! Berhenti berpura-pura lagi!" Haris tiba-tiba muncul dan menarikku kembali dengan begitu kuat dan kasar, seakan-akan dia ingin menghancurkanku.

Related chapters

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 2

    Aku berlutut di depannya dan memohon, "Haris, aku mohon padamu, selamatkan Nea!""Dia benar-benar ada di dalam! Aku mohon selamatkan dia!""Diam!" Dia mendorongku dengan kasar dan memalingkan wajahnya dengan muak. "Bawa dia pergi! Jangan biarkan dia mendekati tempat kebakaran!"Aku diseret paksa oleh beberapa petugas pemadam kebakaran. Aku berjuang melepaskan diri, menangis, berteriak, tetapi tidak ada gunanya."Haris!"Lingkungan sekitar begitu kacau dan bising, tetapi aku tidak dapat mendengar apa pun, kecuali detak jantungku yang makin cepat, seolah-olah akan berhenti kapan saja.Seiring berjalannya waktu, Nea masih belum terlihat di antara anak-anak yang berhasil diselamatkan satu per satu.Dua jam kemudian, Haris keluar.Dia sedang menggendong seorang gadis kecil. Hanya sekilas aku dapat mengenalinya, anak itu adalah Vina Prisa, putri Stella.Aku berlari seperti orang gila dan meraih lengan Haris, kuku tajamku hampir menusuk dagingnya. Aku berteriak, "Haris! Di mana Nea! Di mana p

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 3

    "Nea sudah nggak bisa datang."Haris langsung marah, "Sudahi sandiwaramu itu!""Kuberi tahu saja! Kalau bukan karena mereka ingin bertemu dengan istriku, aku nggak akan meneleponmu!""Jangan nggak tahu diri!"Aku menarik napas panjang sebelum berkata, "Baik, aku akan membawa Nea ke sana."Setelah terdengar suara "tsk", dia lanjut berkata, "Lihat, kamu memang suka pura-pura! Nea baik-baik saja. Jangan terlambat malam ini, jangan membuatku malu!"Malam hari, aku tiba tepat waktu di hotel tempat Haris mengadakan pesta perayaannya. Dari kejauhan, aku melihat Stella, dia mengenakan gaun merah ketat dan duduk di samping Haris.Aku duduk di kursi tanpa ekspresi apa pun. Para petugas pemadam kebakaran bertubuh besar di sekitarku tertegun sejenak ketika mereka melihatku.Reaksi mereka tidak aneh. Dibandingkan dengan Stella yang berdandan rapi, aku hanya mengenakan kaus lama dan rambutku berantakan. Penampilan yang sangat tidak cocok di tempat seperti ini.Ketika Haris melihatku, dia mengernyit

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 4

    Aku tertawa.Kutatap Stella sambil berkata, "Benar juga, kenapa aku hampir melupakanmu.""Kamu selalu mengelilingi pria yang sudah menikah! Kalau bukan karena kamu ....""Kalau bukan karena kamu, Nea nggak mungkin ....""Kamu ...!" Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Haris sudah menarik Stella ke belakangnya dan mengangkat tangannya seolah ingin menamparku lagi.Aku menyeka darah dari sudut mulutku, berdiri, dan menatap tajam Haris dengan mata merahku. "Haris, apakah kamu benar-benar ingin Nea datang?" tanyaku.Tanpa menunggu dia menjawab, aku membuka tas yang kuletakkan di depannya dan mengeluarkan kotak abu Nea.Stella spontan mundur karena terkejut sambil menggendong putrinya. Petugas pemadam kebakaran lainnya juga saling memandang dengan kaget.Siapa pun langsung tahu apa yang aku keluarkan hanya dengan sekali pandang.Namun, hanya Haris yang masih berpura-pura bodoh. "Mika, apa lagi rencanamu ini?"Mataku begitu merah karena marah dan kuucapkan setiap kata dengan penuh penekanan,

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 5

    "Sudah puas buat keributan di sini?" Pada saat Haris melindungi Stella, dia tidak lupa menginjak abu Nea. "Sudah kubilang, jangan membuat keributan di sini!""Kamu pikir bisa menipuku dengan tepung ini?""Aaah! Minggir!" Aku terjatuh ke lantai, memukul kakinya berkali-kali, bahkan menggigitnya, tetapi dia tetap tidak menggeser kakinya.Haris mendengkus, mengangkat kepalanya dan berkata, "Memang anjing yang gila."Aku dengan hati-hati mengumpulkan abu Nea sedikit demi sedikit.Beberapa petugas pemadam kebakaran yang hadir merasa tidak tega, mereka berjongkok untuk membantuku, tetapi aku mendorong mereka satu per satu. "Nggak perlu.""Aku bilang nggak perlu! Minggir!"Beberapa petugas itu pun terdiam.Haris menarik pergi para rekannya itu dan berkata, "Aku sudah lama bersamanya, dia memang seperti ini, licik dan jahat, jangan percaya padanya."Aku berdiri dengan perlahan, menyeka air mataku, menatap Haris dengan tatapan dingin, dan mengucapkan kata demi kata, "Haris, dua hari i lagi adal

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 6

    Haris membuka kertas itu dengan tangan gemetar. Saat melihat isinya, wajahnya seketika memucat.Kertas itu merupakan surat persetujuan kremasi Nea, tertulis dengan jelas identitas jasad yang dikremasi. Nama: Nea Yerno. Usia: 4 tahun.Haris jatuh terduduk di lantai, tatapannya menjadi kosong."Haris, Nea sudah pergi, kamulah yang membunuhnya!" teriak aku dengan nada yang penuh penekanan dan menatapnya dengan tatapan dingin."Bu ... bukan aku .... Aku hanya ...." Dia tiba-tiba teringat sesuatu, berdiri sambil menahan sakit dan lanjut berkata, "Hari itu, kepala sekolah di TK itu yang memberitahuku, hanya ada orang di lantai satu!""Makanya aku ...."Ayahku tidak ingin melihat wajahnya lagi, jadi menyuruh pengawal untuk mengusir Haris. "Kamu hanya seorang pria yang masuk ke keluarga istri! Berani-beraninya kamu menindas Mika dan Nea!""Rafa, kamu selidiki kepala sekolah itu."Bisnis usaha keluargaku bergerak di bidang keamanan, jadi memiliki banyak koneksi, baik di pihak yang sah maupun ti

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 7

    Aku menyuruh pengawalku untuk membawa Desi ke kantor polisi. Tidak memerlukan waktu lama, Stella dan Haris pun tiba.Ibuku berteriak, "Semuanya sudah terungkap, apa lagi yang ingin kamu jelaskan sekarang?"Stella berdiri di depan Desi, tergagap-gagap saat berbicara, "Apa ... yang sedang kamu lakukan? Apa pun yang ingin kamu bicarakan ... tunggu sampai pengacara ibuku tiba ... baru kita bicarakan!"Aku mencengkeram kerah baju Stella dan berkata, "Stella! Kamu menghasut putrimu untuk menyulutkan api! Kamu meminta ibumu untuk berbohong kepada petugas pemadam kebakaran bahwa nggak ada seorang pun di lantai dua!""Kamu sudah merencanakan semua ini untuk membunuh putriku!"Haris menyaksikan semua ini dengan ekspresi tidak percaya, butuh beberapa saat baginya untuk tersadar kembali. "Apa kamu bilang?"Aku tertawa sinis, mengeluarkan ponselku dan memutar sebuah rekaman.Kata-kata Vina yang polos tetapi kejam, "Aku hanya menyalakan api, ingin melihat siapa yang akan diselamatkan oleh Paman Hari

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 8

    Hanya satu malam, Haris di pecat dari damkar, kariernya yang dulu dia bangga-banggakan hancur dalam sekejap.Adapun Stella, identitasnya sebagai "wanita simpan" terungkap dan dipecat dari perusahaan dia bekerja. Dia dan ibunya menjadi seperti tikus jalanan, dihujat dan dipukul oleh orang-orang.Perbuatan mereka sendiri yang membawa malapetaka bagi mereka.Namun, itu saja tidak cukup!Aku ingin mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan!Tiga hari kemudian, aku dan Haris menjalani prosedur perceraian.Tidak ada pertengkaran seperti yang dibayangkan. Dia menandatangani surat cerai dengan tenang dan meninggalkan rumah tanpa membawa aset apa pun, hanya membawa kelelahan dan penyesalan.Aku mendengar Haris berkata padaku dengan suara serak, "Mika, maaf ...."Aku menghentikan langkahku dan berkata, "Haris, berapa kali pun kamu minta maaf padaku ....""Nea sudah nggak bisa kembali."Dia menutup matanya, merasa sangat menderita, tetapi hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah.S

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 9

    Vina duduk di kursi belakang. Saat melihatku, dia awalnya tertegun, lalu membuka mulutnya lebar-lebar hendak berteriak.Aku segera menunjuk ke arah dua orang yang sedang berpelukan di tepi sungai dan berkata, "Vina, kamu sudah lihat, 'kan? Paman Haris akan segera bersama ibumu."Vina mencondongkan diri ke jendela mobil, mata terbuka lebar, melihat dengan penasaran.Aku melanjutkan ucapanku, "Vina, Paman Haris hanya akan mencintai ibumu mulai sekarang ... mungkin dia nggak akan mencintaimu lagi.""Mereka juga akan melahirkan banyak anak, lalu ....""Kamu bohong!" Vina akhirnya bereaksi dan membantah ucapanku dengan suara keras.Aku mengelus wajah Vina dan berkata, "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba sendiri, lihat siapa yang akan diselamatkan Paman Haris kalau kamu dan ibumu sama-sama dalam bahaya."Setelah mengatakan itu, aku pun keluar dari mobil.Karena aku tahu ....Vina sangat mencintai Haris, cintanya sudah di luar nalar. Dia ingin Haris menjadi ayahnya seorang.Tidak lama k

    Last Updated : 2024-10-28

Latest chapter

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 9

    Vina duduk di kursi belakang. Saat melihatku, dia awalnya tertegun, lalu membuka mulutnya lebar-lebar hendak berteriak.Aku segera menunjuk ke arah dua orang yang sedang berpelukan di tepi sungai dan berkata, "Vina, kamu sudah lihat, 'kan? Paman Haris akan segera bersama ibumu."Vina mencondongkan diri ke jendela mobil, mata terbuka lebar, melihat dengan penasaran.Aku melanjutkan ucapanku, "Vina, Paman Haris hanya akan mencintai ibumu mulai sekarang ... mungkin dia nggak akan mencintaimu lagi.""Mereka juga akan melahirkan banyak anak, lalu ....""Kamu bohong!" Vina akhirnya bereaksi dan membantah ucapanku dengan suara keras.Aku mengelus wajah Vina dan berkata, "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba sendiri, lihat siapa yang akan diselamatkan Paman Haris kalau kamu dan ibumu sama-sama dalam bahaya."Setelah mengatakan itu, aku pun keluar dari mobil.Karena aku tahu ....Vina sangat mencintai Haris, cintanya sudah di luar nalar. Dia ingin Haris menjadi ayahnya seorang.Tidak lama k

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 8

    Hanya satu malam, Haris di pecat dari damkar, kariernya yang dulu dia bangga-banggakan hancur dalam sekejap.Adapun Stella, identitasnya sebagai "wanita simpan" terungkap dan dipecat dari perusahaan dia bekerja. Dia dan ibunya menjadi seperti tikus jalanan, dihujat dan dipukul oleh orang-orang.Perbuatan mereka sendiri yang membawa malapetaka bagi mereka.Namun, itu saja tidak cukup!Aku ingin mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan!Tiga hari kemudian, aku dan Haris menjalani prosedur perceraian.Tidak ada pertengkaran seperti yang dibayangkan. Dia menandatangani surat cerai dengan tenang dan meninggalkan rumah tanpa membawa aset apa pun, hanya membawa kelelahan dan penyesalan.Aku mendengar Haris berkata padaku dengan suara serak, "Mika, maaf ...."Aku menghentikan langkahku dan berkata, "Haris, berapa kali pun kamu minta maaf padaku ....""Nea sudah nggak bisa kembali."Dia menutup matanya, merasa sangat menderita, tetapi hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah.S

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 7

    Aku menyuruh pengawalku untuk membawa Desi ke kantor polisi. Tidak memerlukan waktu lama, Stella dan Haris pun tiba.Ibuku berteriak, "Semuanya sudah terungkap, apa lagi yang ingin kamu jelaskan sekarang?"Stella berdiri di depan Desi, tergagap-gagap saat berbicara, "Apa ... yang sedang kamu lakukan? Apa pun yang ingin kamu bicarakan ... tunggu sampai pengacara ibuku tiba ... baru kita bicarakan!"Aku mencengkeram kerah baju Stella dan berkata, "Stella! Kamu menghasut putrimu untuk menyulutkan api! Kamu meminta ibumu untuk berbohong kepada petugas pemadam kebakaran bahwa nggak ada seorang pun di lantai dua!""Kamu sudah merencanakan semua ini untuk membunuh putriku!"Haris menyaksikan semua ini dengan ekspresi tidak percaya, butuh beberapa saat baginya untuk tersadar kembali. "Apa kamu bilang?"Aku tertawa sinis, mengeluarkan ponselku dan memutar sebuah rekaman.Kata-kata Vina yang polos tetapi kejam, "Aku hanya menyalakan api, ingin melihat siapa yang akan diselamatkan oleh Paman Hari

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 6

    Haris membuka kertas itu dengan tangan gemetar. Saat melihat isinya, wajahnya seketika memucat.Kertas itu merupakan surat persetujuan kremasi Nea, tertulis dengan jelas identitas jasad yang dikremasi. Nama: Nea Yerno. Usia: 4 tahun.Haris jatuh terduduk di lantai, tatapannya menjadi kosong."Haris, Nea sudah pergi, kamulah yang membunuhnya!" teriak aku dengan nada yang penuh penekanan dan menatapnya dengan tatapan dingin."Bu ... bukan aku .... Aku hanya ...." Dia tiba-tiba teringat sesuatu, berdiri sambil menahan sakit dan lanjut berkata, "Hari itu, kepala sekolah di TK itu yang memberitahuku, hanya ada orang di lantai satu!""Makanya aku ...."Ayahku tidak ingin melihat wajahnya lagi, jadi menyuruh pengawal untuk mengusir Haris. "Kamu hanya seorang pria yang masuk ke keluarga istri! Berani-beraninya kamu menindas Mika dan Nea!""Rafa, kamu selidiki kepala sekolah itu."Bisnis usaha keluargaku bergerak di bidang keamanan, jadi memiliki banyak koneksi, baik di pihak yang sah maupun ti

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 5

    "Sudah puas buat keributan di sini?" Pada saat Haris melindungi Stella, dia tidak lupa menginjak abu Nea. "Sudah kubilang, jangan membuat keributan di sini!""Kamu pikir bisa menipuku dengan tepung ini?""Aaah! Minggir!" Aku terjatuh ke lantai, memukul kakinya berkali-kali, bahkan menggigitnya, tetapi dia tetap tidak menggeser kakinya.Haris mendengkus, mengangkat kepalanya dan berkata, "Memang anjing yang gila."Aku dengan hati-hati mengumpulkan abu Nea sedikit demi sedikit.Beberapa petugas pemadam kebakaran yang hadir merasa tidak tega, mereka berjongkok untuk membantuku, tetapi aku mendorong mereka satu per satu. "Nggak perlu.""Aku bilang nggak perlu! Minggir!"Beberapa petugas itu pun terdiam.Haris menarik pergi para rekannya itu dan berkata, "Aku sudah lama bersamanya, dia memang seperti ini, licik dan jahat, jangan percaya padanya."Aku berdiri dengan perlahan, menyeka air mataku, menatap Haris dengan tatapan dingin, dan mengucapkan kata demi kata, "Haris, dua hari i lagi adal

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 4

    Aku tertawa.Kutatap Stella sambil berkata, "Benar juga, kenapa aku hampir melupakanmu.""Kamu selalu mengelilingi pria yang sudah menikah! Kalau bukan karena kamu ....""Kalau bukan karena kamu, Nea nggak mungkin ....""Kamu ...!" Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Haris sudah menarik Stella ke belakangnya dan mengangkat tangannya seolah ingin menamparku lagi.Aku menyeka darah dari sudut mulutku, berdiri, dan menatap tajam Haris dengan mata merahku. "Haris, apakah kamu benar-benar ingin Nea datang?" tanyaku.Tanpa menunggu dia menjawab, aku membuka tas yang kuletakkan di depannya dan mengeluarkan kotak abu Nea.Stella spontan mundur karena terkejut sambil menggendong putrinya. Petugas pemadam kebakaran lainnya juga saling memandang dengan kaget.Siapa pun langsung tahu apa yang aku keluarkan hanya dengan sekali pandang.Namun, hanya Haris yang masih berpura-pura bodoh. "Mika, apa lagi rencanamu ini?"Mataku begitu merah karena marah dan kuucapkan setiap kata dengan penuh penekanan,

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 3

    "Nea sudah nggak bisa datang."Haris langsung marah, "Sudahi sandiwaramu itu!""Kuberi tahu saja! Kalau bukan karena mereka ingin bertemu dengan istriku, aku nggak akan meneleponmu!""Jangan nggak tahu diri!"Aku menarik napas panjang sebelum berkata, "Baik, aku akan membawa Nea ke sana."Setelah terdengar suara "tsk", dia lanjut berkata, "Lihat, kamu memang suka pura-pura! Nea baik-baik saja. Jangan terlambat malam ini, jangan membuatku malu!"Malam hari, aku tiba tepat waktu di hotel tempat Haris mengadakan pesta perayaannya. Dari kejauhan, aku melihat Stella, dia mengenakan gaun merah ketat dan duduk di samping Haris.Aku duduk di kursi tanpa ekspresi apa pun. Para petugas pemadam kebakaran bertubuh besar di sekitarku tertegun sejenak ketika mereka melihatku.Reaksi mereka tidak aneh. Dibandingkan dengan Stella yang berdandan rapi, aku hanya mengenakan kaus lama dan rambutku berantakan. Penampilan yang sangat tidak cocok di tempat seperti ini.Ketika Haris melihatku, dia mengernyit

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 2

    Aku berlutut di depannya dan memohon, "Haris, aku mohon padamu, selamatkan Nea!""Dia benar-benar ada di dalam! Aku mohon selamatkan dia!""Diam!" Dia mendorongku dengan kasar dan memalingkan wajahnya dengan muak. "Bawa dia pergi! Jangan biarkan dia mendekati tempat kebakaran!"Aku diseret paksa oleh beberapa petugas pemadam kebakaran. Aku berjuang melepaskan diri, menangis, berteriak, tetapi tidak ada gunanya."Haris!"Lingkungan sekitar begitu kacau dan bising, tetapi aku tidak dapat mendengar apa pun, kecuali detak jantungku yang makin cepat, seolah-olah akan berhenti kapan saja.Seiring berjalannya waktu, Nea masih belum terlihat di antara anak-anak yang berhasil diselamatkan satu per satu.Dua jam kemudian, Haris keluar.Dia sedang menggendong seorang gadis kecil. Hanya sekilas aku dapat mengenalinya, anak itu adalah Vina Prisa, putri Stella.Aku berlari seperti orang gila dan meraih lengan Haris, kuku tajamku hampir menusuk dagingnya. Aku berteriak, "Haris! Di mana Nea! Di mana p

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 1

    Terjadi kebakaran di TK dan putriku yang berusia empat tahun berada di dalam.Aku berulang kali memberi tahu suamiku yang merupakan seorang pemadam kebakaran, "Nea ada di kelas tengah di lantai dua!"Namun, dia dengan kesal berkata, "Aku tahu kamu hanya ingin menghentikanku menyelamatkan putri Stella, bisakah kamu nggak begitu jahat?""Stella sangat rapuh, aku nggak bisa melihatnya kehilangan putrinya.""Kalau dia kehilangan putrinya, dia pasti nggak ingin hidup lagi!"Malam itu, dia keluar dari gedung yang terbakar sambil memeluk putri wanita pujaan hatinya, Stella Prisa, dan menjadi seorang pahlawan.Saat tengah malam tiba, aku memeluk abu putri kami dan menangis sampai pingsan. Sementara dia terus menemani Stella."Haris, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup!"....Detak jantung lebih cepat dari yang seharusnya saat aku menerima telepon yang mengatakan ada kebakaran di TK. Aku bergegas ke sana tanpa sempat bersiap-siap.Karena putriku yang berumur empat tahun, Nea, berada di san

DMCA.com Protection Status