Share

Lima Puluh Delapan

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 15:58:28

Bab 58

Tiara menatap wanita di sampingnya. Tentu saja ia masih ingat wanita itu.

"Hai, Nona Tiara. Apa kamu masih ingat aku?" tanyanya sok akrab dan dekat.

"Oh kamu." Tiara tak memedulikan sosok yang kini ikut merapikan makeup. Ia melirik sekilas dan melihat peralatan yang dimiliki oleh Angelica. Semua sama persis dari warna dan merk yang dipakai mereka. Seperti pinang dibagi dua.

Semua makeup dan tas sama persis dengan miliknya. Apakah Angelica adalah salah satu penggemarnya atau sebaliknya.

"Menyebalkan. Mengapa selalu ada wanit penggoda itu. Lihatlah, semuanya sama seperti milikku. Dasar pencuri." Monolog Tiara dalam hati.

Tiara bergegas merapikan alat makeup dan segera keluar tanpa pamit. Angelica tersenyum sinis ketika raut wajah Tiara telihat marah.

Langkah kaki jenjang Tiara mendekati meja yang sempat ia tinggal beberapa menit saja untuk ke toilet. Kini, meja itu sudah rapi dan berganti menu.

"Aku pesan dessert untukmu." Sebastian menarik kursi ketika Tiara hendak duduk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Saudara Kembar    Lima Puluh Sembilan

    "Ups, sorry. Aku gak sengaja." Tiara sengaja menyenggol cake Angelica hingga terjatuh ke lantai. Sebagain cake mengenai pakaiannya. "Astaga, Nona Tiara!" Angelica bangkit menatap pakaiannya. Sebastian memberikan tisu kepada Angelica. Ia segera menghapus noda di pakaiannya. "Maaf, Nona Angelica." Sebastian merasa bersalah karena pelakunya adalah kekasihnya. "Aduh!" Tiara menyentuh keningnya. Hingga kedua mata elang menatap ke arahnya."Tiara kamu kenapa?" tanyanya panik."Kepalaku pusing. Aku ingin pulang. Pusing sekali kepalaku." "Tapi ....""Aduh! Tolong aku." Tiara duduk menyadarkan tubuh dan memijat keningnya. Ia memejamkan mata agar Sebastian memerhatikanya. "Kita ke dokter!" Sebastian melihat wajah Tiara yang berbeda tak segar seperti biasanya. "Nona Angelica saya pamit dulu." "Iya saya mengerti. Bawalah ia ke dokter atau rumah sakit agar penyakitnya lekas sembuh." Angelica berusaha untuk tersenyum walau hatinya kesal. Sebastian mengalihkan perhatiannya ke Tiara. "Aduh,

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh

    "Apa yang mau kamu lakukan, ah?" Tiara membulatkan mata. Ia tak suka pria itu berada di rumahnya. "Kamu melupakanku Tiara. Aku sedang banyak waktu. " Dokter muda tampan dan memesona tak menyangka akan mendapat sambutan yang tak hangat dari kekasihnya. "Bukan melupakanmu. Tapi aku sudah berulang kali. Untuk sementara jangan datang ke rumah ini. Kamu tahu kan hal itu." Suara Tiara merendah. Ia tak ingin kekasih hatinya tersingung. Hanya saja terkejut dengan kedatangan tiba-tiba kekasih gelapnya. "Ehm, sepertinya aku datang di saat tak tepat.""Belum waktunya kamu datang kesini bisa saja pihak ansuransi melihatmu berlama-lama di sini. Please tolong kalau ke sini hubungi aku atau aku akan datang ke apartema, bisa juga ke rumah sakit. Please jangan datang k sini. Tanpa sepengetahuanku." "Memang kenapa kalau aku datang ke sini bilang saja ada pekerjaan yang harus aku lakukan di sini lagian sebentar lagi kita akan menjadi suami istri. bukankah begitu.""Tidak, belum saatnya. mereka pas

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh Satu

    Tiara sudah berada di dalam waduk, ia ingin berenang tetapi tak mampu. Tubuhnya sulit untuk digerakkan. Hingga seorang laki-laki berdiri jauh dari waduk. Tiara meminta tolong tetapi pria itu diam hanya memandang Tiara dengan senyum menyeringai. "Tolong! Tolong!" Tubuh Tiara terasa tengelam hingga ia masuk ke air lebih dalam lagi. Kedua kaki Tiara sulit untuk digerakkan seperti ada yang mencegah untuk bergerak. Bugh! Tubuh Tiara terjatuh dari ranjang, ia merintih kesakitan. Mengusap-usap pinggul terbentur lantai marmer. "Ah, sial hanya mimpi. Mimpi aneh dan menyembalkan." Mengacak rambut pirangnya dengan kesal. Tiara bangkit dari lantai putih yang menghiasi kamarnya. Ia menatap pantulan diri dari cermin besar. Tangan lentik wanita itu menyentuh kulit wajah lembutnya. "Mengapa aku bisa bermimpi aneh itu dan suara mereka mirip sekali dengan aslinya. Seperti nyata sekali." Tiara berbicara dengan dirinya sendiri seolah-olah di depan dirinya ada orang lain. Justru hal seperti ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh Dua

    Bab 61 Perlahan tubuh Lola menghadap pria yang kini berdiri gagah tepat di depannya. Wajah pria dan tubuh pria itu berwibawa. "Selamat malam," sapanya sopan. "Selamat ma-malam." Lola tak bisa menahan dirinya agar tak gugup. Tatapan tajam menusuk ke hati Lola hingga ia sulit untuk bernapas. "Apa yang Anda lakukan di sini Nona?" tanya seorang penjaga keamanan berseragam coklat dari kejauhan memperhatikan Lola gelisah sejak tadi hingga ia terlihat mencurigakan. "Menunggu seseorang." "Apa tak ada tempat lain selain di sini? Penerangan di tempat ini kurang bagus. Saya khawatir Anda bisa menjadi korban kejahatan." "Iya, terima kasih atas tegurannya." "Lebih baik Anda pergi saja." "Baik, Pak. Permisi."Lola bernapas lega setidaknya ia tak dibawa ke kantor polisi. Lola menghampiri Tiara yang menunggu di tempat lain tepatnya di dalam mobil. Tangan gadis itu membuka pintu dan hendak masuk ke dalam mobil. "Kenapa kamu ke sini?" Tiara menatap tak suka gadis tomboi itu. "Ada polisi sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh Tiga

    Tubuh Tiara diikat di kursi kayu. Tubuhnya melemas tak berdaya. Dua orang menatap Tiara, tak ada rasa iba dari keduanya. Wajah mereka terlihat bahagia. "Siram tubuhnya!" ucap salah satu dari mereka menatap ember besar yang sengaja di siapkan"Silahkan kamu saja." Memberikan ember berisi air dengan campuran batu es yang sudah mencair. BYUR!Tubuh Tiara tersentak ketika air dingin menguyur ke seluruh tubunya. Rasa dingin menembus ke tulang. Air dalam wadah begitu dingin hingga kulit Tiara terlihat mengigil.Tiara membuka mata perlahan, ia menatap dua orang bertopeng. Suara tawa mengema di ruangan kosong itu, Tiara berusaha memejamkan mata dan membuka kembali memastikan kalau ini bukan mimpi. "Siapa kalian!"Tiara membuka mata lebar-lebar. Air terus mengalir ke seluruh tubuh. "Kamu taj usah tahu siapa kami. Cukup duduk manis dan menikmati permaiana dari kami."Suara wanita terdengar di balik topeng, Tiara tak pernah mendengar suara itu."Kamu siapa?" tanyanya tanpa mau menurunkan kes

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam puluh Empat

    "Nona Tiara!" Seorang wanita Menghampiri Tiara dan memberikan penerangan. "Lola itu kamu. Ya Tuhan akhirnya, kamu datang." Lola membuka ikatan tali di tangan Tiara. Wajah wanita cantik itu berubah pucat. Tiara hendak berdiri tetapi tubuhnya tak kuat menahan berat badan. Untung saja Lola menahannya. "Nona, apa Anda baik-baik saja?" "Menurutmu bagaimana? Kakiku lemas." "Aku akan suruh orang untuk menggendongmu." "Tidak, aku tak mau. Kita harus keluar dari sini atau mereka akan kembali lagi." "Baiklah, ayo kita segera pergi." Lola membantu Tiara untuk melangkahkan kaki. Tubuh Tiara tak terlalu berat. Tiara bernapas lega ketika melihat cahaya bulan dan bintang malam itu. Ia berpikir hidupnya akan tamat seperti saudara kembarnya atau pelayan itu, Mimi. Tiara pernah melakukan hal seperti tadi. Ternyata ia merasakan seperti korbannya juga apakah ini karma atau balas dendam. "Ya Tuhan, hari yang sangat lelah. Hari sial untukku," lirih Tiara menyandarkan tubuhnya setelah pintu mobil

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh Lima

    Adrian sedang bergumul di atas ranjang bersama seorang gadis lebih muda dari Tiara. Ia telah berdusta kepada wanita itu. Padahal, Adrian masih berada di negara yang sama dengan Tiara. "Faster!" Adrian tak pernah puas dengan satu wanita. Ia memiliki banyak wanita rahasia untuk menemani hari-harinya. Setelah bermain-main dengan Tiara di rumah tua. Mereka memutuskan untuk ke apartemen meninggalkan Tiara seorang diri. Ide itu muncul seketika. Hingga mereka melakukan penculikan dan menyiksa wanita sombong. Tok! Tok! Mereka menoleh ke arah pintu ketika pintu kamar mereka diketuk. Mereka berada di apartemen gadis yang berada di bawah tubuh Adrian. "Siapa itu? Bukannya kamu sendirian?" Adrian menatap gadis dalam pelukannya. "Iya. Aku sendirian." Tok! Tok! Suara ketukan terdengar kembali kali ini suara begitu nyaring. Adrian bangkit dan menutup tubuhnya dengan kimono. "Jangan di buka! Mungkin itu polisi." Suara wanita di balik selimut terdengar takut. Ia tak ingin wajahnya viral seper

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Pembalasan Saudara Kembar    Enam Puluh Enam

    Adrian dibawa ke rumah sakit dengan bantuan penjaga keamanan. Ia mulai sadarkan diri ketika mencium bau minyak angin. Tubuh kekarnya terbaring lemah. Entah apa yang telah terjadi dengan alat reproduksinya. Sebagai dokter ia juga butuh dokter lain untuk memeriksanya. Dokter memeriksa keadaan Adrian, tentu saja mereka ke rumah sakit yang lain. Tak ingin ketahuan kalau ia berbohong. "Apa yang terjadi dengan saya?" tanya Adrian masih merasakan perih dan nyeri di area inti. "Maaf, Pak. Anda terkena penyakit kelamin." Dokter menduga hal itu. Cairan bau keluar dari area itu. "Apa?" Wajah Adrian tampak Shock. Adrian tak percaya dan menoleh gadis yang berdiri tak jauh darinya. "Ini pasti ulah kamu. Kamu pembawa penyakit. Kamu penyakit itu!" Tunjuk Adrian tanpa bukti. "Enak saja kamu bicara. Aku bersih. Astaga kalau begitu aku bisa tertular." Gadis itu pergi meninggalkan Adrian yang berteriak memanggil namanya. Ia akan melakukan pemeriksaan juga takut tertular. "Tolong Tuan jangan beri

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16

Bab terbaru

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Dua

    Bab 82 "Api! Panas!" Seno melihat Tiara tak merasa iba. Baginya kesakitan Tiara adalah kebahagiaan yang hakiki, harus ia resapi hingga masuk ke dalam hati. Suara penuh penderitaan terasa indah di telinga Seno. Pria itu tertawa terbahak-bahak menatap kesakitan Tiara. Tubuh Tiara merasakan panas di sekitarnya. Tiara bagai kambing yang siap di bakar. Asap tebal mulai memenuhi rumah tua itu. Tak ada yang tahu apa yang terjadi. Mereka hanya tahu ada seseorang yang membakar di sekitar rumah tua itu. Seno merekam Tiara yang kepanasan akibat ulahnya. Ia terkekeh berkali-kali. Adegan demi adegan ia rekam hingga wajah kesakitan Tiara terekam sempurna. Hingga Seno tak menyadari pakaian Tiara dibagian kaki mulai terkena api. "Api!" Tiara menatap api menyentuh celananya. Kulitnya terasa melepuh. Pria itu mengambil air untuk memadamkan api tersebut. Belum waktunya Tiara mati. Wanita itu harus mendapat siksaan secara perlahan. Uhuk! uhuk! Tiara terbatuk-batuk menghisap banyak asap. Kedua m

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Satu

    Bab 81 Seno mengikat tubuh Tiara di kursi kayu. Ia menatap wajah cantik mantan istrinya. "Cantik doang tapi hatinya busuk," maki Seno dengan tatapan benci. Seno tak pernah menyangka kalau dirinya akan seperti ini hanya karena cinta. Tangan kekar Seno melayang di udara dan berakhir di wajah Tiara. Wanita itu terbangun, merasakan perih di pipi kanan. Rintihan kecil terdengar di bibir Tiara."Bangun Tiara!" Wanita yang terikat di kursi kayu dengan pakaian serba orange membuka mata perlahan. Ia tahu hidupnya akan berakhir di tangan sang mantan. "Seno." "Selamat datang putri tidur. Sudah waktunya kamu bangun." "Aku di mana?" "Di istana yang akan menjadi tempat paling indah untukmu." Seno menyeringai menatap mangsa yang tak akan bisa pergi lagi dari hidupnya. Sudah waktunya untuk mengakhiri semuanya. "Seno aku ...." "Sst! Diam Sayang. Jangan berbicara. Sudah waktunya kamu menikmati indahnya dunia ini. Tanpa ada rasa sakit sedikitpun." Tiara menatap wajah Seno, pria yang dulu san

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh

    Bab 80 Angelica menetap beberapa barang yang diperlihatkan oleh Seno. Wanita itu tahu benda apa itu. Angelica harus menghentikan kegilaan Seno yang semakin merajalela. Ia takut Tiara akan mengalami hal yang lebih parah. Rasa benci Seno akan adiknya begitu besar. Hingga pria itu nekad melakukan hal gila. Angelica tak ingin Seno terjebak lebih dalam. Ia ingin Tiara mendapatkan hukum setimpal atas perbuatannya. "Ya Tuhan, semoga saja tak terlambat." Angelica menatap ponsel berharap ia bisa mencegah kejadian itu. Seno berdiri di tempat yang tepat. Ia menunggu sesuatu terjadi di kantor polisi itu. Tubuhnya terbalut jaket hitam. Seno memandang tempat Tiara berada, wanita yang telah membuat hatinya terluka. Menatap jam tangan yang melingkar di lengan. "Satu, dua, tiga, duar!" Seno tersenyum licik ketika dua mobil polisi meledak hingga terbakar. Semua petugas keluar dari dalam kantor. Mereka mencoba memadamkan api dalam mobil. "Cepat singkirkan kendaraan lain!" teriak salah satu petuga

DMCA.com Protection Status