Share

Kamu Hidupku

Denting garpu dan pisau beradu di atas piring ketika Tuan Ronald menikmati sarapannya pagi itu. Apel kukus dan minuman coklat tanpa gula masih menjadi favorit di usia yang tak lagi muda.

Di seberang meja, Martin duduk membisu dengan ekspresi datar. Ia bahkan belum menyentuh sepiring pancake strawberry yang telah disediakan pelayan. Pria muda itu menatap sang kakek lurus. Menunggu.

"Apa yang kau tunggu? Pancake lebih nikmat jika disantap ketika hangat," ujar Tuan Ronald tapi cucunya masih tak bergeming.

Seusai Tuan Ronald menyelesaikan makanannya, barulah Martin berbicara.

"Apa benar aku cuma anak angkat mama dan papa? Aku bukan cucu kandung Kakek?"

"Untuk apa membahasnya? Apapun yang terjadi kau tetaplah cucuku, Martin." Tuan Ronald membalas tatapan Martin tak kalah datar.

"Kakek tahu jika aku butuh jawaban, bukan penghiburan. Dan aku harap Kakek mau mengatakan yang sebenarnya."

"Itulah yang sebenarnya. Kau adalah cucuku." Bibir keriput Tuan Ronald membentuk lengkungan ke atas.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status