"Ohh, bukan siapa-siapa!" Jawab RK singkat.
'lagian wanita yang aku temui di rumah sakit, kesulitan untuk membayar uang operasi anaknya. Kalau itu adalah dirinya, dia pasti saat itu lagi berbahagia dengan uang milyaran rupiah yang dipinjam suaminya, jadi mereka tidak mungkin orang yang sama. Mungkin hanya kebetulan, ia hanya sedikit mirip dengan wanita malang itu.' batin RK.RK dan Donny sangat membenci Ivan karena tindakan yang dia lakukan dalam menyelewengkan dana perusahaan dengan dalih meminjam uang. Setelah mereka mengetahui hal itu, Ivan disuruh harus menggantinya segera.Hal ini yang membuat Ivan kelabakan hingga mengambil langkah menyerahkan rumahnya pada pihak perusahaan. Karena dirasa kurang, akhirnya Aira yang digunakan untuk menutupi sisanya.Tujuan RK menyetujui perihal tawaran Ivan tentang istrinya yang akan diserahkan sebagai ganti untuk menutupi sebagian hutangnya, tidak lain untuk menyiksa wanita itu.Karena menurut RK, wanita semuanya sama, Ivan bisa terlilit hutang, mesti karena makhluk bernama wanita ini.Oleh sebab itu dia sangat menanti hari ini, hari dimana istri Ivan akhirnya resmi bekerja dirumahnya. Dia ingin membuat wanita itu menyadari apa itu kerja keras, dan uang tidak akan turun dari langit tanpa berusaha."Oh ya Boss! Kata Pak' Indra, beberapa hari lalu anak Ivan baru saja meninggal. Cuma saat mereka pergi melayat, Ivan tak tampak sedikitpun disana! Entah ada dimana dia sekarang!" pungkas Donny yang membuat RK mengeryitkan keningnya."Begitu yah?" RK kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela yang tadi, dan menatap ke arah taman, seperti ingin mencari tahu sesuatu."Ada apa Boss?""Berhentilah memanggilku Boss! telingaku agak sakit, mendengar kau terus menyebutkan kata itu." Kesal RK, sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan Donny yang seperti mencurigai dirinya.Donny hanya terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Tuannya, yang sejak tadi seperti menyembunyikan sesuatu dari dirinya."Katakan apa yang harus ku lakukan? apa rencana kita akan tetap berjalan?" tanya Donny sambil tersenyum manis ke arah RK."Apa maksud dari senyuman jelek mu itu, hah? kau membuatku ingin menendangmu!" ujar RK dengan wajah datar khas dirinya."Aku cuma ingin tahu, apa rencana kita untuk membuat tobat istri Ivan itu akan tetap berjalan, atau kau mulai menyukainya dan membatalkan semuanya, itu saja!" ucap Donny sembari terkekeh geli melihat wajah kesal Bossnya itu."Sebaiknya tutup mulutmu dan segera pergi ke kantor, temui klien kita yang dari China itu. Sampaikan permintaan maaf ku, karena tidak dapat menyambutnya, aku akan segera menemuinya nanti." Tandas RK.Donny pun berlalu pergi, meninggalkan RK yang tenggelam dalam pikirannya. "aghh, aku terlalu banyak berfikir. sebaiknya aku melihat keadaan Brian saat ini, apa dia sudah mau makan!" gumam RK.Namun ia seperti enggan meninggalkan tempat ia berpijak saat ini. Spot yang memperlihatkan taman dengan bunga-bungaan indah di bawah sana, milik mendiang Neneknya.Beberapa menit pun berlalu, ia masih betah berdiri disitu, entah apa yang ia pikirkan, namun jelas ia sedang memikirkan sesuatu, hingga membuatnya tidak sadar, bahwa waktu terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.Di kamar bercat putih bersih, dengan desain dan hiasan dinding serta pernak-pernik khas kamar seorang gadis, ditandai dengan banyaknya boneka dan stiker dinding cantik, bergambar pohon bunga sakura yang sedang bermekaran.Warna merah muda bunga sakura yang terbang ditiup angin, yang di rekatkan pada dinding bercat putih itu menambah keindahan kamar itu. Disisi lain kamar itu, terdapat sebuah lukisan kota Paris diwaktu malam.Suasana kamar yang begitu nyaman, namun tidak mampu mengobati luka di hati penghuni kamar itu. Ya, Airalah penghuni kamar itu. Saat ini ia sedang duduk di lantai di sudut kamar itu, memeluk lututnya erat-erat, dan tertunduk sembari meneteskan airmata.Ia berusaha menyibukkan dirinya agar tidak larut dalam kesedihan. Namun, usahanya selalu gagal ketika ia sudah berada didalam kamar dan sendirian seperti ini. Luka batinnya akan kembali terkoyak kala kenangan tentang masa-masa indah dirinya dan putrinya kembali terngiang di benaknya."Ila ... Mami kangen Sayang! maafkan Mami tidak bisa nepatin janji untuk tetap tersenyum. Mami gak sekuat ila, Maafkan Mami Nak, maafkan Mami!" lirih Aira dengan suara seperti tercekat di lehernya, karena rasa sesak yang begitu mencengkram dadanya, hingga ia sulit untuk sekedar bernafas.Aira masih sangat berduka atas kepergian putrinya. Semakin hari Ia semakin rindu pada buah hatinya itu. Ingin rasanya ia meminta izin agar dapat berziarah ke makam anaknya, namun itu adalah hal yang mustahil untuk dia lakukan. Oleh sebab itu, meringkuk didalam kamar seperti sekarang ini, nampaknya akan menjadi rutinitas Aira didalam istana megah itu."Bu, apa Brian makannya banyak?" suaranya sedingin biasanya. Namun, Ia tetap menggunakan bahasa yang sopan sebab wanita paruh baya yang ada di hadapannya ini, merupakan wanita yang telah menemaninya sejak kecil, dan merupakan orang kepercayaan neneknya, satu-satunya wanita yang ia cintai dalam hidupnya."Maaf Tuan, den'Bri masih sama, masih sulit untuk makan. Vitaminnya sudah ibu kasih, tapi entah mengapa, semakin hari semakin sedikit porsi makannya." Jawab Bu'Retno menanggapi pertanyaan RK.RK lalu menghampiri putranya, "Papa ...," seru Brian sambil berlari kecil ke arah RK, setelah menoleh dan mendapati RK sedang berada di kamarnya."Heyy Jagoan," balas RK sembari berjongkok dengan posisi satu kakinya menyanggah tubuh kekarnya serta merentangkan tangan dan segera membawa sosok kecil yang begitu mirip dengan dirinya kedalam pelukan hangatnya.Brian kecil, benar-benar mewarisi ketampanan ayahnya. Tak ayal RK sangat mencintai buah hatinya itu. Dia begitu memperhatikan tumbuh kembang Brian."Papa, tolong carikan Bri mami, yahh! Bri pengen di peluk seperti ini sama mami juga." perkataan itu membuat RK marah. Ia lalu merenggangkan pelukannya dan segera berdiri membelakangi putranya, "tidak ada ibu yang baik, semuanya sama saja." Dengan wajah datar dan suara yang dingin, ia kembali menoleh kearah putranya, yang ketakutan dengan perubahan sikap ayahnya, setiap kali ia menyinggung tentang ibu.RK yang menyadari hal itu, segera menggendong dan kembali memeluk putranya, "kita akan baik-baik saja tanpa mami. Jadi tolong jangan katakan hal ini lagi!" pinta RK dengan suara yang sedikit dibuat lembut, agar putranya menjadi tenang. "Baiklah Papa, Bri janji!" ucap pria kecil itu sembari merenggangkan pelukannya dan menyodorkan jari kelingking ke arah RK, agar mereka dapat membuat janji kelingking.Disaat ayah dan anak itu saling menyalurkan rasa cinta mereka melalui pelukan hangat, Aira yang sejak tadi hanya terdiam dilantai sudut ruang kamar yang ia tempati, masih saja meringkuk meratapi nasib malang yang menimpa hidupnya.Drrrttt...drrttt..."Iyah gimana bu? Kayla gimana keadaannya, dia tinggal sama siapa sekarang? Pasti Aira sudah ke rumah tuan RK kan? Kasian Kayla Bu, Ibu tolong Ivan yahh, tolong jagain Kayla untuk Ivan, nanti Ivan bakal rutin ngirimin ibu duit untuk kebutuhan kal ...,""Kayla udah gak ada, Van! Kayla udah meninggal dan udah dikuburkan 5 hari yang lalu." Sela Dewi, ibu Ivan, dengan suara bergetar.Deggg...Ivan yang mendengar hal itu terperangah tak percaya, "a-apa, ibu ngomong apa tadi? jaringan disini agak kurang bagus, Ivan tidak bisa dengar apa yang ibu bilang tadi!" kelit Ivan dengan tubuh yang gemetar karena hal yang baru saja ia dengar. Dalam hatinya Ivan berharap bahwa ia sudah salah mendengar."Kamu gak salah dengar, Van! Kayla memang sudah gak ada dan Aira ibunya, sudah dibawah pergi. Kata Bu'RT sih, dia kembali ke panti asuhan, untuk nenangin diri. Sepertinya dia udah berbohong sama tetangga sekitar, kali aja dia malu kan?!" Ketus Dewi ibunya Ivan."Kok ibu ngomongnya gitu, jahat banget. Aira seperti itu, mesti untuk jaga nama baik Ivan, Bu!" Lirih Ivan merasa sedih karena kehilangan putrinya dan Aira yang harus memikul beban berat akibat perbuatannya sendiri."Mana bisa gitu, Van? Ibu yakin dia malu untuk ngakuin kalo dia itu udah jadi pembantu sekarang di rumah mantan majikan kamu itu, jadi sok-sok bilang mau nenangin diri, halahh!" suara nyaring khas ibu-ibu penggosip, dit
'lahh, ibu mau ke panti, gimana ini!?' batin Aira."Ehm, beneran, Sekarang ibu mau ke panti?" Aira kalang kabut memikirkan alasan apa yang harus ia gunakan, agar Bu'Rita membatalkan niatnya."Iyaa, ini lagi tunggu Taxi pesanan ibu. Kamu lagi di Panti kan?" balas Bu'Rita yang membuat Aira semakin panik.Aira tidak menyangka, kebohongannya akan terbongkar secepat ini. Terlebih lagi pada Bu'Rita, ada rasa sedih di hatinya, kalau harus jujur tentang semuanya. Bukan karena malu, namun ia tidak ingin membebani mereka yang sudah dengan tulus menyayangi dan membantunya selama ini."Bu ...!" lirih Aira."Ada apa, Ai?" tanya wanita paruh baya itu pelan, sebab mendengar panggilan itu."Ibu Maafkan Aira! Aira sudah bohong sama ibu." Aira menghela nafas dalam-dalam dan membuangnya kasar. "Aira terpaksa, Bu! Aira tidak ingin terus dikasihani karena nasib malang yang terus menerus menimpa Aira!" Suasana sedikit hening, namun menit kemudian, "Ibu sudah tahu nak, tapi sepertinya yang ibu dengar ini a
Aira tidak mampu menahan tawanya, memikirkan ternyata Tuan yang dia anggap genit selama ini sebenarnya bukanlah Tuan, melainkan salah satu anak buah dari Tuannya. Dia terus mengerjakan pekerjaannya dengan sesekali tersenyum menahan tawa karena kesalah pahamannya selama ini. Dia bahkan menolak mentah-mentah dalam hati, statement yang disampaikan teman sesama ARTnya, kalau Tuan mereka adalah pribadi yang super dalam segala hal. Super dingin, super jahat dan yang paling digilai kaum hawa yakni super tampan. "Gila, untung ajah, saat mereka ngomong, aku hanya menjadi pendengar setia tanpa tanggapan apapun. Waduhh, bisa bahaya!" ujarnya sembari terkekeh geli tak habis pikir dengan kebodohannya."Donny, kenapa dia terus saja tertawa, apa dia sudah tidak waras, karena mengerjakan kekacauan yang kau buat, hmm?" Ujar RK sembari berdiri dari balik jendela kamarnya di lantai dua Mension itu."Bisa jadi, dia belum tahu , ada hukuman yang lebih parah lagi yang sedang menantinya. Mungkin, habis i
Aira tersentak kaget, kala mendengar suara dingin sedingin suhu dikutub utara yang membuatnya membeku di tempat."Kamu tuli yah? berdiri kamu!" bentakan itu membuat Aira merasakan sekujur tubuhnya gemetar. "Ya Tuhanku, tolong aku!" gumam Aira sambil berdiri dari tempat duduknya tadi. Tak lupa ia membawa serta makanan dan minuman yang tergeletak di atas rumput taman itu, yang belum terjamah sama sekali oleh dirinya.Aira segera berbalik dan seperti biasa, ia menunduk sedalam-dalamnya, tidak berani menatap sosok gagah yang sedang berdiri dihadapannya."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya RK dengan raut wajah datarnya. Aira tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengangkat wadah berisi coklat serta sebuah sandwich yang masih terbungkus rapi dengan wrapping paper, menunjukkannya pada RK."Maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud me ...," belum selesai Aira berbicara, "aku tanya apa yang kau lakukan disini, malam-malam seperti ini?!" sela RK dengan nada sedikit meninggi.Moodnya yang s
RK kemudian berjongkok dan mengelus-elus kepala Peco anjing kesayangannya. "Heyy buddy, apa kau menyukainya?" Ucap RK sembari tersenyum geli, mendengar kata-katanya sendiri.Sementara itu, Aira yang segera kembali ke kamarnya, segera mengambil posisi di sudut kamar, dan kemudian duduk di lantai, memeluk lututnya erat-erat sembari terisak. Sejak mendengar fitnahan mantan ibu mertuanya dari Bu'Rita, Aira sudah berusaha menguatkan hatinya, dan menerima semua itu dengan lapang dada. Ia tidak ingin membuka chat dari Ivan karena ingin move on dari rasa sakitnya. Namun, saat RK menanyakan perihal sakit yang di derita Kayla, membuat tubuhnya gemetar, kala mengenang kembali hari-hari, dimana putrinya menahan rasa sakitnya tanpa ada kepedulian sedikitpun dari Ivan ayahnya.Aira menangis, luka yang perlahan mulai sembuh, kini kembali menganga hanya karena satu pertanyaan dari majikannya.Sakit hati yang perlahan ia kubur, kini menguak ke permukaan, seluruh ingatan tentang bagaimana Ivan mengab
RK tidak menyangka, ia akan bertemu lagi dengan wanita yang sempat Ia kagumi, karena telah dengan gigih berusaha menyelamatkan nyawa putra kesayangannya, Brian.Ia melihat sendiri usaha Aira yang mengerahkan seluruh tenaganya untuk melindungi Brian dari terjatuh di tangga rumah sakit beberapa minggu lalu. "Jelaskan lebih detail lagi, aku ingin mengetahui semuanya!" ujar RK tak sabar, ingin mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi. RK yang sebelumnya hanya ingin mendengar ringkasan cerita, kini sangat penasaran, setelah mengetahui bahwa Aira adalah wanita yang telah menyelamatkan Brian waktu itu.Anak buahnya menceritakan secara detail kehidupan pribadi Ivan. Mulai dari keluarganya, hingga Ivan yang sudah menceraikan istrinya berapa minggu lalu karena ingin menikah lagi dengan Selena putri pemilik PT. Bintang laut, yang saat ini sedang menjalin hubungan kerja sama dengan Starlight Corpt.Ia lalu menjelaskan dan menceritakan semuanya, yang membuat RK sangat terkejut."Tunggu, PT.B
Aira jatuh pingsan tanpa ada yang tahu. Peco si anjing kesayangan RK entah bagaimana caranya, dia bisa keluar dari kandangnya.Dia terus menggonggong, ingin memberitahu kan pada yang lain tentang Aira. Namun, karena Peco terkenal jahat, semua pelayan di rumah itu tidak menanggapi apa yang diisyaratkan olehnya.Penjaganya sedang tidak berada ditempat, semua orang yang ada dirumah tidak memahami apa yang anjing itu sedang lakukan diluar sana."Si Peco kenapa yah, ngeri amat hiii ...!" ujar Bu'Pur, si Tukang masak. Karena dirinya sedikit merinding mendengar suara gonggongan yang begitu besar dan menakutkan. Peco memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi yang menunjang suaranya menjadi lebih besar dan menyeramkan bagi mereka yang tidak memahami bahasanya."Iyah deh! Napa bisa ada diluar yahh tu anjing? Mana Pak'Jono lagi keluar! Kok gak di kandangin ajah, bahaya tau, kalau sampai ada yang kegigit!" Tambah salah satu ART yang bertugas membersihkan dalam rumah.Mereka mengabaikan gonggon
RK yang memahami arah pembicaraan putranya, segera menggendong putranya dan berjalan keluar, meninggalkan beberapa orang yang tercengang dengan pertanyaan Brian tanpa mampu memberikan komentar.Mereka saling berpandangan, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, sebab mereka semua tahu perangai Majikan mereka."Umm ... Dok, tolong periksa Gadis ini! Dia mungkin kelelahan!" ucap Bu'Retno membuka pembicaraan, setelah mereka terdiam beberapa saat setelah mendengar celotehan Brian tadi."Baik, Bu!" sahut sang Dokter yang segera meletakkan alat-alat medisnya di atas nakas, dan segera memposisikan dirinya di tepi ranjang, tempat Aira berbaring saat ini. "Maaf Bu, dia kenapa sampai bisa pingsan? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanya dokter karena melihat baju Aira yang sedikit kotor terkena tanah saat jatuh pingsan tadi."Dia pekerja dirumah ini, Dok! Tugasnya bersih-bersih taman. Dia tadi habis cabut rumput di halaman samping. Mungkin kelelahan jadi sampai pingsan kayak gini!" terang Bu'Retn
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese