Aira jatuh pingsan tanpa ada yang tahu. Peco si anjing kesayangan RK entah bagaimana caranya, dia bisa keluar dari kandangnya.Dia terus menggonggong, ingin memberitahu kan pada yang lain tentang Aira. Namun, karena Peco terkenal jahat, semua pelayan di rumah itu tidak menanggapi apa yang diisyaratkan olehnya.Penjaganya sedang tidak berada ditempat, semua orang yang ada dirumah tidak memahami apa yang anjing itu sedang lakukan diluar sana."Si Peco kenapa yah, ngeri amat hiii ...!" ujar Bu'Pur, si Tukang masak. Karena dirinya sedikit merinding mendengar suara gonggongan yang begitu besar dan menakutkan. Peco memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi yang menunjang suaranya menjadi lebih besar dan menyeramkan bagi mereka yang tidak memahami bahasanya."Iyah deh! Napa bisa ada diluar yahh tu anjing? Mana Pak'Jono lagi keluar! Kok gak di kandangin ajah, bahaya tau, kalau sampai ada yang kegigit!" Tambah salah satu ART yang bertugas membersihkan dalam rumah.Mereka mengabaikan gonggon
RK yang memahami arah pembicaraan putranya, segera menggendong putranya dan berjalan keluar, meninggalkan beberapa orang yang tercengang dengan pertanyaan Brian tanpa mampu memberikan komentar.Mereka saling berpandangan, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, sebab mereka semua tahu perangai Majikan mereka."Umm ... Dok, tolong periksa Gadis ini! Dia mungkin kelelahan!" ucap Bu'Retno membuka pembicaraan, setelah mereka terdiam beberapa saat setelah mendengar celotehan Brian tadi."Baik, Bu!" sahut sang Dokter yang segera meletakkan alat-alat medisnya di atas nakas, dan segera memposisikan dirinya di tepi ranjang, tempat Aira berbaring saat ini. "Maaf Bu, dia kenapa sampai bisa pingsan? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanya dokter karena melihat baju Aira yang sedikit kotor terkena tanah saat jatuh pingsan tadi."Dia pekerja dirumah ini, Dok! Tugasnya bersih-bersih taman. Dia tadi habis cabut rumput di halaman samping. Mungkin kelelahan jadi sampai pingsan kayak gini!" terang Bu'Retn
"Mas ... Apa-apaan ini? Kamu kok ngomong kayak gitu?" Ya, dia adalah Selena yang tidak memiliki pilihan lain selain berbalik arah dan mengikuti Ivan hingga ke depan pintu ruang tindakan rumah sakit itu.Selena mendengus kesal, melihat kepanikan di wajah Ivan untuk Aira. Namun seperti biasa, Ivan selalu bisa mengendalikan wanita itu dengan sedikit ucapan manis. "Selena, Sayang ... kamu jangan marah yahh!? Mas hanya ingin tahu keadaannya. Karena Mas pengen tahu, apa maksudnya dia gak ngabarin Mas waktu Kayla meninggal, itu ajah kok!" Kelit Ivan."Iyahh, tapi aku cemburu tauu! Lain kali jangan kek gitu lagi yahh!? Aku gak suka." Ucapan manja Selena terdengar jelas di rungu beberapa orang yang sejak tadi melihat drama mereka.Termasuk sang Boss Starlight Corpt yang baru saja tiba dan menatap tajam pada kedua makhluk yang sedang berada di hadapannya ini.RK mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ivan. Bahwa Ia sebenarnya tidak mempedulikan kondisi Aira, namun hanya ingin menuntut hal
Ivan sangat terkejut, memikirkan bahwa orang yang tadi Ia hina adalah Tuan dari orang yang paling tinggi posisinya di Starlight corp bagi Ivan, yakni Donny."Apa Dia Tuan RK?" gumam Ivan sambil berjalan mendekati Selena. Karena, jika memang benar Dia adalah RK, Selena dan Perusahaan Papanya akan hancur berkeping-keping, pikirnya.RK yang menyadari bahwa Ivan mendengar sapaan Donny, langsung berkelit. Sambil memberikan isyarat pada Donny bahwa Ivan sedang berada disitu."Maaf, anda siapa yah?" RK bersandiwara, agar Ivan tidak curiga bahwa dirinya adalah atasan Donny. Alih-alih memamerkan siapa dirinya, Ia lebih memilih tetap tidak dikenali, agar leluasa melakukan segala sesuatu. Ia sangat ingin membalaskan sikap sombong dan semena-mena Ivan dan Selena.Lebih dari itu, di lubuk hati yang terdalam, Ia ingin membalas Ivan untuk Aira. Wanita yang kini sedang terbaring lemah tak berdaya didalam sana.Apalagi saat ini, dia telah mengetahui fakta baru, bahwa selain kehilangan Kayla, Aira jug
Selena sangat terpukul mendengar permintaan ayahnya ini. "Kok, Papa ngomongngya kayak gitu?" ucap Selena tak percaya."Lagian, apa yang kamu harapkan dari si Ivan itu, hahh?" Ketus ayahnya."Aku cinta Pah, sama Ivan," lirih Selena. "Lagian Pah, ini cucu pertama Papa kan? Emang Papa gak ingin punya cucu?" ujar Selena penuh harap ayahnya mengurungkan niatnya."Kamu dengan Boss Starlight itu juga nanti bakal punya anak lagi, apa yang kamu khawatirin, yang penting sekarang kamu terima lamarannya," pungkas pria paruh baya itu, sambil tersenyum bahagia."Tapi, Pah ...," lirih Selena dengan perasaan kecewa. Ia tidak menyangka, begitu mudahnya ayahnya menyuruh melakukan hal sekeji itu, hanya untuk harta kekayaan Starlight Corpt yang rasanya tidak akan pernah habis, bahkan sampai tujuh turunan."Gini ajah, kalau kamu keberatan, kamu bicarakan dulu dengan si Ivan! Karena Boss Starlight itu ngasih kamu tiga hari untuk ngambil keputusan. Kalau kamu bersedia, Papa bisa kok, rekomendasiin dokter ya
Aira tidak terkejut mendengar suara itu, Ia tahu, setelah Ivan menemukannya, akan ada masalah baru yang menghampiri hidupnya. Dan benar saja, belum genap sehari dia berada di rumah sakit itu, hal yang dia takutkan telah menemukannya dengan begitu mudah.Terlihat dua wanita jalan terburu-buru kearah mereka. Bu'Retno yang melihat hal itu menjadi bingung, ada apa ini? sebenarnya apa yang terjadi?"Aira ... Aira! Kamu tuh yah, dimana-mana nyusain mulu. Kamu nyadar nggak sih, kalau kamu itu pembawa sial?!" ejek Tantri adik perempuan Ivan, sambil bersedekap dada dan menatap sinis ke arah mantan kakak iparnya ini."Apa maksudmu? Kamu sengaja yahh pura-pura sakit dan datang ke rumah sakit ini, karena tahu Selena periksa kandungannya disini, hmm?" ketus Dewi Ibunya Ivan.Kedua wanita itu mulai melancarkan serangan mereka, makian dan hinaan tak henti-hentinya keluar dari mulut mereka. Anak panti, seorang ibu yang tidak bertanggung jawab dan istri yang tidak becus ngurusin suami, oleh karena itu
Sosok itu berbalik dan tersenyum lebar ke arah mereka, "Bu Dewi, Nak Tantri, selamat datang di peternakan kami," ucap sosok yang dipanggil dengan nama Pak'Andi oleh ibunya Ivan ini.Tantri dan ibunya sedikit tercengang dan tidak percaya, sebab cara mereka dibawa ke tempat ini sedikit aneh dan tidak sopan, menurut mereka. Apalagi hal ini dilakukan oleh pria yang akan segera menjadi mertua dari kakak dan anak mereka, yakni Ivan.Ya, pria paruh baya itu adalah Pak'Andi pemilik PT. Bintang Laut, alias Papanya Selena. Namun, apa yang menjadi pertanyaan di benak Tantri dan Dewi ibunya adalah, mengapa mereka harus bertemu di tempat ini?Pak Andi bukanlah orang yang mudah untuk ditemui, Ia merupakan pria sibuk dan selalu mengutamakan pekerjaannya di atas segala galanya. Jikalau ada hal yang sekiranya penting, istrinya lah yang akan menggantikannya.Namun saat ini, setelah mereka berdua, berusaha menengok kiri dan kanan, dan ke segala arah, mereka tetap tidak menemukan orang yang dicari."Umm
Sosok itu tersenyum bahagia karena telah mendapatkan apa yang diinginkannya, "Tch, tugasku sudah selesai, sebaiknya cepat-cepat pergi, sebelum ada yang bangun, bisa berabe," gumamanya sambil terkekeh geli membayangkan apa yang dia katakan.Ia segera bangkit dan meninggalkan tempat itu melalui jendela samping yang terpeleh dengan lemari besar. Sehingga, kedua sejoli yang sedang mengerang nikmat, mengejar puncak kenikmatan duniawi di atas ranjang penginapan itu tidak menyadari bahwa ada orang lain di kamar itu.Setelah berada diluar ruangan, Ia segera berjalan menuju parkiran. Sambil berjalan, pria itu merogoh saku celana panjang Chinos semata kaki berwarna beige yang Ia kenakan lalu mengeluarkan benda pipih berukuran 7 inci. Ia segera melakukan panggilan pada seseorang.Berselang beberapa detik, "Halo, Boss! plan A Oke!" ujarnya. Entah apa yang mereka bicarakan selanjutnya, pria itu tersenyum dan segera memutuskan panggilan mereka. Ia kemudian menunggangi kuda besinya dan berlalu pergi
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese