RK yang segera mengingat wanita yang sedang menyiram bunga di bawah sana terus memperhatikannya.
Semua yang Aira lakukan tak lolos dari tatapan mata amber milik sang penguasa Mension mewah itu."Donny, cari tahu, sejak kapan wanita itu bekerja disini. Aku tidak pernah melihatnya sebelum hari ini. Apakah dia baru disini?" Ucap RK ingin memastikan apa yang sedang ia pikirkan."Baik tuan, aku akan segera mencari tahu informasi tentang dirinya." Ujar Donny dan segera meninggalkan tuannya untuk mencari informasi lengkap tentang Aira.Sementara itu, Ivan yang mulai resah dan gelisah dengan keputusannya, diam-diam mencari tahu kabar tentang Aira dan putrinya yang ditinggalkan dalam keadaan kritis menunggu operasi di rumah sakit.Drrtt...drrrttt...Getaran handphone di atas nakas samping tempat tidur, membuat seorang yang sedang tertidur pulas, harus terbangun dari tidurnya."Hhmm, ada apa?" Jawab orang itu dengan suara serak, khas bangun tidur."Bu, ibu dimana? Ibu tolong chek Kayla sudah keluar dari rumah sakit apa belum yahh! Ini sudah hampir seminggu aku gak cari tahu kabarnya, kali ajah dia sudah pulang dari rumah sakit kan?" Ujar Ivan pada Dewi, Ibunya.Rupanya karena cemas, Ivan memutuskan untuk bertanya pada ibunya, kali ajah ibunya mengetahui kabar tentang Aira dan Kayla."Lalu kalau sudah di rumah emang kenapa, mereka kan punya rumah, si Aira juga kan sehat, bisa berusaha nyari duit untuk ngelanjutin hidup dirumah yang kamu tinggalkan itu." Ujar Dewi yang tidak mengetahui, bahwa putranya telah menyerahkan rumah itu ke pihak perusahaan, karena tidak dapat melunasi hutangnya segera.Dan yang lebih parahnya lagi, di bawah tekanan Selena calon istrinya, ia telah membuat hidup Aira semakin terpuruk.Sekarang ia baru menyadari, apa yang akan terjadi pada putrinya saat rumah dan ibunya disita oleh pihak perusahaan, apa yang akan terjadi pada Kayla?Sejenak terbesit dalam benaknya untuk menjaga Kayla, namun ia segera menepis pikiran itu, karena ia tahu Selena tidak akan bisa mengijinkan hal itu.Oleh sebab itu, tujuannya saat ini mencari tahu tentang mereka pada ibunya, agar jikalau semua yang dia pikirkan terjadi, maka dirinya ingin menitipkan Kayla putrinya kepada ibu dan adiknya. Karena biar bagaimanapun, Kayla adalah putrinya, darah dagingnya. Meskipun sedikit, tapi rasa sayang dan khawatir dirinya sebagai seorang ayah itu masih ada untuk Kayla."Bu, rumah itu udah aku gadaikan. Bukan, lebih tepatnya lagi, aku udah menyerahkan rumah itu untuk menggantikan pinjaman aku di perusahaan yang gak bisa aku lunasi, jadinya udah aku serahkan semuanya. Termasuk Aira, untuk bekerja sebagai ART di rumah boss ku dulu. Makanya, aku gak tahu dehh, Kayla sekarang lagi dimana, karena gak mungkin, dia ngikut Aira, gak bakal diijinin.""Lahh, kok gitu?" ujar Dewi yang kaget akan hal yang baru disampaikan oleh putranya ini."Emang kapan mereka mulai sitanya?""Tiga hari lalu aku di pecat dari kantor Bu, jadi mungkin sekitar kemarin atau kemarinnya lagi, gak tau deh. Coba ibu tolong chek yah!! Kabarin aku setelahnya." pinta Ivan."Baiklah!" Mereka lalu menyudahi pembicaraan mereka.Aira yang telah selesai dengan pekerjaannya memilih membantu Bu'Retno menyiapkan makanan untuk anak dari majikannya ini."Bu, tapi kok ibu yang masak makanannya?" tanya Aira."Ini salah satu yang belum ibu kasih tahu yahh? Yang boleh buat makanan untuk Den'Brian cuma ibu, gak boleh yang lainnya, apalagi makanan siap saji, sama sekali gak boleh. Den'bri makannya hanya masakan ibu sejak mulai bisa makan sampai sekarang." Terang Bu'Retno."Lahh, kok gitu? Ada sekian banyak ART dalam rumah ini, kok cuma boleh ibu, ntar misalkan ibu sakit gimana? Kan pusing jadinya." Ucap Aira bingung."Yahh makanya, kamu doain ibu, biar sehat terus. Yah!?" ucap Bu'Retno sambil tersenyum tidak habis pikir, baru kali ini, ada ART yang menanyakan perihal keputusan Raja dalam istana ini. Sangat berbahaya, namun masuk akal dan itu juga merupakan keresahan Bu'Retno selama ini.Percakapan mereka terdengar oleh Donny, yang sejak tadi ingin menemui Bu'Retno. Namun, ia urungkan niatnya, karena yang bersangkutan sedang berada disitu.Donny baru menyadari, betapa wanita ini pandai menempatkan diri, wajah yang cantik, dengan rambut coklat muda yang panjang, begitu menyita perhatian Donny. Tanpa ia sadari bibirnya terus menyunggingkan senyum kala menatap Aira.Setelah selesai memasak, Bu'Retno ingin mengantarkan makanan itu ke kamar Brian, putra RK." Bu aku bantu megangin yah, sekalian aku pengen melihat Den'Brian, kata Ibu, dia umurnya tiga tahun 'kan yahh?" ujar Aira bersemangat."Iyahh, dia emang tiga tahun, terus napa dengan umurnya neng? Kamu gemas sama anak kecil yahh?" tanya Bu'Retno sembari tersenyum melihat tingkah Aira."Iyah Bu, soalnya umurnya sama dengan Kay ...." Suaranya sekejap tercekat di lehernya, hatinya terasa perih. Ia tidak mampu meneruskan kata-katanya. Wajah Aira tertunduk lesu."Maaf Ai, tapi gak sembarangan orang bisa pergi ke kamar Den'Bri. Nanti lain waktu, kalau dia lagi main diluar, kamu bisa lihat dia. Anaknya pintar, baik dan ganteng kek bapaknya. Kamu pasti jatuh cinta!" Ucap Bu'Retno sambil tersenyum,"sama Den'Briannya lho yah, bukan Papanya!" Tambah Bu'Retno sembari terkekeh, karena merasa geli dengan kata-katanya sendiri.Aira yang sejak tadi tertegun sejenak kala ingatannya tentang Kayla kembali menyeruak memenuhi pikirannya, kini mulai menyunggingkan senyum lembutnya, menanggapi candaan dari satu-satunya orang yang dekat dengan dirinya, di penjara mewah ini."Baiklah Bu, kalau begitu Aira ke kamar yahh? Kalau ada yang Ibu butuhkan, atau harus Aira kerjakan, Ibu bisa nyari ke kamar ajah!" Ujar Aira, sembari membantu menyiapkan sendok makan, air minum dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan Bu'Retno untuk di letakkan di nampan berisi makanan yang sudah mereka siapkan sejak tadi.Bu'Retno pun segera berlalu meninggalkan dapur, menuju kamar Brian. Meninggalkan Aira sendiri, yang sibuk membereskan dan mencuci beberapa wadah yang tadi digunakan untuk memasak."Hhmm ...!" suara deheman seorang pria, membuat Aira tersentak kaget. Karena sejauh ini ia tidak menemui siapapun kecuali Bu'Retno."Ha-haloo! ada yang bisa saya bantu?" Aira tertunduk gugup.Sesungguhnya, dia tidak pernah berjumpa dengan Tuan dalam rumah itu, bahkan sebagai seorang yang sangat tersohor, pria yang hanya menggunakan inisial sebagai namanya itu, begitu tertutup dan misterius.Oleh sebab itu, meskipun terkenal, orang tidak pernah benar-benar tahu, bagaimana tampang, atau rupa pria itu.Dan pria gagah nan tampan yang sedang berada dihadapannya saat ini, membuat Aira mengira dia adalah RK.Sebab dari tampilan, celana panjang berwarna biru gelap, dipadukan dengan kemeja putih lengan panjang yang dilapisi rompi warna senada dengan celananya, beserta Jas dengan warna senada yang bertengger di tangannya, sungguh penampilan seorang CEO.Tanpa aba-aba Aira segera melayaninya dengan sepenuh hati."Bisa kamu berikan aku segelas wine?" Ujar pria itu dengan suara baritonnya."Ba-baik!"Pria itu tersenyum, menikmati pemandangan yang ada dihadapannya. Bagaimana tidak, Aira yang sangat gugup bahkan lupa kalau dia tidak pernah mengetahui tentang wine dan lain sebagainya yang berhubungan dengan alcohol.Ia segera bergerak ke sembarang arah, untuk mencari hal yang di minta oleh pria itu."Hey Nona, disana!" Ujar pria itu sembari menunjuk ke arah lemari penyimpanan minuman.Ehh tunggu, Aira baru sadar kalau pria ini memesan minuman beralkohol. Ia segera berbalik dan menatap pria itu, 'masih pagi gini, udah minum begituan. Gak takut mati apa!' pikir Aira dalam hati."Kamu napa lihatin aku, minumannya ada disana!" Ujarnya lagi sembari terus menunjuk-nunjuk ke arah Lemari penyimpanan itu."Aku tahu aku tampan, tapi jangan diliatin kek gitu juga." Tambahnya, yang membuat aira segera membuat gaya amit-amit dengan mengetokan jarinya yang terkepal ke dinding dapur itu, lalu mengetokannya ke kepalanya sendiri.Pria itu sontak terkekeh-kekeh melihat refleks Aira ini, ia merasa gemas.Aira segera memberikan apa yang diminta pria itu, tentunya dengan arahan dari pria itu."Kamu, siapa namamu?""Aira Pak!" Jawab Aira."Sudah berapa lama kamu disini?""Aku mulai kerjanya hari ini Pak, aku baru masuk kemarin!""Hoouu, apa kamu istrinya si payah Ivan itu?" Aira hanya terdiam. Ia tiba-tiba merasakan sakit dihatinya. Pria itupun menyadari, kalau ia sudah membuat Aira merasa sedih. Tapi dia malah semakin memperhatikan Aira.Pikirnya, suami bisa memiliki hutang sebanyak itu, mesti karena istrinya. Ia kemudian tersenyum sinis ke arah Aira."Setahun kedepan, kerja gratis, selamat menikmati nona! Setidaknya kau sudah mencicipi nikmatnya uang milyaran rupiah yang suamimu pinjam dan tidak mampu melunasinya, tch!" Sindir pria yang ternyata adalah Donny.Ia segera bergegas meninggalkan Aira dengan hati yang tercabik-cabik karena kata-kata itu seperti mengoyak ngoyak luka yang masih menganga dihatinya.Setelah mendapatkan informasi yang cukup, Donny kembali ke RK untuk menjelaskannya."Tuan, dia adalah istri dari Ivan Putra Pradana. Yang akan menjadi ART untuk setahun kedepan, tanpa bayaran." Tukasnya."Ohh, kok begitu?" ujar RK sembari mengerutkan keningnya. "Tapi aku seperti pernah melihatnya, kukira dia adalah wanita yang sama, ternyata aku sudah salah mengenalinya.""Siapa, Boss?" tanya Donny penasaran."Ohh, bukan siapa-siapa!" Jawab RK singkat.'lagian wanita yang aku temui di rumah sakit, kesulitan untuk membayar uang operasi anaknya. Kalau itu adalah dirinya, dia pasti saat itu lagi berbahagia dengan uang milyaran rupiah yang dipinjam suaminya, jadi mereka tidak mungkin orang yang sama. Mungkin hanya kebetulan, ia hanya sedikit mirip dengan wanita malang itu.' batin RK.RK dan Donny sangat membenci Ivan karena tindakan yang dia lakukan dalam menyelewengkan dana perusahaan dengan dalih meminjam uang. Setelah mereka mengetahui hal itu, Ivan disuruh harus menggantinya segera. Hal ini yang membuat Ivan kelabakan hingga mengambil langkah menyerahkan rumahnya pada pihak perusahaan. Karena dirasa kurang, akhirnya Aira yang digunakan untuk menutupi sisanya.Tujuan RK menyetujui perihal tawaran Ivan tentang istrinya yang akan diserahkan sebagai ganti untuk menutupi sebagian hutangnya, tidak lain untuk menyiksa wanita itu.Karena menurut RK, wanita semuanya sama, Ivan bisa terlilit hutang
Ivan yang mendengar hal itu terperangah tak percaya, "a-apa, ibu ngomong apa tadi? jaringan disini agak kurang bagus, Ivan tidak bisa dengar apa yang ibu bilang tadi!" kelit Ivan dengan tubuh yang gemetar karena hal yang baru saja ia dengar. Dalam hatinya Ivan berharap bahwa ia sudah salah mendengar."Kamu gak salah dengar, Van! Kayla memang sudah gak ada dan Aira ibunya, sudah dibawah pergi. Kata Bu'RT sih, dia kembali ke panti asuhan, untuk nenangin diri. Sepertinya dia udah berbohong sama tetangga sekitar, kali aja dia malu kan?!" Ketus Dewi ibunya Ivan."Kok ibu ngomongnya gitu, jahat banget. Aira seperti itu, mesti untuk jaga nama baik Ivan, Bu!" Lirih Ivan merasa sedih karena kehilangan putrinya dan Aira yang harus memikul beban berat akibat perbuatannya sendiri."Mana bisa gitu, Van? Ibu yakin dia malu untuk ngakuin kalo dia itu udah jadi pembantu sekarang di rumah mantan majikan kamu itu, jadi sok-sok bilang mau nenangin diri, halahh!" suara nyaring khas ibu-ibu penggosip, dit
'lahh, ibu mau ke panti, gimana ini!?' batin Aira."Ehm, beneran, Sekarang ibu mau ke panti?" Aira kalang kabut memikirkan alasan apa yang harus ia gunakan, agar Bu'Rita membatalkan niatnya."Iyaa, ini lagi tunggu Taxi pesanan ibu. Kamu lagi di Panti kan?" balas Bu'Rita yang membuat Aira semakin panik.Aira tidak menyangka, kebohongannya akan terbongkar secepat ini. Terlebih lagi pada Bu'Rita, ada rasa sedih di hatinya, kalau harus jujur tentang semuanya. Bukan karena malu, namun ia tidak ingin membebani mereka yang sudah dengan tulus menyayangi dan membantunya selama ini."Bu ...!" lirih Aira."Ada apa, Ai?" tanya wanita paruh baya itu pelan, sebab mendengar panggilan itu."Ibu Maafkan Aira! Aira sudah bohong sama ibu." Aira menghela nafas dalam-dalam dan membuangnya kasar. "Aira terpaksa, Bu! Aira tidak ingin terus dikasihani karena nasib malang yang terus menerus menimpa Aira!" Suasana sedikit hening, namun menit kemudian, "Ibu sudah tahu nak, tapi sepertinya yang ibu dengar ini a
Aira tidak mampu menahan tawanya, memikirkan ternyata Tuan yang dia anggap genit selama ini sebenarnya bukanlah Tuan, melainkan salah satu anak buah dari Tuannya. Dia terus mengerjakan pekerjaannya dengan sesekali tersenyum menahan tawa karena kesalah pahamannya selama ini. Dia bahkan menolak mentah-mentah dalam hati, statement yang disampaikan teman sesama ARTnya, kalau Tuan mereka adalah pribadi yang super dalam segala hal. Super dingin, super jahat dan yang paling digilai kaum hawa yakni super tampan. "Gila, untung ajah, saat mereka ngomong, aku hanya menjadi pendengar setia tanpa tanggapan apapun. Waduhh, bisa bahaya!" ujarnya sembari terkekeh geli tak habis pikir dengan kebodohannya."Donny, kenapa dia terus saja tertawa, apa dia sudah tidak waras, karena mengerjakan kekacauan yang kau buat, hmm?" Ujar RK sembari berdiri dari balik jendela kamarnya di lantai dua Mension itu."Bisa jadi, dia belum tahu , ada hukuman yang lebih parah lagi yang sedang menantinya. Mungkin, habis i
Aira tersentak kaget, kala mendengar suara dingin sedingin suhu dikutub utara yang membuatnya membeku di tempat."Kamu tuli yah? berdiri kamu!" bentakan itu membuat Aira merasakan sekujur tubuhnya gemetar. "Ya Tuhanku, tolong aku!" gumam Aira sambil berdiri dari tempat duduknya tadi. Tak lupa ia membawa serta makanan dan minuman yang tergeletak di atas rumput taman itu, yang belum terjamah sama sekali oleh dirinya.Aira segera berbalik dan seperti biasa, ia menunduk sedalam-dalamnya, tidak berani menatap sosok gagah yang sedang berdiri dihadapannya."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya RK dengan raut wajah datarnya. Aira tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengangkat wadah berisi coklat serta sebuah sandwich yang masih terbungkus rapi dengan wrapping paper, menunjukkannya pada RK."Maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud me ...," belum selesai Aira berbicara, "aku tanya apa yang kau lakukan disini, malam-malam seperti ini?!" sela RK dengan nada sedikit meninggi.Moodnya yang s
RK kemudian berjongkok dan mengelus-elus kepala Peco anjing kesayangannya. "Heyy buddy, apa kau menyukainya?" Ucap RK sembari tersenyum geli, mendengar kata-katanya sendiri.Sementara itu, Aira yang segera kembali ke kamarnya, segera mengambil posisi di sudut kamar, dan kemudian duduk di lantai, memeluk lututnya erat-erat sembari terisak. Sejak mendengar fitnahan mantan ibu mertuanya dari Bu'Rita, Aira sudah berusaha menguatkan hatinya, dan menerima semua itu dengan lapang dada. Ia tidak ingin membuka chat dari Ivan karena ingin move on dari rasa sakitnya. Namun, saat RK menanyakan perihal sakit yang di derita Kayla, membuat tubuhnya gemetar, kala mengenang kembali hari-hari, dimana putrinya menahan rasa sakitnya tanpa ada kepedulian sedikitpun dari Ivan ayahnya.Aira menangis, luka yang perlahan mulai sembuh, kini kembali menganga hanya karena satu pertanyaan dari majikannya.Sakit hati yang perlahan ia kubur, kini menguak ke permukaan, seluruh ingatan tentang bagaimana Ivan mengab
RK tidak menyangka, ia akan bertemu lagi dengan wanita yang sempat Ia kagumi, karena telah dengan gigih berusaha menyelamatkan nyawa putra kesayangannya, Brian.Ia melihat sendiri usaha Aira yang mengerahkan seluruh tenaganya untuk melindungi Brian dari terjatuh di tangga rumah sakit beberapa minggu lalu. "Jelaskan lebih detail lagi, aku ingin mengetahui semuanya!" ujar RK tak sabar, ingin mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi. RK yang sebelumnya hanya ingin mendengar ringkasan cerita, kini sangat penasaran, setelah mengetahui bahwa Aira adalah wanita yang telah menyelamatkan Brian waktu itu.Anak buahnya menceritakan secara detail kehidupan pribadi Ivan. Mulai dari keluarganya, hingga Ivan yang sudah menceraikan istrinya berapa minggu lalu karena ingin menikah lagi dengan Selena putri pemilik PT. Bintang laut, yang saat ini sedang menjalin hubungan kerja sama dengan Starlight Corpt.Ia lalu menjelaskan dan menceritakan semuanya, yang membuat RK sangat terkejut."Tunggu, PT.B
Aira jatuh pingsan tanpa ada yang tahu. Peco si anjing kesayangan RK entah bagaimana caranya, dia bisa keluar dari kandangnya.Dia terus menggonggong, ingin memberitahu kan pada yang lain tentang Aira. Namun, karena Peco terkenal jahat, semua pelayan di rumah itu tidak menanggapi apa yang diisyaratkan olehnya.Penjaganya sedang tidak berada ditempat, semua orang yang ada dirumah tidak memahami apa yang anjing itu sedang lakukan diluar sana."Si Peco kenapa yah, ngeri amat hiii ...!" ujar Bu'Pur, si Tukang masak. Karena dirinya sedikit merinding mendengar suara gonggongan yang begitu besar dan menakutkan. Peco memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi yang menunjang suaranya menjadi lebih besar dan menyeramkan bagi mereka yang tidak memahami bahasanya."Iyah deh! Napa bisa ada diluar yahh tu anjing? Mana Pak'Jono lagi keluar! Kok gak di kandangin ajah, bahaya tau, kalau sampai ada yang kegigit!" Tambah salah satu ART yang bertugas membersihkan dalam rumah.Mereka mengabaikan gonggon
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese