Ivan yang mendengar hal itu terperangah tak percaya, "a-apa, ibu ngomong apa tadi? jaringan disini agak kurang bagus, Ivan tidak bisa dengar apa yang ibu bilang tadi!" kelit Ivan dengan tubuh yang gemetar karena hal yang baru saja ia dengar. Dalam hatinya Ivan berharap bahwa ia sudah salah mendengar.
"Kamu gak salah dengar, Van! Kayla memang sudah gak ada dan Aira ibunya, sudah dibawah pergi. Kata Bu'RT sih, dia kembali ke panti asuhan, untuk nenangin diri. Sepertinya dia udah berbohong sama tetangga sekitar, kali aja dia malu kan?!" Ketus Dewi ibunya Ivan."Kok ibu ngomongnya gitu, jahat banget. Aira seperti itu, mesti untuk jaga nama baik Ivan, Bu!" Lirih Ivan merasa sedih karena kehilangan putrinya dan Aira yang harus memikul beban berat akibat perbuatannya sendiri."Mana bisa gitu, Van? Ibu yakin dia malu untuk ngakuin kalo dia itu udah jadi pembantu sekarang di rumah mantan majikan kamu itu, jadi sok-sok bilang mau nenangin diri, halahh!" suara nyaring khas ibu-ibu penggosip, ditambah kata-kata yang begitu menusuk, membuat Ivan sejenak merasakan perih dihatinya."Udah dulu yah, Bu! Nanti Ivan telepon lagi." Ivan kemudian mematikan sambungan telponnya.Betapa sejak dulu, ibunya memang sangat membenci Aira, hingga saat ini. Meskipun Aira harus dihadapkan dengan musibah sebesar ini, karena dirinya. Ibunya bahkan tidak bergeming, bahkan masih seperti dulu, ia telah menanamkan stigma buruk pada mantan menantunya itu.Namun Ivan, dia sangat mencintai ibunya. Setelah kepergian ayahnya dua tahun lalu, Ia berusaha keras membahagiakan ibu dan adik perempuan nya. Namun, kebahagiaan yang ibunya inginkan, adalah kehancuran bagi rumah tangganya.Ia berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak dengan mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ayah dan seorang suami.Dan ini semua adalah hasil dari usaha Ivan untuk membahagiakan ibunya. Ada rasa sakit di sudut hatinya, ada kilatan ingatan saat masa-masa bahagia yang pernah ia lewati bersama Aira dan Kayla. Yang menyeruak memenuhi benaknya."Mas, bangun udah jam setengah tujuh lho, nanti kamu telat!" ucap Aira sembari membelai lembut pipi Ivan suaminya yang masih terlelap."Ampun Dek! lima menit lagi yah, baru bangunin Mas. Mas masih ngantuk." ujar Ivan sembari berbalik dan membelakangi Aira."Ya udah, lima menit aja yahh!" Aira segera duduk di tepi ranjang menunggu suaminya sambil terkekeh geli, karena dia tahu dengan begitu, suaminya akan terganggu dan tidak akan tidur lagi."Ya ampun Dek, gimana Mas mau tidur, kalau kamu kek gini. Ya udah, Mas bangun ajah!" Kesal Ivan yang segera bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi."Jangan lupa sikat giginya yang bersih, nanti bau naga pas dikantor! Kan gak lucu, tiba-tiba Mas dipecat hanya karena bau mulut, kan kan!?" Canda Aira yang membuat Ivan terkekeh geli sendiri di dalam kamar mandi dan melupakan kekesalannya.Ivan tersenyum kala ingatan itu kembali terngiang di kepalanya. Sungguh Aira pribadi yang ceria, dia selalu mampu membuat Ivan tertawa di saat sedang kesal sekalipun."Papa bro lagi apa sihh? ila pijitin yah?" ucap Kayla sembari memeluk ayahnya dari belakang."Papa lagi ada sedikit kerjaan, tapi sudah selesai. Gimana gimana, ila mau ngomong apa?" ucap Ivan sembari mengangkat tubuh Kayla dan didudukkan di atas pangkuannya. Sambil menciumi dan mencubit gemas pipi gembul putri semata wayangnya itu."Ila mau bobo, Papa pliz nyanyiin ila lagu 'Que sera sera' yah!" pinta Kayla yang memang sudah sangat mengantuk, hingga matanya sudah mulai terpejam dalam pelukan hangat ayahnya.Ivan mulia menyanyikan lagu itu sembari berdiri dan menari, selayaknya seorang pangeran yang sedang berdansa dengan sang putri, karena hal itu yang selalu di inginkan Kayla putrinya jika bersama dirinya.'When I was just a little girlI asked my mother, what will I beWill I be pretty? Will I be rich?Here's what she said to meQué será, seráWhatever will be, will beThe future's not ours to seeQué será, seráWhat will be, will be..."Tak sadar, Ivanpun mulai menyanyikan lagu itu. Namun, dengan nada lirih dan terisak. Rasa sakit kala kenangan itu menyeruak memenuhi pikirannya, membuat hatinya terasa sesak. Suaranya seperti tercekat. Pandangannya buram."Kayla maafin Papa, Nak!!"Lagu yang Ia nyanyikan untuk putrinya selama ini, berubah seperti lagu perpisahan yang sangat memilukan hati."Aira ... Kenapa begitu sakit rasanya! apa kau merasakan hal yang sama? tidak, sepertinya yang kau rasakan jauh lebih sakit dari ini. Maafin Mas Aii!!" lirih Ivan.Selena yang sudah selesai bersiap segera menghampiri Ivan yang sedang duduk di balkon luar kamar mereka."Mas, yuk! Aku udah siap ini. Kamu lagi apa sih?" Selena mengeryitkan keningnya, melihat tunangannya yang seperti orang linglung. " Mas!" panggil Selena sekali lagi."Eh, sabar dikit napa Ai, buru-buru banget!" Ivan yang segera tersadar dengan kata-katanya, segera melotot ke sembarang arah. Namun," ihh gemes banget sii, emang boleh yahh, seromantis itu?" rupanya Selena sudah menyalah artikan panggilan itu. Ivan yang menyadari hal itu, segera melanjutkan kebohongan itu."Iya kan, kalau aku manggil kamu, Dek! entar malah sama dengan panggilanku untuk Aira kan?" Kelit Ivan."Iyah sihh. Ya udah, pokoknya mulai hari ini kamu manggil aku Ayy, yahh!? atau Ayang kek, jangan Sel mulu, gak ada romantis-romantisnya. Yah!?""Iyah, baik!" Ivan bersyukur, karena panggilan yang seharusnya ia tujukan untuk Aira disalah artikan oleh Selena dan akhirnya dia terselamatkan.***Seminggu berlalu, Aira sudah mulai akrab dengan lingkungan Mension itu dan juga dengan beberapa pekerja disana.Namun, satu hal yang membuat Aira merasa gundah yakni setelah seminggu berlalu pun dirinya tetap tidak boleh bertemu dengan Brian, anak dari majikannya itu. Padahal dirinya sangat penasaran, dengan sosok anak berusia sama dengan Kayla putri malangnya itu.Ivanpun setelah seminggu, ia mulai melupakan rasa sakitnya dan kembali beraktifitas seperti semula.Sedangkan RK, dia sedang berada di negeri tirai bambu untuk menjalankan kesepakatan kerja sama yang telah ia lakukan dengan Perusahaan Jasa di negeri itu.Kepergiannya kesana, untuk melihat tempat-tempat mana saja, yang menarik dan dapat menjadi tujuan wisata bagi turis Indonesia maupun turis luar negeri yang ingin pergi ke Negeri tirai bambu itu, dengan menggunakan jasa Perjalanan atau travel Starlight Group milik RK. Mengingat perusahaan miliknya, memiliki cabang di beberapa negara.Dan bahkan setelah seminggu berlalu, Aira masih tetap mengira Donny adalah Tuan dalam rumah itu. Hal ini di karenakan, satu kalipun Aira belum pernah bertemu dengan RK.Namun, menurut penuturan beberapa ART wanita yang ada Mension itu, Boss mereka sangatlah tampan, meskipun terlihat dingin, tetapi ketampanannya mampu membuat wanita manapun tergila-gila padanya.Semua informasi itu membuat Aira merasa muak, sebab menurut dia Boss mereka biasa ajah, bahkan cenderung genit dan dia tidak menyukainya."Apanya yang tampan, apanya yang dingin? Yang ada malah genit, ckk payah!"gumam Aira kala menanggapi, cerita-cerita teman-teman sesama ART.Tentu saja semua pikiran itu ia tujukan bukan untuk RK, melainkan untuk Donny yang pernah ia temui di dapur.Didalam Mension seluas itu, bahkan tidak ada satupun potret milik RK disana, yang ada hanyalah potret dirinya semasa kecil, bersama ayah, kakek, dan neneknya. Hal ini yang membuat Aira stak pada pemikirannya tentang RK selama ini.Saat ini Aira sedang sibuk merapikan tanaman, entah apa yang menyebabkan, beberapa Vas terjatuh dengan tanah didalamnya ikut berhamburan keluar, sehingga Aira yang bertugas merapikan bunga-bunga itu, harus bekerja ekstra keras mengingat bobot dari vas itu yang besar dan berat, karena terbuat dari tanah liat.drrtttt ... drrtttt ..."ehh, apa deh! perasaan udah aku matikan dayanya tadi, ckk!" kesal Aira yang segera merogoh saku celananya untuk melihat dan menjawab panggilan di benda pipih miliknya itu."ibu!" ujar Aira dengan penuh semangat, mengetahui siapa yang sedang menunggu diseberang sana untuk berbicara dengan dirinya.Ia segera mengangkat panggilan itu,"Hallo, Bu! Aira kangen!" sapa Aira dengan bulir bening yang mulai memenuhi pelupuk matanya."Hallo Nak! Ibu juga kangen. Napa sihh, susah banget hubungin kamu Ai, ibu udah berapa hari ini coba nelpon kamu, tapi gak masuk-masuk. Ada banyak hal yang pengen ibu ceritain ke kamu." Tutur Bu' Rita dengan nada sendu.Aira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar. "Ibu, Aira mau ganti nomor telepon. Nanti kalau udah di ganti Aira bakal kasih tahu ibu. Disini juga, gak bebas makai handphone bu, kecuali waktu senggang." Aira tanpa sengaja mengutarakan hal yang memantik kecurigaan di hati Bu'Rita."Ai, ibu pengen ... uhukkk uhukk!" ucapannya terhenti karena batuk."ehmm, minum air hangat, Bu!?" ujar Aira prihatin.Setelah menunggu beberapa saat, Aira kembali bertanya pada Bu'Rita. "udah Bu, minum airnya?" tanya Aira memastikan. "Iyah!" jawab Bu'Rita singkat."Oh ya, Ibu mau ngomong apa tadi?" Aira kembali bertanya sebab penasaran dengan apa yang hendak di lakukan oleh sosok yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri."Ai, ibu udah siap-siap dari tadi, Ibu juga udah mesen taxi online, pengen ke panti sekarang. kamu tunggu Ibu, yah!"Hah apa, ibu mau ke panti?'lahh, ibu mau ke panti, gimana ini!?' batin Aira."Ehm, beneran, Sekarang ibu mau ke panti?" Aira kalang kabut memikirkan alasan apa yang harus ia gunakan, agar Bu'Rita membatalkan niatnya."Iyaa, ini lagi tunggu Taxi pesanan ibu. Kamu lagi di Panti kan?" balas Bu'Rita yang membuat Aira semakin panik.Aira tidak menyangka, kebohongannya akan terbongkar secepat ini. Terlebih lagi pada Bu'Rita, ada rasa sedih di hatinya, kalau harus jujur tentang semuanya. Bukan karena malu, namun ia tidak ingin membebani mereka yang sudah dengan tulus menyayangi dan membantunya selama ini."Bu ...!" lirih Aira."Ada apa, Ai?" tanya wanita paruh baya itu pelan, sebab mendengar panggilan itu."Ibu Maafkan Aira! Aira sudah bohong sama ibu." Aira menghela nafas dalam-dalam dan membuangnya kasar. "Aira terpaksa, Bu! Aira tidak ingin terus dikasihani karena nasib malang yang terus menerus menimpa Aira!" Suasana sedikit hening, namun menit kemudian, "Ibu sudah tahu nak, tapi sepertinya yang ibu dengar ini a
Aira tidak mampu menahan tawanya, memikirkan ternyata Tuan yang dia anggap genit selama ini sebenarnya bukanlah Tuan, melainkan salah satu anak buah dari Tuannya. Dia terus mengerjakan pekerjaannya dengan sesekali tersenyum menahan tawa karena kesalah pahamannya selama ini. Dia bahkan menolak mentah-mentah dalam hati, statement yang disampaikan teman sesama ARTnya, kalau Tuan mereka adalah pribadi yang super dalam segala hal. Super dingin, super jahat dan yang paling digilai kaum hawa yakni super tampan. "Gila, untung ajah, saat mereka ngomong, aku hanya menjadi pendengar setia tanpa tanggapan apapun. Waduhh, bisa bahaya!" ujarnya sembari terkekeh geli tak habis pikir dengan kebodohannya."Donny, kenapa dia terus saja tertawa, apa dia sudah tidak waras, karena mengerjakan kekacauan yang kau buat, hmm?" Ujar RK sembari berdiri dari balik jendela kamarnya di lantai dua Mension itu."Bisa jadi, dia belum tahu , ada hukuman yang lebih parah lagi yang sedang menantinya. Mungkin, habis i
Aira tersentak kaget, kala mendengar suara dingin sedingin suhu dikutub utara yang membuatnya membeku di tempat."Kamu tuli yah? berdiri kamu!" bentakan itu membuat Aira merasakan sekujur tubuhnya gemetar. "Ya Tuhanku, tolong aku!" gumam Aira sambil berdiri dari tempat duduknya tadi. Tak lupa ia membawa serta makanan dan minuman yang tergeletak di atas rumput taman itu, yang belum terjamah sama sekali oleh dirinya.Aira segera berbalik dan seperti biasa, ia menunduk sedalam-dalamnya, tidak berani menatap sosok gagah yang sedang berdiri dihadapannya."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya RK dengan raut wajah datarnya. Aira tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengangkat wadah berisi coklat serta sebuah sandwich yang masih terbungkus rapi dengan wrapping paper, menunjukkannya pada RK."Maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud me ...," belum selesai Aira berbicara, "aku tanya apa yang kau lakukan disini, malam-malam seperti ini?!" sela RK dengan nada sedikit meninggi.Moodnya yang s
RK kemudian berjongkok dan mengelus-elus kepala Peco anjing kesayangannya. "Heyy buddy, apa kau menyukainya?" Ucap RK sembari tersenyum geli, mendengar kata-katanya sendiri.Sementara itu, Aira yang segera kembali ke kamarnya, segera mengambil posisi di sudut kamar, dan kemudian duduk di lantai, memeluk lututnya erat-erat sembari terisak. Sejak mendengar fitnahan mantan ibu mertuanya dari Bu'Rita, Aira sudah berusaha menguatkan hatinya, dan menerima semua itu dengan lapang dada. Ia tidak ingin membuka chat dari Ivan karena ingin move on dari rasa sakitnya. Namun, saat RK menanyakan perihal sakit yang di derita Kayla, membuat tubuhnya gemetar, kala mengenang kembali hari-hari, dimana putrinya menahan rasa sakitnya tanpa ada kepedulian sedikitpun dari Ivan ayahnya.Aira menangis, luka yang perlahan mulai sembuh, kini kembali menganga hanya karena satu pertanyaan dari majikannya.Sakit hati yang perlahan ia kubur, kini menguak ke permukaan, seluruh ingatan tentang bagaimana Ivan mengab
RK tidak menyangka, ia akan bertemu lagi dengan wanita yang sempat Ia kagumi, karena telah dengan gigih berusaha menyelamatkan nyawa putra kesayangannya, Brian.Ia melihat sendiri usaha Aira yang mengerahkan seluruh tenaganya untuk melindungi Brian dari terjatuh di tangga rumah sakit beberapa minggu lalu. "Jelaskan lebih detail lagi, aku ingin mengetahui semuanya!" ujar RK tak sabar, ingin mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi. RK yang sebelumnya hanya ingin mendengar ringkasan cerita, kini sangat penasaran, setelah mengetahui bahwa Aira adalah wanita yang telah menyelamatkan Brian waktu itu.Anak buahnya menceritakan secara detail kehidupan pribadi Ivan. Mulai dari keluarganya, hingga Ivan yang sudah menceraikan istrinya berapa minggu lalu karena ingin menikah lagi dengan Selena putri pemilik PT. Bintang laut, yang saat ini sedang menjalin hubungan kerja sama dengan Starlight Corpt.Ia lalu menjelaskan dan menceritakan semuanya, yang membuat RK sangat terkejut."Tunggu, PT.B
Aira jatuh pingsan tanpa ada yang tahu. Peco si anjing kesayangan RK entah bagaimana caranya, dia bisa keluar dari kandangnya.Dia terus menggonggong, ingin memberitahu kan pada yang lain tentang Aira. Namun, karena Peco terkenal jahat, semua pelayan di rumah itu tidak menanggapi apa yang diisyaratkan olehnya.Penjaganya sedang tidak berada ditempat, semua orang yang ada dirumah tidak memahami apa yang anjing itu sedang lakukan diluar sana."Si Peco kenapa yah, ngeri amat hiii ...!" ujar Bu'Pur, si Tukang masak. Karena dirinya sedikit merinding mendengar suara gonggongan yang begitu besar dan menakutkan. Peco memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi yang menunjang suaranya menjadi lebih besar dan menyeramkan bagi mereka yang tidak memahami bahasanya."Iyah deh! Napa bisa ada diluar yahh tu anjing? Mana Pak'Jono lagi keluar! Kok gak di kandangin ajah, bahaya tau, kalau sampai ada yang kegigit!" Tambah salah satu ART yang bertugas membersihkan dalam rumah.Mereka mengabaikan gonggon
RK yang memahami arah pembicaraan putranya, segera menggendong putranya dan berjalan keluar, meninggalkan beberapa orang yang tercengang dengan pertanyaan Brian tanpa mampu memberikan komentar.Mereka saling berpandangan, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, sebab mereka semua tahu perangai Majikan mereka."Umm ... Dok, tolong periksa Gadis ini! Dia mungkin kelelahan!" ucap Bu'Retno membuka pembicaraan, setelah mereka terdiam beberapa saat setelah mendengar celotehan Brian tadi."Baik, Bu!" sahut sang Dokter yang segera meletakkan alat-alat medisnya di atas nakas, dan segera memposisikan dirinya di tepi ranjang, tempat Aira berbaring saat ini. "Maaf Bu, dia kenapa sampai bisa pingsan? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanya dokter karena melihat baju Aira yang sedikit kotor terkena tanah saat jatuh pingsan tadi."Dia pekerja dirumah ini, Dok! Tugasnya bersih-bersih taman. Dia tadi habis cabut rumput di halaman samping. Mungkin kelelahan jadi sampai pingsan kayak gini!" terang Bu'Retn
"Mas ... Apa-apaan ini? Kamu kok ngomong kayak gitu?" Ya, dia adalah Selena yang tidak memiliki pilihan lain selain berbalik arah dan mengikuti Ivan hingga ke depan pintu ruang tindakan rumah sakit itu.Selena mendengus kesal, melihat kepanikan di wajah Ivan untuk Aira. Namun seperti biasa, Ivan selalu bisa mengendalikan wanita itu dengan sedikit ucapan manis. "Selena, Sayang ... kamu jangan marah yahh!? Mas hanya ingin tahu keadaannya. Karena Mas pengen tahu, apa maksudnya dia gak ngabarin Mas waktu Kayla meninggal, itu ajah kok!" Kelit Ivan."Iyahh, tapi aku cemburu tauu! Lain kali jangan kek gitu lagi yahh!? Aku gak suka." Ucapan manja Selena terdengar jelas di rungu beberapa orang yang sejak tadi melihat drama mereka.Termasuk sang Boss Starlight Corpt yang baru saja tiba dan menatap tajam pada kedua makhluk yang sedang berada di hadapannya ini.RK mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ivan. Bahwa Ia sebenarnya tidak mempedulikan kondisi Aira, namun hanya ingin menuntut hal
Aira sangat terkejut dengan apa yang dirinya dengar, dia tidak pernah menyangka kalau RK melakukan semua ini. Meskipun dalam hatinya, dia tahu pasti bahwa RK bukanlah seseorang yang akan memilihnya, tanpa tahu latarbelakang dirinya, namun dengan menjadikan Selena, putri CEO PT.Bintang Laut itu seorang tukang kebun, itu out of mind banget, pikirnya. "Kamu kenal dia, Mas?" tanya Aira pelan. "Musuh istriku, adalah musuhku!" jawab RK singkat, namun membuat Aira terperangah. "Udahh, lupakan Dia, nanti besok aku akan memperkenalkan Nyonya Mension ini secara resmi pada semua Pekerjaku, termasuk si siapa namanya tadi?" "Selena, Mas!" "Iyah, Dia!" ucap RK sembari tersenyum semanis madu pada Aira yang masih bingung dengan apa yang sudah diperbuat suaminya ini. Ada rasa bahagia yang perlahan merayapi hati Aira, namun bersamaan dengan itu, ada rasa takut dan cemas jika sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya karena hal ini. Aira memandang RK lekat-lekat, perlahan tangannya terangkat dan
Aira terkejut dengan sosok yang sedang berdiri kikuk dihadapannya. Wanita itu terlihat tertunduk sedalam-dalamnya karena takut pada Aira. Namun, Aira yang masih tidak dapat mencerna hal ini semakin bingung. Selena bisa berada satu atap dengan dirinya adalah satu keanehan, ditambah dengan tingkahnya yang menurut Aira sedikit aneh, tidak seperti Selena yang Ia kenal. "Ma-maafkan saya nyonya, saya sedikit merasa pusing, jadi kesini untuk mengambil Air. Saya tidak akan melakukannya lagi. Permisi!" jawabannya membuat Aira segera mencubit tangannya sendiri. "Mami gak lagi mimpi kok, sini menunduk!" ucap Brian sembari menarik tangan Aira agar menunduk ke arahnya. Brian melayangkan sebuah kecupan hangat, di Pipi ibunya. "Kan? Berasa gak?" tanya Bri sembari terkekeh geli, karena senang bisa menggoda sang Mami. "Idih, anak Mami genit banget sii!" "Saya permisi Nyonya!" "Selena tunggu!" Aira mengeryitkan kening, karena wanita itu terlihat bingung dengan panggilannya. "Bu' Aira, saya
Setelah menjawab panggilan Bent, dalam sekejap wajah sumringah RK hilang entah kemana. Kini tampilan dingin dengan sorot mata yang tajam, seperti mampu melihat hingga ke kedalam jiwa seseorang. Aira yang paham dengan sikap itu, tidak ingin bertanya. Dirinya takut akan salah berucap, dan pria bengis disebelahnya ini akan marah. Ya, meskipun telah resmi menjadi istri pria dingin itu, Aira masih tetap saja menganggap dirinya Bossnya yang dingin dan sangat ditakuti seluruh pekerja di Mension mewah yang sekarang sudah menjadi miliknya juga. Aira hanya terdiam dan meraih tangan suaminya untuk di pegang erat-erat, sambil terus menatap jalanan yang mulai dipenuhi cahaya lampu jalan, sebab malam mulai perlahan menyapa mereka. Brian yang mengetahui ayahnya sedang dalam mode yang tidak boleh diganggu, hanya terdiam ditempatnya duduk. "Bri, Mami pangku yahh?" Bujuk Aira, sebab Brian sangat membenci di pangku karena merasa dirinya sudah besar. Namun, pria kecil itu tahu kegelisahan hati ibun
Refleks RK menghadang pria yang menyapa Aira itu. Pria dengan tampilan awut-awutan, rambut yang diikat ke belakang, tanda tak pernah dipotong. Wajah yang kusam dan tubuh yang kurus, menjelaskan betapa memprihatinkannya, keadaan pria itu. "Ai ... Tolong maafin Mas, kita pulang yukk! Mas kangen Ai," ucap pria itu yang adalah Ivan, mantan suami Aira, sambil berusaha meraih tangan Aira dari balik tubuh RK yang menjulang tinggi dihadapannya. "Jangan berfikir untuk menyentuh tangannya, atau aku akan mematahkan tanganmu!" ketus RK. "Menyingkir kau, aku hanya ingin bicara dengan istriku," ucap Ivan penuh percaya diri. RK mengeraskan rahangnya, tatapan membunuh, dirinya tujukan pada Ivan. Rasanya, jika tidak ada istri dan anaknya saat ini, mungkin Ivan sudah pergi bertemu putrinya Kayla sekarang. Aira tahu, RK sedang dalam kemarahan yang jika Ivan melanjutkan dramanya, maka dirinya akan berakhir tragis. "Mas, aku mau pulang," ucap Aira sembari meraih tangan RK dan memberikan Bri padany
"Apa ...?" RK menatap istri yang sangat dirindukan ini dengan tatapan sendu. "Sayang, ini aku suamimu, tolong jangan lupakan aku, Ai!" ucap RK sembari meraih tangan Aira, dan mengecupnya dalam-dalam, sambil menutup mata, meresapi kebahagiaan yang datang, namun hanya setengah. "Mas ...!" ucap Aira lembut sambil mengusap rambut coklat yang sudah terlihat besar karena tidak dipotong itu, dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana aku bisa melupakan, satu-satunya alasan aku bertahan dan kembali kesini. Dirimu dan Bri lah kekuatan dan alasanku. Aku cinta kamu, Mas!" ucap Aira sembari mengecup tangan suaminya. "Maafkan aku, aku hanya bercanda!" tambah Aira. RK terdiam cukup lama dan segera memeluk Aira erat-erat. "Tidak masalah sayang, asalkan itu hanya tipuan, aku tidak akan mempedulikannya, sebab aku sedang sangat bahagia karena dapat mendengar suara istriku dan tatapan sayang darinya seperti saat ini." RK tak henti-hentinya menciumi tangan pasien wanita itu yang adalah istrinya. "Ming
Pesan singkat disertai foto itu, membuat Andi kebingungan. Disisi lain, anak dalam kandungan Tantri yang terancam meninggal sebab sudah memasuki bulan ke 8, sedangkan diseberang sana sedang terjadi sesuatu yang membuat Andi mematung ditempatnya berdiri. "Apa ini, Mah?" Andi meremas rambutnya kuat-kuat. Dia berjalan gontai dan terduduk di kursi-kursi taman, yang berada dekat dengan parkiran. "Selena ... Dimana kamu, Nak! Papa bingung harus bagaimana," lirih Andi sembari menunduk. "Maaf Tuan, apa yang harus saya lakukan?" ucap salah satu orang kepercayaannya yang masih belum memahami apa yang dilihat Andi di handphonenya, sehingga dirinya bereaksi seperti ini. "Tolong, hubungi siapa saja yang ada dirumah, tolong selamatkan istriku, tolong!" Andi memohon untuk istri yang tadi telah Ia abaikan. Seluruh tubuhnya bergetar, bagaikan kilatan petir yang menyambar dengan kecepatannya beberapa detik, namun mampu menghancurkan. Dirinya menerima kiriman pesan dari istrinya yang mengatakan,
Karena kesal dengan perkataan Tantri yang menyuruh ibunya untuk menelpon Andi, Tuti gegas merampas handphone Dewi dan membantingnya."Beraninya kalian, ingin menelepon suamiku! Seharusnya kalian itu malu!" geram Tuti."Kalau begitu, kamu ajah Ti, tolong antar Tantri ke rumah sakit! Kalau sampai nanti ada apa-apa sama anakku, kamu harus tanggung jawab, karena ini adalah salahmu!" ucap Dewi sedikit menekan.Tuti yang mendengar hal itu jadi serba salah, "ehh ... Iya juga, kalau ada apa-apa sama perempuan sialan ini, pasti aku yang bakal disalahin. Apalagi, anak itu adalah anak Mas'Andi, bisa kacau nanti masalahnya." Tuti membatin, sambil menatap kasar Tantri yang sedang sangat kesakitan.Namun, sebelum Tuti mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirinya kenali."Tantri kamu kenapa?" ucap Andi yang baru saja muncul dari balik pintu."Mas tolongin anak kita Mas, aku kesakitan ini! Aahhh ...," lirih Tantri.Tanpa menghiraukan keberadaan istrinya, Andi gegas menggendong T
"Kakak!" Gadis cantik itu gegas menenggelamkan tubuhnya kedalam pelukan hangat pria gagah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan bahagia dan rindu. "Kakak ... Aku selalu menunggumu mengunjungiku di asrama, tapi kakak sudah tidak pernah muncul lagi! Aku rindu!" gadis itu menangis tersedu-sedu. "Heyy, tenangkan dirimu! Ody sudah sangat besar, dan sangat cantik, apa ada pria nakal yang menggangu adikku disekolah?" tanya pria itu. "Tidak, mereka selalu takut pada para bodyguard rahasiku. Aku sudah seperti tuan putri lemah yang selalu di kawal 24 jam." "Ohh ya? Ayahmu pasti melakukan hal itu, untuk memastikan kau tetap aman." "Bukan ayah, tapi kau, kakak! Berhentilah membodohiku. Meskipun aku seperti ini, aku selalu mendapatkan nilai bagus, meskipun tidak pernah mendapat juara kelas," ucapnya sambil terkekeh geli. Mereka akhirnya saling menatap dan tertawa terbahak-bahak. "Ya sudahlah, kau jangan terlalu pintar. Cukup kepintaran itu dimiliki RK saja. Kalau kau bisa menaklukk
RK terpaku menatap wajah gadis dihadapannya ini. Ada desiran aneh, RK terus menatap wajah cantik itu lekat-lekat. "Kak, kakak!" Audrey sedikit mengeraskan suaranya, sebab RK menatapnya dengan tatapan yang terlihat sendu dan begitu dalam. Mendengar suara melengking itu, RK terkaget dan segera melepaskan genggaman tangannya yang begitu kuat. "Kann ... tanganku kesakitan, Ayoo tiup! Sakit tahu," kesal gadis itu meniup dan memijat tangannya sendiri secara perlahan. RK kemudian berbalik menatap Bent yang berada di anak tangga dua tingkat di bawah dirinya. "Sudah kubilang," ucap Bent sembari memamerkan tawa terpaksanya. RK kemudian melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Audrey yang kesakitan. Namun, disaat yang bersamaan Audrey tertegun, mengingat tatapan sendu sang penguasa Starlight itu. 'ada apa dengan tatapan itu? meskipun mereka tidak pernah memberitahukan semuanya padaku. Tapi aku bukan anak kecil lagi, aku tahu kau adalah kakakku, dan sebagai adikmu, aku bisa merasakan kese