Akbar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya sudah tidak terfokus pada Mawar, melainkan pada Mulan istri keduanya yang telah melahirkan anak untuk dirinya. di perjalanan menuju ke rumah istri keduanya itu, Akbar melupakan satu hal yang penting. Janjinya pada Mawar telah ia khianati.Sesampainya di rumah, Akbar bergegas untuk masuk ke dalam rumah dan mendapati Mulan telah tergeletak di lantai dapur dan telah bersimbah darah."Mulan, Bagun…sayang, maafkan aku, maafka aku…aku mohon, bangunlah…" Akbar tampak begitu syok melihat wajah pucat Mulan. Pria itu segera menggendong tubuh Mulan dan membawanya ke dalam mobil. Karena kawasan perumahan yang ditempati Mulan termasuk perumahan baru dan belum banyak penghuninya, Akbar dengan mudah masuk dan keluar dari kawasan perumahan ini. ***Aku menghembuskan nafas berulang kali, dadaku terasa sesak menunggu kedatangan Mas Akbar yang tak kunjung datang. ditambah lagi cuaca yang mulai tidak bersahabat dengan diriku. Mendung mulai
"Untung saja Bapak dengan cepat membawanya ke rumah Sakit. Jadi nyawa wanita itu bisa diselamatkan." Ucap wanita berpakaian serba putih tersebut dengan tatapan tak biasa.Akbar mengelus dadanya, lega dengan sederet kalimat wanita yang saat ini berhadapan dengan dirinya.Belum sempat Akbar bertanya sesuatu, wanita itu pergi meninggalkan dirinya begitu saja."Ada apa dengannya?" monolog Akbar bingung dengan sikap suster tersebut. ***Abian masih menunggu jawabanku. Sebenarnya aku juga bingung dengan keadaan yang saat ini terjadi padaku. Apakah ini waktunya untuk memergoki mereka berdua, saat berada di rumah sakit? Tapi, bagaimana jika Mulan benar-benar dalam keadaan tidak baik-baik saja."Mawar, kau sudah membuang waktuku."Aku menggigit bibir bawahku, berusaha untuk berpikir jernih tentang hal baik apa yang harus aku lakukan."Tidak, antarkan aku pulang saja.""Kau yakin?" Aku menganggukkan kepalaku berulang kali. Ini adalah pilihan terbaik, terlebih aku belum mengetahui secara
Setiap wanita dalam menjalani kehidupan rumah tangga pasti menginginkan sebuah kehidupan bahagia bersama dengan pasangannya. Itu semua adalah impian seorang istri yang sedang mengarungi bahtera rumah tangganya dengan pria impiannya.Tetapi, semua itu berbeda dengan diriku. Kehidupan rumah tangga yang aku pikir baik-baik saja, ternyata menyimpan sebuah rahasia besar tentang rahasia suamiku bersama dengan Selingkuhannya."Mawar, kita sudah sampai. Mau sampai kapan kau berada dalam mobilku?"aku tersadar dari lamunanku begitu suara Abian terdengar begitu menyeramkan di telingaku."Abian, maaf aku melamun dan tidak sadar kalau kita sudah sampai di rumah." Saat ingin membuka seatbelt, Abian meraih tanganku."Abian?" aku dapat melihat Abian menatapku tajam."Kau masih berpura-pura tidak terjadi apa-apa?""Apa maksudmu?" aku menepis tangan pria berwajah tampan itu. Bergegas aku membuka seatbelt dan keluar dari mobil."Aku belum selesai bicara!"Belum sempat aku membalikkan badan, sebuah tang
Beberapa jam kemudian, setelah insiden Mas Akbar tercebur ke dalam kolam renang, pria itu tampak sudah rapi dengan pakaian santainya. Ia terlihat berjalan kearahku yang sedang duduk santai menikmati coklat hangat. saat ini diriku juga telah berganti pakaian, mengenakan kaos panjang dipadukan dengan rok sebatas lutut. Karena sedang berada di rumah, aku sengaja tidak mengenakan hijab Seperti biasanya."Apa kau masih marah?" Mas Akbar mengambil posisi duduk tepat di sofa yang berada di hadapanku. Wajahnya terlihat begitu menyesal karena telah mengingkari janji jemput denganku.Aku menghilangkan kedua tangan diatas perut, memandang dengan tatapan tajam Pada pria berkumis tipis itu."Sayang, aku minta maaf. Saat itu aku benar-benar panik dan berusaha untuk menyelamatkan nyawa orang itu.""Pria atau wanita?""Hah?""Pria atau wanita yang kau selamatkan?"Mas Akbar menggaruk tengkuknya. Ia tidak langsung menjawab pertanyaanku."Apa mas lupa, jenis kelaminnya?""Wanita, orang tua. Maksudku ya
Mulan menyeka air mata dengan punggung telapak tangannya sendiri. Setelah merasa lega menumpahkan kekesalannya dengan cara menangis, Mulan kembali menatap plafon rumah sakit dengan tatapan kosong. Ia merasa begitu bodoh sampai-sampai melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan nyawanya. Seharusnya ia dapat berpikir untuk tidak menyakiti dirinya. Masih banyak hal yang harus dilakukan di dunia ini. Seandainya Akbar telat membawa dirinya ke rumah sakit, pasti nyawanya akan hilang dengan sia-sia.Mulan meraba pergelangan tangannya yang telah dibungkus oleh kain kasa. "Di mana kamu mas?" kembali air matanya menetes begitu saja membayangkan wajah Akbar sedang bersama dengan istri pertamanya. Seandainya saja ia mengetahui wajah istri pertama suaminya itu, sudah lama Mulan ingin mengatakan bahwa dirinya juga istri lain Akbar. Wanita pilihan yang dipilih oleh Akbar untuk melahirkan seorang anak tampan bernama Nathan. ***Siti terlihat begitu energik saat memasuki sebuah restoran tempa
Mas Akbar tertawa. Meski tidak sepenuhnya mencairkan suasana yang sedikit menegang ini, tapi Mas Akbar tampak begitu berusaha untuk bersikap tenang."Ada yang lucu?" tanyaku penasaran dengan sikap mas Akbar.Mas Akbar mendekatkan wajahnya pada wajahku. Kedua tangannya menangkup wajahku dengan sorot mata tajam."Aku memang salah, maafkan kebodohanku."Keningku berkerut mendengar permintaan maaf Mas Akbar. Secepat itukah, Mas Akbar akan membongkar rahasia besar tentang perselingkuhannya dengan Mulan?Wajah mas Akbar semakin mendekat padaku, Seperti hendak menciumku."Apa yang kalian lakukan?!"Pertanyaan itu membuat diriku dan mas Akbar terkejut. Segera aku melihat ke arah pintu kamar, dan terlihatlah Orang yang selama ini aku rindukan sedang berdiri di ambang pintu kamarku yang terbuka lebar."Mama?" Penyelamatku! Bergegas diriku berlari memeluk tubuh beliau."Kapan mama pulang, kenapa nggak ngabarin dulu, biar Mawar jemput?!" aku mendongak menatap wajah ayu Mama yang terlihat begitu
Aku masih duduk diam di depan meja riasku. Setelah berganti pakaian, diriku tak lantas langsung turun ke lantai bawah. Melainkan berdiam diri dengan pemikiran yang begitu banyak. Mulai dari penasaran dengan kedatangan Mama dan papa, diriku juga ingin mengetahui kondisi Mulan. Wanita itu pasti dalam keadaan baik-baik saja, kalau tidak pasti Mas Akbar akan setia menunggunya di rumah sakit."Mawar?"aku menoleh, menatap ke arah pintu dan terlihatlah mama telah berdiri dengan tatapan penuh tanda tanya.Mama tidak langsung mengajakku untuk turun ke lantai satu, melainkan melangkahkan kakinya menuju ke arahku.Mama mengelus lembut pundakku."Ada apa sayang? Kau terlihat kurusan, sudah hampir dua bulan ini kau juga tidak datang berkunjung. Apakah rumor itu benar?""Apa mama percaya pada rumor itu?"Mama menghembuskan nafas panjang, Seperti ingin membuang semua hal sesak dalam dadanya."Ini salah mama, maafkan keegoisan mama sayang."Aku segera menggenggam erat tangan mama. Memamerkan deretan
"Siapa Mulan?"Aku menatap wajah mama. Wanita itu terlihat begitu penasaran dengan nama yang barusan keluar dari mulutku. Segera aku memasukkan ponsel ke dalam saku gamisku."Mawar, siapa Mulan?" kembali mama bertanya hal yang sama."Bukan siapa-siapa ma, dia temannya Siti. Hari Minggu besok dia akan menikah." Jawabku berbohong.Mama tidak langsung menanggapi jawabanku. Wanita berumur empat puluh tahun dan masih terlihat cantik itu hanya tersenyum masam."Mama dan papa ada urusan penting. Jadi, kau tidak perlu repot-repot membuat minuman. Ayo, kita ke depan.""Kenapa cepat sekali Ma? Kalian baru saja datang." aku begitu kesal dengan sikap kedua orang tuaku."Sudah, jangan banyak protes. Papamu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.""Maksudnya, papa sakit?""Tidak sayang, tapi ada sesuatu yang terjadi. Biasa, ada masalah di kantor. Dan papamu berharap suamimu bisa ikut andil dalam urusan kantor. Tapi, tadi suamimu berkat telah memilih untuk bekerja di Hotel milik Hamzah. Lengkapla