Share

Rima yang Teluka

Penulis: Ombak Lautan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-03 17:50:27

Matanya menatap seluruh tubuh sang anak yang sebagian diperban dan ditutupi oleh selimut dari rumah sakit. Tangan Rima makin bergetar, ketika dia ingin menyentuh anaknya.

Tangis Rima terdengar pilu, sesekali dia memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Rima mencoba melegakannya dengan cara memukulnya. Dengan tangan yang masih gemetar, Rima mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. Dia tidak kuat, jika harus menanggungnya seorang diri, seperti keinginanya.

***

[Halo, Mas. Kapan kamu pulang?]

Tanya Rima, saat panggilannya tersambung.

[Ada apa, sayang? Suaramu kok aneh, oya, aku sudah melihat hadiah terbaik darimu. Terima kasih sudah memberikan hadiah istimewa, ketika aku harus menghadapi hari yang sangat melelahkan.]

James benar-benar tidak memberikan kesempatan pada Rima untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ini.

Rima tidak menjawab apa yang ditanya oleh James, dia langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Rima duduk di lantai dan menangis tersedu-sedu, tanpa b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Ibu Tiri   Kekhawatiran James

    Bu Rina dan Bu Halimah sudah sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan yang telah di arahkan oleh suster jaga dan polisi yang kebetulan ada di dekat meja sang suster."Ada apa sebenarnya, Pak?" tanya Bu Halimah khawatir.kegelisahan dan kebingungan dari dua wanita paru baya itu sangat terlihat dengan jelas di wajah mereka. Tentu saja, ini membuat polisi yang mengantarkan mereka menjadi iba."Mari," ajak polisi tersebut. "Ibu akan mengerti setelah ada di alam," sahutnya.Pintu ruang rawat dibuka, dan nampak sesorang sedang terbaring tidak berdaya di atas ranjang dengan berbagai alat medis di tubuhnya. Bu Halima dan Bu Rina bergegas mendekat, tapi hanya bisa memandang tanpa berani menyentuh."Rima," panggil Bu Halimah ragu.Namun, Bu Rina memajukan langkanya dengan tangan terulur yang gemetaran. "Sherly," pekiknya.Bu Rina dapat mengenali remaja yang berada di ranjang itu, meskipun wajahnya babak belur. Dia mendekati cucunya yang tidak berdaya.Sedangkan Bu Halimah diam ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Pembalasan Ibu Tiri   Memberi Semangat

    Bu Halimah memandang anaknya dengan tatapan iba, bagaimana dia akan bertanya tentang kehamilan anaknya disituasi berat begini. [Rima baik-baik saja. kamu kapan bisa pulang, Nak?] [Pekerjaan sudah selesai lebih cepat, Bu. Sekarang saya seang dalam perjalanan, perasaan saya tidak enak saat ini, jadi memutuskan untuk langsung pulang. oya, Bu. Boleh saya bicara dengan Rima?] Permintaan James membuat wanita paruh baya itu dilema, meski dia senang mendengar, jika James akan segera pulang. Namun, Bu Halimah bingung harus menyampaikan permintaan menantunya, saat melihat sang anak masih termenung dalam kesedihan. [Lebih baik kamu langsung pulang, Rima lagi sedikit mual-mual. kamu hati-hati, ya, di jalan. Banyak orang yang bergantung padamu, termasuk Rima.] Bu Halimah berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya, berharap semua kan baik-baik saja. Setelah sedikit berbincang, Bu Halimah mengakhiri panggilan telepon. Setitik airmata, turun perlahan di wajahnya yang mulai dipenuhi dengan keriput.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Pembalasan Ibu Tiri   Dignosa Dokter

    Bu Halimah mengambil tangan besannya, dan dia genggam dengan erat. "Saya juga minta maaf, Besan. Saya tidak bisa memposisikan diri," balas Bu Halimah merendah."Nak, kamu yang menemui dokter, ya," pinta Bu Rina pada sang menantu.Rima mengangguk patuh, dan mengikuti suster menuju ruang dokter, tanpa sepatah kata."Silahkan, Bu," ujar suster, mempersilahkan Rima untuk masuk ke dalam ruangan dokter.Rima hanya mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Permisi, Dok. Ini Ibu dari Sherly," ujar sang suster."Silahkan duduk, Bu." Dokter meminta Rima untuk duduk di kursi yang ada di depannya. "Apakah ibu sendirian?" tanya dokter kemudian.Rima mengangguk, dan tersenyum miris. Bukan menampakan kebahagian, tapi kepedihan yang mendalam. Setelah menarik napas panjang, Rima mulai bertanya."Ada apa dengan anak saya, Dok. Apakah ada hal yang sangat patal, sehingga banyak alat medis di tubuhnya?" tanya Rima.Kali ini dokter yang menarik napas panjang dan berat, lalu menghembuskannya secara perlahan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Pembalasan Ibu Tiri   Rima Keguguran

    "Malanjutkan yang tadi, Bu Rima. Ibu sebaiknya membuat laporan resmi kepada Pak Irawan, agar kasus anak ibu bisa segera ditangani," saran dari dokter. "Sherly mendapatkan perlakuan serius dari para tersangka, dan saat ini memerlukan perhatian juga penanganan yang sangat seriu. Ibu pun harus didampingi suami atau keluarga yang lainnya," imbuh dokter.Rima menarik napas panjang, dan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Apa dokter yakin, anak saya diperkosa?" tanya Rima dengan nada serius."Ekhm!" sang dokter berdehem.Tidak langsung menjawab, dokter yang ada di depan Rima membenarkan posisi duduknya. Melipat tangannya, dan terbatuk ."Jika diperkosa, maka yang melakukannya hanya satu atau dua kali saja. Akan tetapi, kemaluan anak ibu sobek dan ...," kembali sang dokter berdehem. "Anak ibu dirudapaksa dan di aniaya," lanjuta sang dokter.Mata Rima melotot, sendi di kakinya terasa sangat lemah, bahkan tubuhnya tidak merespon ketika dia ingin bergerak. Dunia Rima runtuh seketika, padahal dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Pembalasan Ibu Tiri   Kejutan Terburuk untuk James

    "Benaran, Rima hamil?" tanya Bu Rina ulang.Bu Halimah mengangguk, sedangkan Bu Rina sangat bahagia, terliat dari matanya yang berbinar dan wajahnya yang berseri-seri. Sejenak dia melupakan kepedihan cucunya yang lain."Tapi situasi ini tidak mendukung sama sekali!" lirihnya dengan kecewa, bukan karena kehamilan putrinya, tapi karena situasi yang sangat fatal untuk keluarga besar mereka.Bu Rina langsung memeluk besannya, harapan mereka berdua sama. Hidup tenang bersama anak dan cucu-cucu mereka.Di tengah kabar bahagia dan duka, james datang dengan tergesa-gesa dan langsung menuju kamar anaknya, Sherly."Bu," sapa James, ketika sampai di dalam ruangan anaknya dan melihat ibu serta mertuanya saling berpelukan.Bu Hlimah dan Bu Rina mengurai pelukan merekan dan menatap ke arah james yang terlihat kelelahan."Ada apa, Bu. Setelah ibu telepon, aku langsung pulang dan beruntungya ada penunpang yang membatalkan tiket pesawatnya." James berkisah."Ibu juga belum tahu apa-apa, Nak. Tadi Rim

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Pembalasan Ibu Tiri   Kehilangan Anak

    Setelah puas melapiaskan kekesalan dan ketidakberdayaannya, james menyusuri lorong rumah sakit untuk menemui suster jaga untuk mengetahui ada apa dirinya tadi di telepon. Dengan langkah gontai, James sampai di meja suster jaga dan segera menanyakan apa yang ingin dia ketahui. setelah mendapat informasi tentang keadaan Rima, James bergegas menuju kamar rawat sang istri. Saat ini dia inin mengutamakan sang istri dibandingkan bertemu dengan dokter yang menunggu kedatangannya.James menarik napas panjang, saat masuk ke dalam ruangan. Menatap punggung istrinya yang nampak bergetar, sesaat James termenung. Suara isakan Rima terdengar lirih, seperti seseorang sedang meratapi nasibnya yang malang. James berjalan mendekati ranjang, dan langsung memeluk tubuh Rima yang nampak kurus. Dengan lembut, James mengecup kening sang istrinya yang berkeringat."Ada apa sayang?" bisik James lirih.Mendengar suara James, Rima malah makin terisak."Ma--maaf, Mas. Maafkan, aku. Maaf!" ujarnya berulang kali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Pembalasan Ibu Tiri   Curiga

    "Bisa, Pak!" jawab James tegas. "Lebih baik, kita berbicara di luar saja. Istri saya butuh istirahat," imbuh James. James merasa tidak nyaman, ketika lelaki yang ada di depannya memandang Rima yang sedang tersedu. James dapat menilai pandangan lelaki itu, pada istrinya bukanlah pandangan yang biasa. Lelaki itu langsung menatap ke arah James, setelah dia terpergok memandang Rima yang sedang terbaring. Dengan berdeham, dia mencoba menormalkan rasa yang bergejolak dalam hatinya, "Di sini saja, Mas. Aku ingin mendengar kebenaran yang terjadi, Sherly juga anakku!" pinta Rima dengan menarik tangan James, yang dilepas oleh suaminya. James mengaangguk dan mengiyakan pinta sang istri yang ingin tahu kebenaran tentang anak mereka. Mengesampingkan rasa curiganya pada lelaki yang ada di depannya, James juga mengkhawatirkan keadaan istrinya yang terlihat sangat drop. Apalagi, Rima masih sangat syok, karena kehilangan anak dalam rahimnya dan juga anak sambungnya yang sedang terbaring tidak berd

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Pembalasan Ibu Tiri   Para Pelaku

    Rima merasa gagal sebagai ibu sambung, dia berusaha menjadi lebih baik, akan tetapi semua malah menjadi buruk.James menggenggam tangan istrinya dengan erat, menyalurkan energi positif yang sangat diperlukan Rima, saat ini. Rima mencoba mengatur napasnya, agar isakannya tidak terlalu kentara. James meminta sang istri untuk mendengar penjelasan dari polisi yang ada di depannya.Satria pun di minta untuk melanjutkan lagi info yang harus di dengar oleh James dan Rima"Kami harus mengumpulkan bukti-bukti secara akurat, dan paling penting adalah kesaksian dari Sherly. Kami berharap, keluarga bisa bekerjasama dengan baik," Satria mengatakan dengan tegas, tapi sesekali dia menatap ke arah Rima."Kesaksian Sherly?" tanya james dengan lirih. dan di balas dengan anggukan oleh James. "Pasti Sherly akan sangat depresi, jika dipaksa untuk mengingat perbuatan biad*p mereka!" keluh James kemudian.James tahu konsekuesi atas kejadian ini. Bukan hanya Sherly saja yang akan menanggung rasa malu seumur

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27

Bab terbaru

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham3

    Rima melukai sedikit peni*s Dito, membuat remaja itu meringis kesakitan. "Baru tergores! Belum terpotong!" ancam RIma dan Dito hanya mengangguk. Rima kembali pergi, dengan membawa serta belati yang melukai Dito, sedangkan Dito memaki wanita yang tengah menyanderanya dengan kata-kata kasar. Remaja itu tidak menyangka, jika Rima bisa berbuat sejauh ini. Bahkan dirinya menjadi ciut berhadapan dengan ibu tiri dari remaja yang dia lece*hkan. "Brengsek!" teriaknya. Rima hanya tersenyum mendengar makian dari Dito, kemudian dia berjalan dengan cepat untuk keluar dari persembunyian. Kemudian dia membuka CCTV yang terhubung dengan laptopnya, menghidupkannya kembali dengan posisi semula, meski sedikit dimodifikasi. "Bu, sudah benarkan saya keluar dari sana?" tanya Bik Irah yang masih memegang alat pel. "Sempurna, Bik. Sekarang bibik masak aja, untuk sarapan kita," pinta Rima. "Besok saja membersihkannya, sehari enggak dibersihkan, enggak masalah." Rima menjawab sebelum Bik Irah bertanya, da

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham2

    Pagi-pagi sekali, Rima keluar dari rumah. Menuju ke supermarket terdekat, mengambil beberapa cemilan, roti dan juga susu. Kemudian menuju kasir, untuk membayar semua yan sudah dibeli olehnya."Makasih, ya, Mbak!" ujarnya setelah sang kasir memasukkan semua belanjaan ke dalam kantong yang dibawa oleh Rima."Sudah semua, ya, bersama titipannya," balas sang kasir dengan lirih di ujung kata-katanya.Rima keluar dengan membawa kantong yang berisi penuh dengan semua aneka camilan, dan dia taahu, jika ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan sangattajam, sembari berpura-pura memgang minuman."Kalian masih mengintaiku?" gumam Rima kesal.Ponsel Rima berbunyi, dan wanita itu langsung menerima panggilan dari ternyata dari Satria. Mantan kekasihnya itu menanyakan, apakah dirinya aman setelah menerima bingkisan darinya ataau tidak. Rima membaritahu Satria, jika dirinya aman dan sudah sampai di rumah.Semalam, Rima menanyakan tentang efek samping dari penggunaan obat itu pada Satria. Bagaima

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham

    "Bukan begitu, sayang. Aku_"Rima langsung memotong ucapan James dengan cepat."Sudahlah, Mas. Yang penting aku selalu jaga hati dan tubuhku hanya untuk kamu,"Rima langsung mengakhiri panggilan, dan meletakan ponselnya di atas meja. Mendengkus kesal, karena merasa tidak dihargai oleh suaminya sendiri."Bibik aja yang angkat!" ucap Rima malas. "Bilang saja, aku sedang tidak mau diganggu!" Rima menambahkan sedikit permintaan.Bik Irah mengangguk dan segera menerima panggilan dari James untuk kedua kalinya. Seperti dugaan Rima, Bik Irah bisa diandalkan. Rima meyakini, jika suaminya itu bertanya banyak hal pada Bik Irah. Terbukti jawaban dari wanita tua di sampingnya itu, yang kadang tersenyum dan terkadang terlihat khawatir."Siap, Pak!"Di akhir panggilannya, dan Bik Irah meletakkan ponsel Rima kembali di tempatnya semula."Apa aja yang ditanya Mas James, Bik?" Rima bertanya seperti menyelidik."Pak James hanya khawatir pada ibu, dan menanyakan apa ibu pernah pergi dalam waktu yang lam

  • Pembalasan Ibu Tiri   Hampir saja2

    Rima terlihat marah pada Satria, yang menyangkal tentang keterlibatan Sandi dalam kasus anak sambungnya. "Aku mendengar sendiri, jika dia menggauli Sherly dan mengatakan hal tidak senonoh padaku!" bantah Rima. "Tidak, yang aku tahu, dia tidak ikut dalam pencab*lan itu!" Satria masih kukuh pada ucapannya. "Dan kamu sudah tahu siapa saja yang melakukan hal bejad itu, kan?" tanya Satria kemudian. "Pergila, aku hanya meyakini apa yang memang terjadi dan kuketahui!" Rima pun tidak merubah keputusannya. "Jangan gegabah, nanti kamu salah sasaran!" ketus Satria. Lelaki itu, lalu berpamitan dan meninggalkan Rima yang masih yakin dengan apa yang akan direncanakannya. Sedangkan Satria menghela napas panjang, terlalu sulit untuk membuktikannya sekarang. Rima duduk di kursinya dan kembali menyesap teh lemon buatannya, Menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. "Bu, saya melihat diary milik non Sherly," bisik Bik Irah. Perhatian Rima teralihkan, meminta Bik Irah untuk mengambilnya. Wanit

  • Pembalasan Ibu Tiri   Hampir saja

    Ayah Dito langsung memperintahkan anak buahnya untuk mengeledah seisi rumah dan melihat CCTV yang terpasang di rumah Rima. Sedangkan Rima dan Bik Irah duduk dengan santai di meja makan, bahkan Rima menyedu teh lemon hangat dan menyesapnya perlahan. Setengah jam mereka mencari dan berputar-putar dengan sangat teliti, tapi tidak menemukan apa yang mereka cari, dengan kesal ayah Dito mendekati Rima. Mengacungkan senjata dan mengancam wanita yang pura-pura lemah itu. "Cepat, katakan di mana anakku?" tanyanya dengan menekan ujung pist*lnya di pelipis Rima. Satria yang melihat itu tentu saja sangat geram, tapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, karena baju yang sedang dia kenakan. "Saya sudah mengijinkan bapak untuk mencari anak bapak di sini, dan apakah saya mengijinkan bapak untuk mengancam saya?" tanya Rima yang makin membuat emosi lelaki di depannya memuncak. "Kamu tidak tau siapa saya?" tanyanya dengan membentak Rima, dan matanya melotot sempurna. Sehingga memperlihatkan am

  • Pembalasan Ibu Tiri   Target Selanjutnya

    Rima langsung mengakhiri panggilan dan menatap remaja yang mulai sadar akan keberadaannya yang menyedihkan."Tante, Lepasin aku!" teriak Dito dan hanya ditangapi dengan senyum hina dari Rima.Dito terus memaki, ingin rasanya Rima membalasnya. Akan tetapi disadarkan oleh Bik Irah yang menanyakan tentang makanan yang dia bawa tadi.Rima berjalan ke meja, lalu mendekati Dito yang masih terus menhardiknya. Tatapan Rima, sebenarnya membuat nyali Dito sedikti ciut, tapi dia tidak mau kalah dari wanita yang dia anggap tidak ada apanya."Kamu butuh asupan untuk terus menghardikku, jika tidak kamu akan kelapan dan tidak ada yang bisa menolongmu. Bahkan harta orang tuamu yang sangat banyak itu! Ingat, kamu belum membuatku merasakan kenikmatan yang kamu tawarkan," ujar Rima dengan nada penuh penekanan.Dito diam, setelah mendengar penuturan Rima, mungkin dia berpikir, benar apa yang dikatakan Rima. Dirinya tidak akan bisa keluar dengan selamat, jika dirinya tidak memiliki tenaga.Rima meminta Bi

  • Pembalasan Ibu Tiri   Tebusan

    Rima meletakkan dompet Dito, dan menguyur tubuhnya berkali-kali. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan hal yang menjijikkan, akan tetapi tuntutan dari pembalasan dendamnya, mengharuskan dirinya melakukan hal yang bertentangan dengan nuraninya.Sejenak Rima berpikir, dan satu ide muncul dalam benaknya dan ingin segera dia laksakan."Wooow, kamu cantik sekali," puji Dito, setelah Rima keluar dari kamar mandi.Rima tidak menyangka, remaja yang seusia Sherly sudah sangat mendewakan S*x. Seharusnya dia dan Sherly bisa menikmati masa-masa remaja yang menyenangkan."Tante, bisa ambilkan obat di saku depanku?" pinta Dito, yang masih tetap terikat dengan tubuh gemetaran.Dengan santai, Rima mengambil celana Dito yang tadi dia lepaskan dan dilempar jauh. kemudian mengambil sebuah plastik klip berukuran 7 x 10cm di dalam sakunya. Ketika melihatnya, Rima tau, obat apa yang dimaksud oleh Dito.Semua yang direncanakan Rima, berbeda dengan kenyataannya, tapi cukup membuat dirinya bersemangat. Dengan

  • Pembalasan Ibu Tiri   Bik Irah

    Dengan susah payah, Rima dan pembantunya--Bik Irah, memindahkan Dito ke ruang rahasia yang ditemukan oleh Rima beberapa waktu lalu. "Bik, sebaiknya bibik pulang kampung saja. Jika terjadi sesuatu, bibik tidak akan terkena imbasnya," ujar Rima dengan menggenggam kedua tangan renta milik Bik Irah. "Sherly sudah seperti cucu bibik, dari dia lahir, besar, ditinggalkan ibunya, dan sekarang tertimpa kesialan gegara lelaki seperti ini, Bibik enggak akan biarkan mereka hidup dengan tenang." Dengan semangat dia menolak permintaan Rima. Rima menghembuskan napas kasar, dia tidak ingin orang lain mendapatkan masalah karena perbuatannya, tapi dirinya pun tidak bisa menjalankan sesuatunya seorang diri. "Kalau saja waktu itu bibik tidak melihat kemaluan yang ibu mut*lasi, maka bibik tidak akan pernah bisa membalaskan rasa sakit melihat orang yang disayang terluka!" tambah Bik Irah. Ya, waktu itu Rima pulang bersama Sherly dengan keadaan yang tidak pernah dia pikirkan. Rima terlihat tegar, setela

  • Pembalasan Ibu Tiri   Memindahkan Dito

    "Saat Mas James sudah mengucapkan ijab qobul, maka tanggung jawabku pun bertambah, termasuk membalas perlakuan mereka pada orang yang menyakiti anak-anak!" ujar Rima."Aku akan menungu kamu untuk di sisiku. Aku tidak rela kamu harus berkorban begitu banyak!" ujar Satria yang dibalas dengan senyuman sinis dari Rima.Satria tahu, Rima tidak akan mudah berpaling setelah menentukan apa yang dia mau. Jika pun berpaling, maka dia akan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat teliti. Seperti saat Rima menerima James dan menghilangkan kenangannya dengan Satria. lelaki bertubuh tegap itu hanya bisa mnegela napas, karena terlambat datang memenuhi janjinya. Saat ini, dia hanya ingin dekat dengan wanita yang dia jadikan belahan jiwa sejak dia berjanji pada Bu Halimah dulu.Rima sudah memastikan ikatan yang dibuatnya cukup kuat dan tidak mudah lepas, dia menatap remaja yang sangaqt angkuh diusianya saat ini. Tentu semuanya karena ajaran yang diberikan oleh kedua orang tuanya, dan juga cont

DMCA.com Protection Status