Home / Urban / Pembalasan Dendam Si Sulung / 12. House Of Nesser

Share

12. House Of Nesser

Author: Maulana Hani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Selamat siang, Tuan!" sapa seorang body guard berambut cokelat gelap dengan alis tebal dan luka goresan di alis kanannya. Ia adalah body guard kepercayaan Gozard selain Nozer, namanya Notarzd Rinz.

Gozard yang tengah menulis sesuatu di meja kerjanya menganggukkan kepala, dan melalui tatapan mata mempersilakan Notarzd untuk menjelaskan alasan kedatangannya menemui Gozard.

"Tuan Kaslo Nesser mengirim surat untuk anda," ucap Notarzd lalu dengan sopan menyerahkan selembar surat di tangannya pada Gozard.

Tampak Gozard menghela napas lalu menganggukkan kepala usai menerima surat barusan.

"Kalau begitu saya undur diri, Tuan!" ucap Notarzd berpamitan dengan sopan pada Gozard.

"Yah, silakan!" balas Gozard dengan wajah tanpa ekspresi.

Sepeninggal Notarzd, lelaki yang merupakan Ayah dari Daxton dan Darcio itu hanya diam memandangi selembar surat di meja kerjanya.

Ada apa sebenarnya? Kenapa Ayah mertua mengirim surat? Tidak biasanya ia begini. Batin Gozard bertanya-tanya dan tangannya mulai meng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   13. Traitor

    Siang ini di halaman belakang House Of Nesser, telah berkumpul para cucu Kaslo Nesser. "Vivianne, kalau nanti kau satu sekolah dengan Darcio, kau harus akur dengannya ya," ucap seorang remaja perempuan berusia 17 tahun, rambutnya cokelat gelap dikepang satu dengan pita yang mengikat di ujung kepangan, wajahnya putih bersih dengan alis tebal, bulu mata lentik, dan bibir tipis. Ia adalah Rose Nesser saudara kembar dari Ronaz Nesser."Aku selalu akur dengan Darcio, Kakak perempuan," balas Vivianne yang rambutnya tengah dikepang oleh Rose. Yah, anak perempuan berusia 4 tahun dengan wajah putih bersih alis tipis, mata bulat dan bibir agak tebal itu adalah Vivianne Nesser putri bungsu dari Evans Nesser dan Nancy Nesser.Rose tersenyum, "Bagus kalau begitu, kalian harus saling menjaga satu sama lain, kau setuju?" Vivianne dengan senyum lebar dan mata berbinar menganggukkan kepala, anak perempuan itu sedikit menolehkan kepalanya pada Rose yang memang be

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   14. Friendship

    Siang ini sepulang sekolah Daxton telah berjanji pada Darcel bahwa ia akan datang ke panti asuhan Evanest House bersama Darcio.Tapi siapa sangka siang ini di rumahnya ada Vivianne yang datang dengan senyum lebar bersama Dyvette Abeyr yang merupakan body guard perempuan sekaligus pengasuh Vivianne.Gozard dan Posie selalu senang tiap kali Vivianne datang kemari, mereka memang hanya membenci Evans saja. Selain itu hubungan mereka dengan Nancy, Vivianne atau pun Vezord baik-baik saja."Hai, Vivianne, kau mau bertemu dengan Darcio?" Gozard bertanya dengan senyum yang tampak di wajah tegasnya.Posie yang tengah mengepang rambut Vivianne tersenyum."Aku mau bertemu Darcio dan Kakak lelaki Daxton," ucap Vivianne membalas senyum Gozard.Lelaki itu menganggukkan kepala lalu berpamitan pada Posie dan Vivianne, ia hendak pergi ke tambang batu bara, memastikan semua berjalan lancar di sana.Di ruang baca itu tersisa Posie dan Vivia

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   15. The Guiners

    Seorang lelaki paruh baya tengah berdiri di pelataran rumah besarnya yang ia sebut House Of Nesser.Kini lelaki paruh baya itu menghela napas. "Sudah lama sekali sejak kepergianmu, aku telah mengubah beberapa bangunan di rumah impian kita ini, Leticia. Maafkan aku."Lelaki paruh baya itu bergumam seorang diri, yah seperti biasa karena tak ada yang bisa ia ajak bicara di rumah yang terlalu besar hanya untuk ditinggalinya seorang diri, walau memang ada beberapa pelayan dan body guard, tetapi mereka semua tinggal di bangunan terpisah, lebih tepatnya di pavilliun.Wilman Guiner adalah nama dari lelaki paruh baya barusan, lelaki paruh baya yang di hari tuanya kesepian, dan kerap kali mengalami sakit kepala apabila mengingat kembali sebuah kejadian di masa lalu yang selalu ingin ia lupakan.Wozard, Gozard, dan Ellesta. Semua hal tentang tiga nama itu telah memengaruhi Wilman dalam menjalani hari-harinya saat ini. Ia bahkan membayangkan jika kejadian mengerikan itu tak pernah terjadi di masa

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   16. This Is Pain

    Wozard sesungguhnya ingin marah, ingin berteriak sekeras-kerasnya di hadapan wajah adik lelakinya itu, tetapi ia sadar dengan melakukan itu semua tidak akan mengembalikan masa lalu, tidak akan menyatukan keretakan yang terjadi antara dirinya dan Gozard.Kemarahan hanya akan menghilangkan segala hal yang berada dalam genggaman, dan lagi pula Wozard bukan seseorang yang senang marah-marah, ia bukan seseorang yang marahnya meledak-ledak, ia adalah lelaki yang ketika marah hanya diam, menganggap seluruh hal yang ia benci tak pernah tampak di matanya, termasuk Gozard saat ini.Wozard tidak pernah ingin mengingat lagi kalau ia pernah memiliki Gozard sebagai adik laki-lakinya, ia tidak ingin mengingat kembali betapa ia menyayangi adik laki-lakinya itu, ia tidak ingin mengingatnya bahkan sampai mati nanti.Inilah yang mengerikannya dari seorang lelaki seperti Wozard, ia tidak akan marah dan melampiaskannya dengan pukulan, ia hanya diam, mengumpulkan seluruh rasa sakit yang jika suatu hari itu

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   17. Daxton My Son

    Malam telah tiba dan Gozard menyadari Nozer yang ia suruh untuk menjemput Daxton tak kunjung pulang."Kemana sebenarnya Nozer dan Daxton?" Dengan perasaan gelisah Gozard mencoba menghubungi nomor ponsel Nozer berulang kali, sayangnya nomor itu justru tak dapat dituju karena tidak aktif, sekiranya begitulah bunyi operator tiap kali Gozard mencoba menghubungi Nozer.Posie juga tampak gelisah, perempuan berambut cokelat gelap yang malam ini dibiarkan tergerai itu berulang kali menatap jendela, berharap Nozer segera kembali dan membawa putra sulungnya-Daxton Guiner."Kau sudah menghubungi Ayah?" Gozard bertanya membuat Posie menganggukkan kepala dengan rasa khawatir juga gelisah yang tak kunjung reda.Kemana? Kemana Daxton pergi? Batinnya sembari berharap putra sulungnya baik-baik saja.Tak seberapa lama Kaslo dan Wilman datang bersamaan ke Guiner Mansion, dua lelaki paruh baya itu langsung bergegas begitu mendapat kabar Daxton belum juga pul

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   18. Sick

    Wozard malam ini hendak bersiap menuju ke Guiner Hospital, ia akan menjenguk Daxton.Meski membenci Gozard, lelaki yang merupakan putra sulung dari Wilman Guiner itu tetap memutuskan datang ke Guiner Hospital karena ia memang tak pernah membenci Daxton atau pun Darcio, dan seberusaha mungkin ia akan mengabaikan Gozard, yah untuk mencegah rasa sakitnya terhadap masa lalu kembali timbul ke permukaan.Ketika berjalan melewati ruang tamu, Wozard melihat putri bungsunya dan putra ketiganya tengah memunguti sesuatu di lantai."Ada apa?" Wozard bertanya sembari mulai ikut berjongkok, membantu dua anaknya itu untuk memunguti barang-barang yang terjatuh dari tas yang sepertinya milik Zanel. Yah, Zanel aka Zanella Guiner adalah putri bungsu dari Wozard dan Gaby.Putranya tersenyum tipis sembari menggaruk kepala. "Tadi aku tak sengaja menubruk Zanel, dan membuatnya menjatuhkan tasnya, Ayah."Wozard menganggukkan kepala pada anak lelakinya itu-Jonas Guiner.Mulanya Wozard biasa saja dan membantu

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   19. Halo, Presiden Daxton Guiner

    Sepeninggal Wozard dari Guiner Mansion, Gozard berdiri termangu di balkon kamarnya, rambut cokelat gelapnya yang acak-acakkan bergoyang tertiup angin malam."Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Posie yang baru datang ke kamar langsung bertanya, perempuan itu berdiri di sebelah sang suami.Gozard masih termangu, tatapannya hampa ke arah halaman depan Guiner Mansion yang bercahaya berkat lampu-lampu taman.Posie menghela napas lalu tanpa mengatakan apa-apa, perempuan dengan rambut panjang tergerai itu segera memeluk Gozard dari samping yang berhasil membuat sang suami menghentikan lamunannya.Gozard menolehkan kepalanya ke samping, matanya yang tajam dengan cekungan dalam menatap ke arah Posie, seketika bibir lelaki itu melengkung tipis ke atas."Kau mau bercerita padaku?" Posie seolah tahu apa yang membuat sang suami termangu segera menawarkan diri menjadi pendengar cerita."Aku tidak apa-apa, Posie," balas lelaki yang merupakan putra bungsu Wilman Guiner itu sembari melepaskan pelukka

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   20. Kami Menyayangi Ibu dan Ayah

    Ketika waktu makan siang tiba, Posie datang ke kamar Daxton hendak mengajak putra sulungnya untuk makan siang di ruang keluarga."Daxton!" Suara Posie menyapa putra sulungnya yang rupanya tengah membaca buku di sofa.Daxton menghentikan fokusnya pada buku, anak lelaki berusia 8 tahun itu mendongakkan kepala, menatap ke arah sang Ibu."Sedang membaca buku apa, Daxton?" Posie bertanya sembari mulai duduk di sebelah putra sulungnya."Apa dulu Ibu tidak ingin melahirkanku?" Mendengar pertanyaan dari Daxton, seketika Posie terdiam, perempuan dengan hidung lancip dan mata tajam itu menghela napas lalu tangan kanannya terulur untuk mengusap wajah Daxton."Pasti Ayahmu yang mengatakannya kan?" Posie tentu sudah yakin kalau Gozard telah mengatakan sesuatu pada Daxton, dan membuat anak lelaki itu jadi menanyakan hal demikian pada Posie."Apa Ibu akan memarahiku?" Daxton bertanya dengan mata polos menatap sang Ibu.Posie kini menyadari ia telah menjadi Ibu yang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   30. Ia Itu Sepertimu

    Satu minggu telah berlalu.Daxton duduk termenung di danau belakang Guiner Mansion. Wajah anak lelaki itu begitu murung."Tuan Muda!" Sampai Nozer datang menyapanya dengan senyuman hangat."Nozer!" Daxton segera menggeser tubuhnya, seolah mempersilakan Nozer untuk bergabung, duduk di batang pohon tumbang yang telah lama mati itu."Selamat siang, kenapa Tuan Muda di sini seorang diri?" Nozer bertanya dengan hangat. Lelaki itu tak duduk di sebelah Daxton, melainkan berlutut di hadapan sang majikan muda.Kemurungan kembali datang di wajah Daxton, dan Nozer segera mengerti apa yang menjadi penyebab kemurungan itu."Tuan pasti memiliki alasan mengapa melarang Tuan Muda untuk mengikuti karya wisata ke museum," ucap Nozer seraya bangkit dan menepuk bahu Daxton.Alasannya karena ia tak ingin fokusmu terpecah, ia ingin dalam kepalamu hanya ada tentang politik. Malang sekali dirimu, Tuan Muda. Dalam hati Nozer mengasihani Daxton. Tetapi segera lelaki itu menyadari, bahwa Daxton tak perlu dikasi

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   29. Kukis Cokelat

    Setelah mendengar cerita Wozard mengenai sang Ayah, Daxton diam-diam melengkungkan bibirnya ke atas sembari menatap kukis cokelat di tangannya, makanan kegemarannya yang rupanya juga jadi kegemaran sang Ayah.Kali ini anak lelaki berusia 8 tahun itu mendongak menatap langit yang siang ini membiru cerah lalu beralih menatap Wozard."Jadi Ayahku juga suka kukis cokelat ya, Paman?"Wozard menganggukkan kepala dengan bibirnya yang melengkung ke atas, menciptakan senyum hangat nan tulus di wajahnya.Ayah suka kukis cokelat, aku baru tahu, batin Daxton sembari menatap kukis cokelat di tangannya yang tinggal separuh."Dulu aku selalu membelikan banyak kukis cokelat untuknya, tapi ...," ucapan Wozard terhenti, ia mendongak menatap langit, "Aku tidak tahu akankah ia masih menyukainya hingga saat ini atau tidak."Daxton menunduk dalam, anak lelaki berusia 8 tahun itu menatap lama kukis cokelat di tangannya.Benar, aku tidak pernah lihat Ayah makan kukis cokelat, apa Ayah sudah tidak suka lagi y

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   28. Hadiah Untukmu

    "Ti-tidak bisa, sebaiknya kau ba-bantu aku u-untuk ke rumah Dok ...."Iris langsung berjongkok kembali begitu Jonas pingsan, perempuan itu menatap sekeliling dan tak menemukan apa pun yang bisa ia gunakan untuk membungkus luka Jonas. Pada akhirnya Iris memilih melepas jaket abu-abunya lalu merobek kemeja bagian bawah kiri dengan pisau yang ada dalam tas slempangnya.Dengan terburu-buru Iris segera mengikatkan robekkan kain barusan ke luka di perut Jonas, setelahnya remaja perempuan itu mengenakan kembali jaket abu-abunya."Bertahanlah, Kak!" ucapnya sembari memapah Jonas dengan susah payah, perlahan perempuan itu keluar dari gubuk berdebu di kawasan gang kumuh Kota Evanesant.Iris tadinya hendak menghubungi seseorang, tetapi sepertinya lebih baik membawa Jonas ke rumah sakit lebih dulu baru setelahnya menghubungi seseorang itu."Harusnya kau tidak melawan mereka seorang diri, Kakak lelaki," gumam Iris sembari terus berusaha memapah Jonas dengan benar.Setelah keluar dari gang kumuh it

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   27. Alasan Tidak Peduli Pada Keluarga?

    Wozard menghela napas, ditatapnya lama Gozard lalu lelaki yang merupakan Kakak kandung Gozard itu menepuk bahu sang adik lelaki."Berhenti memaksakan sesuatu pada orang lain ketika kau bahkan di masa lalu juga tidak menyukai hal itu," ucap Wozard lirih lalu membalikkan badan hendak pergi dari Guiner Mansion."Tunggu!" seru Gozard menghentikan langkah sang Kakak lelaki.Wozard berhenti, meski begitu ia tak menolehkan kepala."Kenapa kau begitu peduli pada Daxton?"Wozard seketika membalikkan badan, wajah tanpa ekspresinya kini kembali terpampang di depan Gozard."Apa ada alasan untuk tidak peduli pada keluarga?" Wozard justru mengajukan pertanyaan balik, membuat Gozard pada akhirnya merasa jengah dan sedikit kesal."Baiklah, kau bisa pergi bersama Daxton, Kakak lelaki!""Terima kasih!" Meski kesal bahkan kecewa pada Gozard, sampai kapan pun Wozard benar-benar tak bisa membenci atau bahkan berdoa agar adik laki-lakinya ini mati, ia tidak bisa melakukannya meski sangat ingin."Sama-sama!"

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   26. Ayah Tidak Marah?

    Gozard hanya diam menatap putra sulungnya itu, tetapi berikutnya ia kembali menatap ke arah depan, tak lagi memfokuskan diri pada putra sulungnya, Daxton.Apa Ayah tidak marah? Batin anak lelaki berusia 8 tahun itu usai membuka mata, dan menyadari Gozard tak memarahi atau pun memukulnya.Daxton bahkan sampai menatap Ayahnya itu cukup lama, sampai Gozard berucap membuat ia jadi menundukkan kepalanya lagi."Jangan kira kau tidak akan mendapat hukuman, Daxton! Kau sudah melanggar aturan yang kubuat!"SUV hitam yang dikendarai oleh Nozer melaju semakin kencang membelah jalanan Kota Evanesant usai Gozard memintanya agar menambah kecepatan.***Begitu tiba di rumah, Gozard terkejut melihat siapa yang berdiri dengan wajah tenang di pelataran Guiner Mansion.Daxton yang melihat seseorang itu langsung berlari mendekat. "Paman Wozard!" Anak kecil itu lalu menyapa dengan sopan, tubuhnya membungkuk, yah sesuai dengan apa yang selalu diajarkan oleh Gozard dan Posie.Benar, seseorang itu adalah Woz

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   25. Ksatria

    Daxton asik bermain bersama Darcel di taman belakang panti asuhan, tanpa pernah menyadari sang Ayah telah tiba di sana, sayangnya saat itu Vanderz telah pergi dari Evanest House untuk membeli beberapa buku baru."Kau lempar yang jauh lagi, Daxton!" seru Darcel sembari melempar batu ke arah danau.Daxton menganggukkan kepala lalu tangan kanannya sudah terkepal berisikan batu yang akan ia lempar ke danau, tiba-tiba saja sebuah suara menghentikannya."Daxton Guiner!"Tanpa perlu menoleh anak lelaki berusia 8 tahun itu sudah tahu suara milik siapa yang barusan menyebut namanya dengan lengkap.Perlahan Daxton dan Darcel menolehkan kepala mereka.Dan, mereka menemukan Gozard berdiri bersama Nozer agak jauh di belakangnya."A-ayah!"Gozard langsung mendekat lalu menatap Darcel dengan senyuman, dan beralih menatap Daxton dengan ekpresi wajah serius. Lelaki paruh baya itu bahkan berjongkok agar tingginya sejajar dengan sang putra."Kau tidak izin pada Ayahmu untuk pergi ke sini Daxton? Ada apa

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   24. Tidak Pulang

    Tadinya Daxton ingin segera pulang ke rumah, tetapi kemudian ia berpikir bahwa lebih baik pergi ke panti asuhan, lagi pula ia tidak mau pulang lantaran Ayah dan Ibunya pasti akan menyuruhnya belajar terus-terusan."Daxton, kau tidak pulang?" Darcel bertanya lantaran Daxton malah berdiri diam di depan panti asuhan bersamanya.Daxton dengan cepat menggelengkan kepala, membuat Darcel menatapnya bingung."Aku akan ikut ke panti asuhan," timpal Daxton membuat Darcel tersenyum lebar lalu segera menarik tangan Daxton untuk masuk ke panti asuhan.Mereka beriringan masuk ke panti asuhan, dan ketika itu kebetulan Vanderz sang pemilik panti juga berada di sana."Selamat siang, wah kau datang bersama Daxton ya?" Darcel dengan senyum lebar menganggukkan kepala, membuat Vanderz tersenyum sembari geleng kepala, lantas lelaki paruh baya itu segera menatap ke arah Daxton."Kau sudah izin pada Ayahmu untuk kemari, Daxton?"Tadinya Darcel hendak menjawab, tetapi ia pada akhirnya memilih diam, membiarka

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   23. Untuk Menjadi Temanku

    Ketika waktu pulang sekolah telah tiba, Daxton langsung menarik lengan Darcel agar ikut bersamanya, dua anak lelaki itu berlari bersama melewati lorong sekolah."Daxton! Kita mau pergi kemana?" Darcel yang bingung memutuskan bertanya, meski begitu ia tetap berlari mengikuti Daxton yang sejak tadi menarik lengannya.Daxton tak menjawab, memilih tetap fokus ke depan.Akhirnya mereka berhenti di depan ruangan seorang guru bernama Enoz Granson yang mana merupakan guru yang mengatur murid-murid penerima beasiswa di Evanest School."Eh? Kita ke sini? Untuk apa, Daxton?" Darcel bertanya ketika Daxton akhirnya sudah tak lagi menarik lengannya.Daxton sedikit melengkungkan bibirnya ke atas, "Aku akan membantumu," jelasnya membuat Darcel semakin bingung, alisnya jadi terangkat sebelah."Aku akan masuk, kau tunggu saja di sini," ucap Daxton lagi lalu mengetuk pintu, berikutnya ia segera masuk setelah mendengar sahutan dari dalam ruangan.Darcel hanya mengangguk meski ia sendiri tak paham apa mak

  • Pembalasan Dendam Si Sulung   22. Aku Juga Akan Melakukan Hal yang Sama

    Hari berikutnya Daxton berangkat ke sekolah menaiki bus sekolah, lantaran kedua orang tuanya ingin ia mandiri dan tak lagi bergantung pada siapa pun termasuk Nozer, sopir pribadi Keluarga Guiner.Di dalam bus sekolah, anak lelaki berusia 8 tahun itu termenung, tatapannya ke arah jendela bus yang menampilkan deretan pepohonan di sepanjang jalan menuju Evanest School."Daxton!" Seseorang menyapa, tak membuat Daxton sama sekali terganggu."Daxton!" Kembali seseorang itu memanggil Daxton yang tak digubris sama sekali olehnya."Daxton Guiner!"Seketika Daxton mengerjap, tatapannya yang polos itu mengarah pada seseorang yang tak Daxton ketahui sejak kapan berada di sebelahnya."Ini!" ucap seseorang yang rupanya adalah anak lelaki itu, ia Eisen Millian. Daxton mengerutkan dahinya, menatap selembar kertas yang diulurkan Eisen padanya."Pak Alvos memberi ini pada semuanya," jelas Eisen dengan wajah tanpa ekspresi, membuat Daxton menganggukkan kepala lalu menerima kertas barusan."Terima kasih

DMCA.com Protection Status