author-banner
Maulana Hani
Maulana Hani
Author

Novels by Maulana Hani

Thirty Days

Thirty Days

Nohan benci sekolah, apalagi saat bel istirahat berbunyi. Seolah saat itu dunianya pindah seketika ke neraka. Mereka akan datang, dan melakukan perundungan terhadapnya. Nohan bahkan mulai membenci semua orang, kala ia melapor pada guru, dan ibunya yang sama sekali tak percaya bahwa ia mengalami perundungan, bahkan ibu Nohan mengatakan kalau Nohan hanya berhalusinasi. Sampai suatu hari, sosok dengan jubah hitam datang di tengah derasnya hujan malam. Ia membawa Nohan pergi dari rumahnya, sosok itu juga percaya akan apa yang diceritakan Nohan padanya. *** "Kau harus bisa melenyapkan mereka semua dalam waktu tiga puluh hari, atau jika tidak kau akan kehilangan dirimu sendiri!"
Read
Chapter: Epilog
Nohan sengaja tidak pulang setelah berhasil melenyapkan sosok-sosok alter ego dalam dirinya. Nohan masih duduk di depan ruko, ia memandangi langit yang kembali bersinar. Sialnya Nohan bahkan belum benar-benar merasa hidup normal, ia tahu ia masih harus melenyapkan dua orang itu. Orang yang telah menyebabkan ayahnya pergi, ayahnya pergi bersama luka yang belum sempat disembuhkan. Nohan akan membuat mereka menyadari, bahwa menyakiti harus dibalas dengan menyakiti. Bahwa rasa sakit yang diterima ayahnya, juga harus dirasakan oleh mereka. Ya harus begitu. Nohan memilih bangkit dari posisi duduknya, segera ia memasukkan buku milik ayahnya ke dalam tas, berikutnya ia menggendong tasnya, dan berjalan keluar dari gang kumuh nan mengerikan itu. Nohan berlari agar ia bisa cepat sampai di rumah, ia akan berganti pakaian dan setelahnya ia harus menemui Mr. Pram. Ya apapun itu, ia harus menemui ayah sambungnya, yang siang ini pasti tengah berada di salah satu ruangan di gedung pemerintahan. Noh
Last Updated: 2022-10-28
Chapter: Ten Day
Nohan membaca tulisan ayahnya, tentang betapa terlukanya lelaki paruh baya itu. "Kukira aku sudah berusaha menjadi lelaki yang baik, lelaki yang pengertian! Tapi ternyata aku tetaplah lelaki pecundang di matamu, kau memilih dia. Memilih pergi dengannya, sungguh hatiku terasa diiris-iris sembilu, kala melihatmu memeluk lengannya, mengatakan bahwa kau memilihnya. Mencintainya." Nohan berhenti membaca, dan sadar bahwa mungkin Nohan harus melenyapkan semua orang, yang telah jadi penyebab luka ayahnya. Ya Nohan harus melakukannya. "Aku tidak bisa berharap apa-apa lagi jika begitu, maka aku harus melenyapkan perasaanku padanya. Aku cukup berhasil, hatiku sudah tak terlalu sakit tiap melihatnya memeluk lengannya, atau tersenyum bersamanya. Tapi hatiku terasa sakit luar biasa, bahkan ini jauh lebih sakit dari pada saat aku melihatnya bersama lelaki itu. Dia mencegahku menemui Nohan, dia bahkan melarangku hanya untuk sekadar menyapanya lewat telepon, dia menjauhkanku darinya. Padahal Nohan a
Last Updated: 2022-10-23
Chapter: Nine Day
Hari berikutnya Nohan sudah bersiap ke sekolah, tetapi ia berhenti begitu saja kala suara Amand terdengar memanggilnya. "Nohan!""Kenapa?" tanya Nohan menatap Amand, yang kali ini memakai seragam persis miliknya. "Kau tidak mau berangkat bersama?" ajaknya dengan wajah sok baik. Nohan mendecih dalam hati, menjjikan sekali orang-orang macam ini. "Kenapa? Kenapa aku harus berangkat bersamamu? Apa kau pikir aku tidak tahu jalan ke sekolah? Atau kau yang tidak tahu?" cerca Nohan menatap kesal Amand. Amand terkekeh masam, "Kau ini sangat tidak tahu diri ya? Kau bersekolah di sana menggunakan uang ayahku, kalau kau lupa, Nohan! Dasar Ansos tidak tahu diri!" ejek Amand dengan mata tajam menatap Nohan. "Jangan banyak omong! Kalau kau mau ke sekolah, silahkan pergi saja sendiri! Jangan mengajakku, aku sudah hapal jalannya. Dan tidak akan terlambat meski tidak semobil denganmu!" tegas Nohan dan menubruk bahu Amand, yang mengahalangi jalan keluarnya. Amand tersenyum menyeringai, "Rupanya
Last Updated: 2022-10-20
Chapter: Akhirnya Kau Lenyap
Entah siapa yang mengetuk pintu, tetapi setelah sesosok lelaki paruhbaya yang amat Nohan kenali masuk. Saat itu juga Nohan menyadari ada hal yang tak beres, dan benar saja sosok yang amat ia benci muncul dari pintu. Sosok itu tersenyum amat lebar, seolah menyapa Nohan dengan keramah-tamahannya. Nohan mendecih dalam hati, entah apa yang dilakukan manusia ini di sekolahannya.Amand dan sopirnya. Ya saudara tirinya itu entah mau apa datang kemari, atau jangan-jangan ia mau pindah ke sekolah ini? Hahah ... Nohan tertawa dalam hati. Memang sungguh sial hidupnya, sial dan makin sial saja saat ia tak bisa bertindak kala Amand mengejeknya, melalui ekspresi wajah. Mr. Adam menatap Nohan, ia tahu Amand mana yang tadi dikatakan Nohan. Tentu saja hanya ada satu Amand, yaitu Amand si putra kandung Mr. Pram, orang penting di pemerintahan kota ini. "Baiklah, Nohan! Kau sudah selesai, jadi kau bisa pergi! Dan hati-hatilah, Nak!" kata Mr. Adam yang menyadari ada aura permusuhan, di antara kedua re
Last Updated: 2022-10-19
Chapter: Eight Day
Pagi ini Nohan sengaja berangkat lebih awal ke sekolah, ia tidak mau berlama-lama di rumah. Apalagi setelah kejadian kemarin, saat ibunya menamparnya hanya demi Amand. Sosok yang membuat Nohan dianggap anti sosial, bahkan psikopat. Yang akhirnya membuatnya dijauhi teman-teman. Ternyata Amand pulang ke rumah, ia bilang ingin menemui Nohan. Ya kemarin monster mengerikan itu mengatakan hal itu, dasar si tukang manipulatif. Nohan membenci Amand, melebihi ia benci pada dirinya sendiri. Sungguh. Tetapi Nohan pindah sekolah saat kelas satu SMA semester pertama, ia sudah tak mau satu kelas ataupun satu sekolah dengan Amand. Dan akhirnya di sekolah baru pun Nohan tak bisa mendapat teman, lantaran hal-hal buruk tentangnya telah disebarkan oleh Amand melalui berita. Ya Amand sengaja mengundang para wartawan, kala hari di mana Nohan keluar dari ruang psikoterapi di salah satu rumah sakit jiwa di kota ini, bahkan saat keluar dari sana. Amand sengaja menggandeng tangan Nohan, lalu mengangkatnya d
Last Updated: 2022-10-19
Chapter: Seven Day
Hari berikutnya Nohan sudah pulang ke rumah, ia tak lagi tinggal di rumah Paman Khamdi. Ia sadar selalu merepotkannya, dan memilih kembali saja ke rumah. Pagi ini Nohan sudah bersiap untuk kembali ke sekolah, hal yang sejak lama telah ia benci. Nohan tidak suka sekolah, ia benci tempat itu, apalagi tiap ke sekolah hal mengerikan selalu terjadi padanya; Jay, Jio, Ray, dan Ren akan datang mengganggunya, membuat hidupnya terasa mengerikan, dan membuatnya ingin lekas pergi dari dunia. Nohan keluar dari kamarnya, ia melongok ke sekitar dan benar saja di meja makan, ada ibunya dan sosok lelaki yang ia benci. Nyatanya Nohan sudah sedikit pulih, ia mulai bisa sedikit membedakan mana yang nyata, mana yang berupa khayalannya. Saat ini di depannya ia melihat ibunya tersenyum tipis, pada lelaki paruhbaya yang bagi Nohan adalah penyebab ayahnya pergi. "Aku pergi! Selamat pagi!" kata Nohan dan benar saja ia segera melengang pergi keluar rumah. "Nohan!" panggil Ibu Nohan yang dikiranya takkan d
Last Updated: 2022-10-19
Pembalasan Dendam Si Sulung

Pembalasan Dendam Si Sulung

"Kau ini seorang Guiner, Daxton! Guiner tidak pernah menangis apalagi gagal sepertimu!" Rasa sakit, kekecewaan, dan luka telah menjadi segenggam dendam membara dalam diri Daxton.
Read
Chapter: 33. Janji
Hari libur telah berakhir. Waktunya bagi Daxton untuk kembali ke sekolah. Sejujurnya Daxton tak senang ke sekolah. Apalagi bertemu dengan Nafferic, dan teman-teman kelasnya.Pagi ini Daxton kembali naik bus sekolah. Seperti yang diucapkan oleh Gozard, bahwa ia harus mulai mandiri. Termasuk tidak diantar jemput lagi.Ban bus berderit, dan berhenti tepat di depan sekolah.Daxton segera keluar dari bus. Hari ini ia bersemangat ke sekolah. Dan berharap bisa segera pulang untuk ikut ke rumah sakit. Ibunya bilang Daxton akan bisa melihat calon adiknya nanti."Hai, Daxton! Selamat pagi!"Seulas senyum terbit di wajah Daxton begitu saja. Ia bahkan membalas lambaian tangan dari seseorang, yang menyapanya."Selamat pagi, Darcel!"Darcel tersenyum lebar, walau ia sedikit heran karena menyaksikan Daxton, yang pagi ini tampak ceria."Ayo masuk ke kelas!" Sekarang Daxton bahkan mengajak Darcel dengan riang.Sejujurnya Darcel ingin bertanya. Tetapi, ia terlalu senang untuk menyaksikan Daxton yang ri
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: 32. Kebanggaan
Jonas termangu menatap tangan kirinya yang dipasangi infusan."Apa yang sebenarnya terjadi, Jon?" tanya Wozard seraya menghela napas.Jonas mengerjap. Ia lalu meringis menatap ayahnya itu."Bisa kau jelaskan pada ayahmu ini?"Jonas menganggukkan kepala ragu.Ia lalu mulai menegakkan tubuhnya perlahan, dibantu oleh Wozard."Aku—" Jonas berhenti sejenak seraya mengamati wajah Wozard. Sejujurnya ia tak cukup berani untuk berhadapan dengan ayahnya, menjelaskan tentang semuanya.Padahal ia sendiri telah berjanji untuk tak terlibat masalah apapun. Tapi, ia telah gagal menepati janji itu. Ini tentu amat disayangkan."Bagaimana, Jon? Aku akan mendengarkanmu, tenang saja," ucap Wozard menyadari putranya tampak kesulitan untuk menjelaskan.Jonas menghela napas lalu mengganggukkan kepala. "Aku terlibat keributan lagi. Padahal aku sudah berjanji pada ayah untuk tak terlibat keributan apapun lagi," ucapnya dengan raut wajah bersalah."Aku mengerti, Jon. Kau mungkin punya alasan mengapa kau harus m
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: 31. Mungkin Benar
Hari libur. Seharusnya Daxton bisa menikmati hari libur dengan bermain. Seperti kebanyakan anak-anak sebayanya. Tapi, ia bukan bagian dari anak-anak itu.Sejak tadi Daxton hanya duduk diam di meja makan. Mendengarkan obrolan Gozard, dan Posie. Tak ada obrolan hangat semacamnya. Itu hanya obrolan politik, yang tak dipahami oleh Daxton sama sekali.Setelah berbincang cukup lama. Dan mengabaikan Daxton. Akhirnya Gozard dan Posie menatapnya."Kau harus ikut ayahmu hari ini, Daxton," ucap Posie dengan tenang. Raut wajahnya tanpa ekspresi.Gozard menghela napas. Ia menatap Posie sebentar, lalu kembali menatap Daxton. "Ayo pergi, Daxton!" ajak Gozard yang kini sudah bangkit dari kursinya.Daxton segera turun dari kursinya. Ia menatap Posie sebentar, lalu segera menyusul Gozard yang sudah berjalan menjauhi ruang makan.Begitu masuk ke mobil, dan duduk di bangku penumpang bersama Gozard. Daxton melirik ayahnya itu sebentar. Ia lalu kembali menundukkan kepala."Ada apa? Kau ingin bertanya sesua
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: 30. Ia Itu Sepertimu
Satu minggu telah berlalu.Daxton duduk termenung di danau belakang Guiner Mansion. Wajah anak lelaki itu begitu murung."Tuan Muda!" Sampai Nozer datang menyapanya dengan senyuman hangat."Nozer!" Daxton segera menggeser tubuhnya, seolah mempersilakan Nozer untuk bergabung, duduk di batang pohon tumbang yang telah lama mati itu."Selamat siang, kenapa Tuan Muda di sini seorang diri?" Nozer bertanya dengan hangat. Lelaki itu tak duduk di sebelah Daxton, melainkan berlutut di hadapan sang majikan muda.Kemurungan kembali datang di wajah Daxton, dan Nozer segera mengerti apa yang menjadi penyebab kemurungan itu."Tuan pasti memiliki alasan mengapa melarang Tuan Muda untuk mengikuti karya wisata ke museum," ucap Nozer seraya bangkit dan menepuk bahu Daxton.Alasannya karena ia tak ingin fokusmu terpecah, ia ingin dalam kepalamu hanya ada tentang politik. Malang sekali dirimu, Tuan Muda. Dalam hati Nozer mengasihani Daxton. Tetapi segera lelaki itu menyadari, bahwa Daxton tak perlu dikasi
Last Updated: 2024-10-30
Chapter: 29. Kukis Cokelat
Setelah mendengar cerita Wozard mengenai sang Ayah, Daxton diam-diam melengkungkan bibirnya ke atas sembari menatap kukis cokelat di tangannya, makanan kegemarannya yang rupanya juga jadi kegemaran sang Ayah.Kali ini anak lelaki berusia 8 tahun itu mendongak menatap langit yang siang ini membiru cerah lalu beralih menatap Wozard."Jadi Ayahku juga suka kukis cokelat ya, Paman?"Wozard menganggukkan kepala dengan bibirnya yang melengkung ke atas, menciptakan senyum hangat nan tulus di wajahnya.Ayah suka kukis cokelat, aku baru tahu, batin Daxton sembari menatap kukis cokelat di tangannya yang tinggal separuh."Dulu aku selalu membelikan banyak kukis cokelat untuknya, tapi ...," ucapan Wozard terhenti, ia mendongak menatap langit, "Aku tidak tahu akankah ia masih menyukainya hingga saat ini atau tidak."Daxton menunduk dalam, anak lelaki berusia 8 tahun itu menatap lama kukis cokelat di tangannya.Benar, aku tidak pernah lihat Ayah makan kukis cokelat, apa Ayah sudah tidak suka lagi y
Last Updated: 2024-01-09
Chapter: 28. Hadiah Untukmu
"Ti-tidak bisa, sebaiknya kau ba-bantu aku u-untuk ke rumah Dok ...."Iris langsung berjongkok kembali begitu Jonas pingsan, perempuan itu menatap sekeliling dan tak menemukan apa pun yang bisa ia gunakan untuk membungkus luka Jonas. Pada akhirnya Iris memilih melepas jaket abu-abunya lalu merobek kemeja bagian bawah kiri dengan pisau yang ada dalam tas slempangnya.Dengan terburu-buru Iris segera mengikatkan robekkan kain barusan ke luka di perut Jonas, setelahnya remaja perempuan itu mengenakan kembali jaket abu-abunya."Bertahanlah, Kak!" ucapnya sembari memapah Jonas dengan susah payah, perlahan perempuan itu keluar dari gubuk berdebu di kawasan gang kumuh Kota Evanesant.Iris tadinya hendak menghubungi seseorang, tetapi sepertinya lebih baik membawa Jonas ke rumah sakit lebih dulu baru setelahnya menghubungi seseorang itu."Harusnya kau tidak melawan mereka seorang diri, Kakak lelaki," gumam Iris sembari terus berusaha memapah Jonas dengan benar.Setelah keluar dari gang kumuh it
Last Updated: 2024-01-06
You may also like
MISTERI GADIS KEMBAR
MISTERI GADIS KEMBAR
Thriller · Ningty
12.9K views
DANGEROUS CEO
DANGEROUS CEO
Thriller · Castiellaa
12.0K views
WOLF (Indonesia)
WOLF (Indonesia)
Thriller · Rosianaq
11.8K views
Mimpi Terburuk
Mimpi Terburuk
Thriller · FR.Dalimunthe
11.7K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status