Abista yang juga sudah agak lelah pun mengeluh, “Syakia benar-benar merepotkan.”Ada begitu banyak waktu yang dapat dipilih Syakia untuk sadar, tetapi dia malah memilih untuk sadar di waktu-waktu seperti ini. Jika bukan karena sempat melihat Syakia yang terluka parah karena dipukul Kama, Abista bahkan curiga bahwa Syakia sudah sadar dari awal.Damar tahu apa yang dipikirkan putranya. Namun, dia hanya mencibir, “Syakia masih belum berani melawan aku. Seharusnya, ada orang lain yang sengaja melakukannya.”Abista bertanya dengan terkejut, “Maksud Ayah?”“Selain Adika, masih ada siapa lagi di istana?” Damar menunjukkan ekspresi dingin dan tajam saat melanjutkan, “Orang itu sangat kejam dan berani bertindak arogan mentang-mentang punya perlindungan Yang Mulia Kaisar.”Terutama saat Adika mengintimidasi seluruh anggota Keluarga Angkola di rumah ini sebelumnya. Adika tidak akan melepaskan kesempatan apa pun.“Kali ini, kita sudah berhasil dipermainkannya. Kalau bukan karena Syakia membesar-be
Setelah tahu Kama menerobos ke Kuil Bulani dan melukai Syakia, suasana hati Ayu sangat bagus dalam beberapa hari terakhir. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa Kaisar akan menjatuhkan hukuman pukulan sebanyak 80 kali kepada Kama, juga mengurung Kama di penjara sampai Keluarga Angkola berhasil mendapat pengampunan dari Syakia.Setelah mengetahui kabar ini, Ayu sontak merasa marah. “Atas dasar apa?”Apa Kaisar sudah gila? Kenapa dia rela menyinggung Adipati Pelindung Kerajaan demi seorang biksuni? Ayu merasa hal ini benar-benar tidak masuk akal. Atas dasar apa Syakia mendapat perlindungan Kaisar?Sekarang, Syakia sudah bukan lagi putri Adipati Pelindung Kerajaan, melainkan seorang biksuni biasa. Apa yang dimilikinya hingga bisa menarik perhatian seorang penguasa?Ayu sama sekali tidak mengerti keadaan di istana dan mengira hanya Kaisar seorang yang membela Syakia. Dia tidak tahu bahwa Syakia juga mendapat dukungan dari seseorang yang dapat memengaruhi setengah menteri kerajaan.Setelah
“Apa yang dilakukannya di sana?”Pada saat ini, Abista masih belum menyadari keseriusan masalahnya.Ayu berpura-pura merasa ragu sejenak, lalu berlagak seperti ingin membantu Syakia menutupi masalahnya. Dia menjawab dengan berlinang air mata, “Dia lagi ketemu sama ... seorang pria di sana.”“Brak!” Damar tiba-tiba menggebrak meja.Abista membelalak dengan tidak percaya. “Ayu, kamu tahu apa yang lagi kamu katakan?”Syakia bertemu dengan seorang pria? Mana mungkin! Syakia tidak mungkin memiliki nyali seperti itu!Ayu pun menangis sambil menjawab, “Aku tahu Ayah dan Kakak sulit untuk percaya. Aku juga nggak berharap ini adalah kenyataan. Tapi, aku memang melihatnya sendiri.”“Setelah ketahuan Kak Syakia, aku awalnya mau nasihati dia untuk nggak berbuat begitu. Tapi, dia malah menekanku ke sungai dan mengancamku untuk nggak boleh kasih tahu siapa pun. Kalau nggak ... dia akan menenggelamkan aku.”Seusai mendengar ucapan Ayu, Damar dan Abista tidak dapat berkata-kata untuk sesaat. Ekspresi
“Apa? Dia sudah pergi?”Damar dan Abista lagi-lagi tidak dapat bertemu dengan Syakia. Mereka mengira telah mengetahui jelas apa yang terjadi dan segera pergi ke istana untuk mencari Syakia. Tak disangka, Syakia telah kembali ke Kuil Bulani.Seorang kasim menjawab sambil tersenyum, “Benar, Putri Suci mengkhawatirkan upacara doa yang akan segera berlangsung. Begitu sadar, dia langsung minta pulang ke Kuil Bulani untuk mempersiapkan semuanya.”Damar terlihat agak marah. Dia awalnya ingin menanyakan semuanya dengan jelas. Namun, Syakia malah langsung kembali ke Kuil Bulani. Dia bahkan dilarang masuk ke sana, mana mungkin dia bisa bertemu Syakia? Damar merasa curiga apa ini semua rencana Adika? Namun, Damar tidak tahu bahwa ini bukanlah rencana Adika. Syakia sendiri yang menebak bahwa Damar pasti akan datang mencarinya secara pribadi. Jadi, begitu penglihatannya pulih, dia segera kembali ke Kuil Bulani bersama Shanti.Syakia melakukan hal ini juga bukan karena takut pada Damar, melainkan h
Begitu mendengar suara Tujuh, Syakia sontak terkejut. Tujuh berperawakan tinggi dan langsing. Ditambah dengan seluruh tubuhnya tertutup sehingga tidak menunjukkan ciri-ciri khas apa pun, Syakia sama sekali tidak dapat membedakan apakah dia itu pria atau wanita.Namun, begitu mendengar suara Tujuh, Syakia langsung tahu bahwa Tujuh adalah seorang wanita.“Pangeran, ada apa ini sebenarnya?”Syakia dulunya juga merupakan putri keluarga bangsawan. Dia tentu saja tahu bahwa beberapa keluarga bangsawan, termasuk keluarga kerajaan memiliki beberapa pengawal rahasia. Damar juga memiliki pengawal rahasia. Ketika masih kecil, Syakia pernah bertemu dengan orang seperti ini. Tujuh memberikan kesan yang sama seperti pengawal rahasia di sisi ayahnya.“Ini pengawal rahasia yang diberikan Yang Mulia Kaisar. Mereka itu pengawal rahasia khusus keluarga kerajaan. Tapi, kamu itu satu-satunya Putri Suci kerajaan, juga akan segera mendoakan kerjaan ini. Setelah aku berdiskusi dengan Yang Mulia Kaisar, Yang
“Ini hadiah untuk Pangeran, yang satunya lagi untuk Yang Mulia Kaisar. Pangeran tolong bantu aku berikan kepada Yang Mulia Kaisar, ya.”Adika menerima 2 kotak kayu itu, tetapi tidak langsung membukanya di depan Syakia. Dia hanya mengangguk dan menjawab, “Baik.”Setelah Adika pergi, Syakia lanjut menulis sutra. Namun, tidak lama setelahnya, ada lagi orang yang datang mencarinya. Orang itu adalah Shanti.“Sahana.” Melihat Syakia yang sedang menulis sutra dengan serius di dalam kamar, ekspresi Shanti yang biasanya sangat serius pun melembut sedikit.“Guru?” Syakia meletakkan kembali kuasnya.“Aku dengar, Pangeran Adika memberimu seorang pengawal rahasia?”“Iya. Aku sudah menerimanya. Namanya Hala. Apa Guru mau menemuinya?”Adika tentu saja sudah meminta persetujuan Shanti sebelum mengirim seseorang datang ke Kuil Bulani. Jadi, Syakia tidak merasa terkejut ketika Shanti menanyakan tentang hal ini.“Nggak usah. Yang penting kamu sudah bertemu dengannya.” Shanti melambaikan tangannya sambil
Perubahan mendadak ini membuat Syakia tercengang. Dia bertanya dengan kurang percaya, “Guru, ka ... kamu itu Raja Racun? Kamu juga yang disebut Raja Racun Tabib Hantu?”Shanti menjawab dengan alis sedikit terangkat, “Seorang biksuni nggak akan membual.”Di Dinasti Minggana, terdapat 2 tabib ajaib yang sangat terkenal. Menurut rumor, yang satu dapat membangkitkan orang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dia tidak lain adalah tabib suci bernama Deska. Orang yang satu lagi adalah Raja Racun Tabib Hantu yang menguasai ilmu pengobatan dan racun. Bahkan Syakia yang hidup terisolasi juga pernah mendengar tentang reputasi kedua tabib itu. Di antara kedua orang itu, yang paling misterius adalah Raja Racun Tabib Hantu. Menurut rumor, tidak ada orang yang mengetahui identitas aslinya sampai sekarang.Namun, Syakia sudah mengetahuinya sekarang. Siapa sangka Raja Racun Tabib Hantu yang begitu misterius sebenarnya adalah seorang kepala biksuni di sebuah kuil kecil yang terlihat biasa-bi
Orang-orang itu memiliki pemikiran yang sama. Pantas saja Kaisar memilih Syakia sebagai Putri Suci. Sebelumnya, mereka tidak menyadari hal ini. Setelah mengamati Syakia dengan saksama hari ini, mereka merasa Syakia benar-benar memiliki wajah yang memang terlahir untuk menjadi Putri Suci.Selama Syakia lanjut menjalankan tugasnya dengan baik dan mendoakan kerajaan ini, para rakyat bisa menerimanya menjadi Putri Suci. Sementara itu, Syakia masih belum tahu bahwa dirinya telah berhasil meyakinkan semua orang yang hadir dengan mengandalkan wajahnya sehingga posisinya sebagai Putri Suci sudah kokoh.“Paman, coba lihat. Putri Suci yang kupilih lumayan, ‘kan?”Kaisar tentu saja tidak melewatkan ekspresi takjub para menteri dan rakyat. Dia juga merasa makin puas pada Syakia. Bagaimanapun juga, dia hanya memberi Syakia sebuah kesempatan. Bisa atau tidak Syakia memanfaatkan kesempatan ini tergantung pada Syakia sendiri. Kenyataan sudah membuktikan bahwa Syakia tidak mengecewakannya.“Selera Yang
Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis
Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra
Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi
“Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d
“Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S
“Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh
Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s
Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i
Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m