Sayangnya, sebelum Adika sempat melakukan apa-apa, Shanti tiba-tiba berjalan masuk dari luar dengan membawa setumpuk buku sutra. Saat mendengar tangisan Syakia, dia buru-buru berjalan ke sisi tempat tidur.“Ada apa? Mana yang sakit?”Shanti buru-buru meletakkan buku sutra yang dibawanya, lalu mendorong Adika dan langsung memeluk Syakia. Dia menggunakan tangannya yang agak kasar untuk menyeka air mata dari pipi Syakia dan berkata, “Nggak apa-apa. Guru sudah memeriksamu. Luka di dahimu nggak akan meninggalkan bekas, luka di tubuh dan matamu juga akan pulih. Semuanya akan kembali seperti semula.”Setelah merasakan tangan yang menyentuhnya dengan hati-hati itu, Syakia secara refleks menempelkan wajahnya ke dada Shanti. Dia teringat bahwa ketika ibunya masih hidup, ibunya juga selalu memeluknya dan menghiburnya setiap kali dia menangis.Adika menyaksikan adegan ini untuk sesaat sebelum akhirnya berkata, “Master Shanti, Sahana takut menunda waktu upacara doa karena nggak bisa hafal semua doa
Abista yang juga sudah agak lelah pun mengeluh, “Syakia benar-benar merepotkan.”Ada begitu banyak waktu yang dapat dipilih Syakia untuk sadar, tetapi dia malah memilih untuk sadar di waktu-waktu seperti ini. Jika bukan karena sempat melihat Syakia yang terluka parah karena dipukul Kama, Abista bahkan curiga bahwa Syakia sudah sadar dari awal.Damar tahu apa yang dipikirkan putranya. Namun, dia hanya mencibir, “Syakia masih belum berani melawan aku. Seharusnya, ada orang lain yang sengaja melakukannya.”Abista bertanya dengan terkejut, “Maksud Ayah?”“Selain Adika, masih ada siapa lagi di istana?” Damar menunjukkan ekspresi dingin dan tajam saat melanjutkan, “Orang itu sangat kejam dan berani bertindak arogan mentang-mentang punya perlindungan Yang Mulia Kaisar.”Terutama saat Adika mengintimidasi seluruh anggota Keluarga Angkola di rumah ini sebelumnya. Adika tidak akan melepaskan kesempatan apa pun.“Kali ini, kita sudah berhasil dipermainkannya. Kalau bukan karena Syakia membesar-be
Setelah tahu Kama menerobos ke Kuil Bulani dan melukai Syakia, suasana hati Ayu sangat bagus dalam beberapa hari terakhir. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa Kaisar akan menjatuhkan hukuman pukulan sebanyak 80 kali kepada Kama, juga mengurung Kama di penjara sampai Keluarga Angkola berhasil mendapat pengampunan dari Syakia.Setelah mengetahui kabar ini, Ayu sontak merasa marah. “Atas dasar apa?”Apa Kaisar sudah gila? Kenapa dia rela menyinggung Adipati Pelindung Kerajaan demi seorang biksuni? Ayu merasa hal ini benar-benar tidak masuk akal. Atas dasar apa Syakia mendapat perlindungan Kaisar?Sekarang, Syakia sudah bukan lagi putri Adipati Pelindung Kerajaan, melainkan seorang biksuni biasa. Apa yang dimilikinya hingga bisa menarik perhatian seorang penguasa?Ayu sama sekali tidak mengerti keadaan di istana dan mengira hanya Kaisar seorang yang membela Syakia. Dia tidak tahu bahwa Syakia juga mendapat dukungan dari seseorang yang dapat memengaruhi setengah menteri kerajaan.Setelah
“Apa yang dilakukannya di sana?”Pada saat ini, Abista masih belum menyadari keseriusan masalahnya.Ayu berpura-pura merasa ragu sejenak, lalu berlagak seperti ingin membantu Syakia menutupi masalahnya. Dia menjawab dengan berlinang air mata, “Dia lagi ketemu sama ... seorang pria di sana.”“Brak!” Damar tiba-tiba menggebrak meja.Abista membelalak dengan tidak percaya. “Ayu, kamu tahu apa yang lagi kamu katakan?”Syakia bertemu dengan seorang pria? Mana mungkin! Syakia tidak mungkin memiliki nyali seperti itu!Ayu pun menangis sambil menjawab, “Aku tahu Ayah dan Kakak sulit untuk percaya. Aku juga nggak berharap ini adalah kenyataan. Tapi, aku memang melihatnya sendiri.”“Setelah ketahuan Kak Syakia, aku awalnya mau nasihati dia untuk nggak berbuat begitu. Tapi, dia malah menekanku ke sungai dan mengancamku untuk nggak boleh kasih tahu siapa pun. Kalau nggak ... dia akan menenggelamkan aku.”Seusai mendengar ucapan Ayu, Damar dan Abista tidak dapat berkata-kata untuk sesaat. Ekspresi
“Apa? Dia sudah pergi?”Damar dan Abista lagi-lagi tidak dapat bertemu dengan Syakia. Mereka mengira telah mengetahui jelas apa yang terjadi dan segera pergi ke istana untuk mencari Syakia. Tak disangka, Syakia telah kembali ke Kuil Bulani.Seorang kasim menjawab sambil tersenyum, “Benar, Putri Suci mengkhawatirkan upacara doa yang akan segera berlangsung. Begitu sadar, dia langsung minta pulang ke Kuil Bulani untuk mempersiapkan semuanya.”Damar terlihat agak marah. Dia awalnya ingin menanyakan semuanya dengan jelas. Namun, Syakia malah langsung kembali ke Kuil Bulani. Dia bahkan dilarang masuk ke sana, mana mungkin dia bisa bertemu Syakia? Damar merasa curiga apa ini semua rencana Adika? Namun, Damar tidak tahu bahwa ini bukanlah rencana Adika. Syakia sendiri yang menebak bahwa Damar pasti akan datang mencarinya secara pribadi. Jadi, begitu penglihatannya pulih, dia segera kembali ke Kuil Bulani bersama Shanti.Syakia melakukan hal ini juga bukan karena takut pada Damar, melainkan h
Begitu mendengar suara Tujuh, Syakia sontak terkejut. Tujuh berperawakan tinggi dan langsing. Ditambah dengan seluruh tubuhnya tertutup sehingga tidak menunjukkan ciri-ciri khas apa pun, Syakia sama sekali tidak dapat membedakan apakah dia itu pria atau wanita.Namun, begitu mendengar suara Tujuh, Syakia langsung tahu bahwa Tujuh adalah seorang wanita.“Pangeran, ada apa ini sebenarnya?”Syakia dulunya juga merupakan putri keluarga bangsawan. Dia tentu saja tahu bahwa beberapa keluarga bangsawan, termasuk keluarga kerajaan memiliki beberapa pengawal rahasia. Damar juga memiliki pengawal rahasia. Ketika masih kecil, Syakia pernah bertemu dengan orang seperti ini. Tujuh memberikan kesan yang sama seperti pengawal rahasia di sisi ayahnya.“Ini pengawal rahasia yang diberikan Yang Mulia Kaisar. Mereka itu pengawal rahasia khusus keluarga kerajaan. Tapi, kamu itu satu-satunya Putri Suci kerajaan, juga akan segera mendoakan kerjaan ini. Setelah aku berdiskusi dengan Yang Mulia Kaisar, Yang
“Ini hadiah untuk Pangeran, yang satunya lagi untuk Yang Mulia Kaisar. Pangeran tolong bantu aku berikan kepada Yang Mulia Kaisar, ya.”Adika menerima 2 kotak kayu itu, tetapi tidak langsung membukanya di depan Syakia. Dia hanya mengangguk dan menjawab, “Baik.”Setelah Adika pergi, Syakia lanjut menulis sutra. Namun, tidak lama setelahnya, ada lagi orang yang datang mencarinya. Orang itu adalah Shanti.“Sahana.” Melihat Syakia yang sedang menulis sutra dengan serius di dalam kamar, ekspresi Shanti yang biasanya sangat serius pun melembut sedikit.“Guru?” Syakia meletakkan kembali kuasnya.“Aku dengar, Pangeran Adika memberimu seorang pengawal rahasia?”“Iya. Aku sudah menerimanya. Namanya Hala. Apa Guru mau menemuinya?”Adika tentu saja sudah meminta persetujuan Shanti sebelum mengirim seseorang datang ke Kuil Bulani. Jadi, Syakia tidak merasa terkejut ketika Shanti menanyakan tentang hal ini.“Nggak usah. Yang penting kamu sudah bertemu dengannya.” Shanti melambaikan tangannya sambil
Perubahan mendadak ini membuat Syakia tercengang. Dia bertanya dengan kurang percaya, “Guru, ka ... kamu itu Raja Racun? Kamu juga yang disebut Raja Racun Tabib Hantu?”Shanti menjawab dengan alis sedikit terangkat, “Seorang biksuni nggak akan membual.”Di Dinasti Minggana, terdapat 2 tabib ajaib yang sangat terkenal. Menurut rumor, yang satu dapat membangkitkan orang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dia tidak lain adalah tabib suci bernama Deska. Orang yang satu lagi adalah Raja Racun Tabib Hantu yang menguasai ilmu pengobatan dan racun. Bahkan Syakia yang hidup terisolasi juga pernah mendengar tentang reputasi kedua tabib itu. Di antara kedua orang itu, yang paling misterius adalah Raja Racun Tabib Hantu. Menurut rumor, tidak ada orang yang mengetahui identitas aslinya sampai sekarang.Namun, Syakia sudah mengetahuinya sekarang. Siapa sangka Raja Racun Tabib Hantu yang begitu misterius sebenarnya adalah seorang kepala biksuni di sebuah kuil kecil yang terlihat biasa-bi
“Aku nggak peduli kalian itu bawahan siapa, juga nggak peduli untuk apa kalian datang kemari. Sejak kalian menginjakkan kaki ke Kuil Bulani malam ini, kalian sudah ditakdirkan untuk mati.”Adika menancapkan pedangnya di lantai depannya, lalu melirik para pengawal rahasia yang ditahan di atas lantai. Seluruh tubuh mereka telah digeledah. Bahkan racun yang tersimpan di gigi mereka juga dicabut satu per satu. Saat ini, mereka bagaikan ikan yang berada di atas talenan.Adika menatap mereka dengan dingin. Setelah menunggu sesaat, pengawal rahasia yang terakhir akhirnya dibawa keluar.“Bruk!”Hala yang tubuhnya terluka oleh satu sayatan pedang berjalan keluar dengan pelan sambil menyeret seseorang yang berlumuran darah. Kemudian, dia melempar orang itu di hadapan semua pengawal rahasia.Para pengawal rahasia Keluarga Angkola tentu saja mengenal orang itu. Dia adalah Sando, pengawal rahasia kepercayaan Damar. Sekarang, dia sudah sepenuhnya lumpuh.“Bagus, semua orangnya sudah berkumpul.”Adik
Saat ini, Adika sangat marah. Setelah mengawal Syakia pergi ke Kalika, dia baru tahu seberapa banyak bahaya yang ada di sisi gadis ini. Jadi, begitu mendengar Kaisar mengatakan ada orang yang ingin membunuh Syakia hari ini, dia langsung teringat pada orang-orang dari Kalika itu.Terutama orang bernama Kingston. Adika tahu bahwa orang itu pasti akan datang lagi. Oleh karena itu, dia baru begitu mengkhawatirkan keselamatan Syakia.“Aku nggak bohong!” Syakia buru-buru menjelaskan, “Aku cuma nggak mau repotin kamu ....”“Kamu rasa ini adalah kerepotan bagiku?”Kali ini, Adika merasa makin marah. Dia menunduk, lalu menatap Syakia lekat-lekat dengan matanya yang berapi-api. Wajahnya yang tampan itu menunjukkan ekspresi yang luar biasa serius.Adika menekankan kata-katanya. “Sahana, dengar baik-baik. Bagiku, urusanmu nggak pernah merepotkanku.”Hati Syakia seketika bergetar. Dia menatap Adika yang berjarak sangat dekat dengannya dengan terkejut. Pada momen ini, dia seperti sudah memahami sesu
“Pembunuh?” Kaisar bertanya dengan bingung, “Kenapa bisa ada pembunuh yang pergi ke Kuil Bulani untuk membunuhmu? Siapa yang mengutus mereka?”Syakia menunduk dan menjawab, “Aku nggak berani bilang.”“Nggak berani bilang?”Kaisar mengangkat alisnya. Dia sudah bisa menebak siapa orang yang mengutus para pembunuh itu dari jawaban Syakia. Di seluruh ibu kota, ada siapa saja yang tidak berani dituduh putri sucinya itu?Kaisar langsung tertawa. Setelah upacara permohonan hujan yang dilakukan di Kalika, baik itu kebetulan atau bukan, hujan deras telah turun di Kalika yang sudah mengalami kekeringan selama 3 bulan. Sekarang, Syakia telah menjadi Putri Suci Pembawa Berkah yang sebenarnya di hati rakyat jelata. Bukan hanya reputasi Syakia yang meningkat, bahkan Kaisar yang mengangkat Syakia menjadi putri suci juga dipuji oleh rakyat jelata. Hal ini telah mengokohkan posisi Kaisar yang masih muda ini sehingga tidak ada yang dapat melawannya. Oleh karena itu, kepercayaan para pejabat dan menter
Orang yang diutus Damar berjumlah sekitar 5 orang. Tak disangka, mereka masih tidak mampu mengalahkan satu orang. Namun, dia makin yakin bahwa Ayu memang diculik oleh Syakia. Bagaimanapun juga, pertahanan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tidak sederhana. Dengan tempat yang terlindung begitu ketat, penculik itu dapat masuk ke kamar Ayu dan membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun. Orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja tidak mungkin mampu melakukannya.“Utus lagi sekelompok orang untuk pergi ke Kuil Bulani. Pokoknya, Ayu harus ditemukan!” perintah Damar setelah terdiam sejenak.“Baik!”Pada malam kedua, ada lagi sekelompok pengawal rahasia yang datang ke Kuil Bulani. Kali ini, kelompok itu berjumlah 10 orang.Damar awalnya mengira misinya kali ini pasti berhasil. Tak disangka, 10 pengawal rahasia itu lagi-lagi gagal. Setelah mendapat kabar ini keesokan harinya, ekspresi Damar terlihat sangat menakutkan.“Bagaimana dia bisa melakukannya!”Meskipun pengawal rahasia Syakia
Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p
“Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran
Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l
“Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap
Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan