Share

Bab 261

Author: Emilia Sebastian
Ayu langsung merinding. Dia berkata dengan suara yang agak gemetar, “Kalau kamu membunuhku, bawahanku pasti akan menghabisimu meski harus mengejarmu sampai ke ujung dunia.”

Jika bukan karena sudah mengetahui faktanya dari Kingston, Syakia hampir percaya pada tipu daya Ayu.

“Benarkah? Kalau begitu, suruh saja mereka datang. Kamu tenang saja, aku nggak akan biarkan kamu mati dengan semudah itu. Sebelum membunuhmu, kamu masih harus memberiku sedikit bantuan.”

Awalnya, Ayu tidak mengerti maksud Syakia. Namun, dia akan segera mengetahuinya.

“Apa itu? Apa yang kamu taruh di badanku!”

Ayu tiba-tiba merasa panik. Tadi, dia merasakan sesuatu yang merayap di tubuhnya. Sampai sekarang, sensasi itu masih ada. Dia mulai bergerak-gerak dalam sangkar besi dengan niat untuk mengempaskan sesuatu yang merayapi badannya itu.

Namun, hanya Syakia yang dapat melihat laba-laba hitam yang sedang merayap di tubuh Ayu. Laba-laba itu sebesar kepalan tangan orang. Meskipun hanya seekor, laba-laba itu sudah terlih
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 262

    Syakia menatap Ayu yang hampir mati digigit oleh laba-laba tersebut dengan ekspresi datar.“Sudah cukup, kembalilah.”Laba-laba itu segera menarik kembali gigi beracunnya, lalu merayap turun dari tubuh Ayu dan kembali ke sisi Syakia dengan patuh.“Kembalilah ke sarangmu. Tugasmu sudah selesai.”Syakia mengulurkan tangannya untuk menyentuh laba-laba itu, lalu membiarkannya pergi. Laba-laba tersebut adalah pemberian Kingston. Selain laba-laba itu, masih ada beberapa jenis serangga beracun lainnya.Saat ini, semua serangga beracun itu menjadi seperti Pojun. Setelah diberi minum air spiritual, mereka semua mengakui Syakia sebagai majikan dan mencari tempat untuk membangun sarang masing-masing di dalam ruang giok ini.Syakia melihat wajah Ayu yang putih berubah menjadi pucat sebelum berubah menjadi keunguan. Ketika warna wajah Ayu hampir berubah menjadi warna hitam dan dia nyaris mati keracunan, Syakia baru mengeluarkan obat penawar, mencampurnya dengan air, lalu langsung memercikkannya ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 263

    Dilarang turun gunung? Jika tidak turun gunung, bagaimana Syakia bisa mencari jasad ibunya?Syakia menggigit bibirnya, lalu akhirnya menceritakan semuanya setelah dipaksa oleh Shanti. Ketika mendengar jasad Anggreni mungkin sudah dicuri orang, ekspresi Shanti langsung berubah. Dia menutupi dadanya dengan tangan dan langsung jatuh ke belakang.“Guru!”Syakia buru-buru mengulurkan tangan untuk menopang Shanti. Dia tidak menyangka Shanti akan bereaksi sekuat ini. Dia buru-buru mengeluarkan sebutir pil dan menaruhnya dalam mulut Shanti.“Guru, tenang dulu. Tenang!”“Aku nggak bisa tenang! Mana bisa aku tenang!”Shanti langsung meneteskan air mata, lalu berkata dengan ekspresi marah dan menderita, “Kenapa mereka berani berbuat begitu terhadap Anggreni-ku!”Begitu memikirkan jasad Anggreni mungkin telah dicuri orang dan tidak diketahui lokasinya saat ini, Shanti merasa sangat sedih. Dia mengepalkan tangannya, lalu menumbuk dadanya sendiri dengan kuat sambil berseru marah, “Orang-orang itu pa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 264

    Abista pun tercengang. Dulu, mereka sekeluarga pernah bertemu dengan Shanti. Meskipun Shanti tidak memperlakukan mereka dengan baik, setidaknya Shanti selalu bersikap tenang. Hari ini, dia benar-benar mirip dengan ibu-ibu pemarah di pasar.Abista pun merasa agak kesal, lalu menjawab dengan canggung, “Master Shanti, kesehatan ayahku lagi kurang baik belakangan ini. Dia lagi pulihkan diri ....”“Pulihkan diri? CIh! Dia berbuat terlalu banyak hal berdosa dan lagi terima karmanya sekarang?”“Master Shanti!” Abista sudah tidak tahan mendengar makian Shanti dan berseru, “Tolong hormati ayahku! Ini Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, bukan Kuil Bulani!”“Jangankan cuma Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, meski ini istana sekali pun, kamu harus panggil ayahmu keluar untuk menemuiku hari ini!” Shanti memelototi Abista dan berseru, “Kamu mau panggil atau nggak? Kalau nggak, aku akan masuk dan mencarinya sendiri! Kebetulan, aku sangat familier sama kediaman kalian ini!”Abista yang merasa ketak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 265

    “Aku nggak mungkin percaya hanya dengan mendengar ucapanmu!” jawab Damar dengan ekspresi muram.Syakia yang berdiri di samping langsung tertawa mengejek dan menyindir, “Meski Adipati nggak percaya sama ucapan guruku, Adipati juga sepertinya nggak membantah bahwa Ayu itu putri harammu. Menarik sekali.”Ucapan itu langsung menyadarkan semua orang.Damar tertegun, sedangkan Abista menatap ayahnya dengan perasaan campur aduk. Meskipun sudah mengetahui jawabannya dari kebungkaman ayahnya sebelumnya, dia masih tetap merasa sangat sedih setelah memastikannya lagi sekarang. Dia tidak menyangka Damar benar-benar mengkhianati ibu mereka. Perlu diketahui bahwa citra Damar di hati anak-anak dulu adalah seorang suami yang sangat mencintai istri. Bagaimanapun juga, Damar tidak pernah memiliki seorang selir pun. Jadi, rasa hormat mereka terhadap Damar tentu saja makin mendalam lagi.Tak disangka, citra Damar yang penuh kasih sayang itu telah hancur hari ini. Selain mengkhianati ibu mereka, Damar bah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 266

    Pada akhirnya, Syakia dan Shanti tentu saja tetap dikawal keluar dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Sebelum pergi, Syakia menoleh dan melirik Abista, lalu meninggalkan sepatah kata ....“Kak Abista, Ibu sangat menyayangi kita. Jadi, jangan buat dia kecewa.”Abista pun terpaku di tempat. Dia menatap Syakia berjalan pergi dengan ekspresi melongo, lalu tersenyum getir. Sejak meninggalkan Keluarga Angkola, sudah lama Syakia tidak memanggilnya kakak.‘Benar juga, aku ini kakak sulung mereka, juga anak pertama Ibu. Ibu begitu menyayangi kami. Kalau melihat kelima anaknya berubah menjadi seperti sekarang, Ibu pasti akan sangat sedih, ‘kan?’“Nggak usah pedulikan ucapan wanita gila itu. Sekarang, Ayu masih belum pulang. Kebetulan, Syakia sudah turun gunung. Ikutilah dia dan lihat dia mau ke mana lagi. Mungkin saja kita bisa temukan lokasi Ayu,” ujar Damar sambil menepuk-nepuk bahu Abista.“Gimana dengan urusan Ibu? Ayah, kamu nggak mau periksa?”Abista mendongak dan menatap lurus mata D

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 267

    “Ibu .... Aku datang terlambat. Maaf, aku bukan anak yang berbakti!”Melihat jejak yang sengaja ditutupi itu, Abista menangis dengan marah. Bahkan sebagian besar bunga anggrek yang ditanamnya bersama keempat saudaranya juga digali. Begitu melihatnya, dia yakin bahwa ada orang yang pernah menggali makam ini.Terakhir kali mereka sekeluarga datang ke tempat ini adalah pada hari peringatan kematian Anggreni, yang mana jelas-jelas belum lewat 4 bulan. Setelah melihat jejak-jejak ini, sangat jelas bahwa penggaliannya baru dilakukan akhir-akhir ini. Dengan kata lain, jasad ibu mereka dicuri dalam 4 bulan ini atau bahkan baru dalam sebulan terakhir. Jika ini benar-benar adalah perbuatan Ayu, apa alasannya berbuat begitu?Abista tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menoleh ke arah Damar yang berdiri dengan ekspresi terkejut tidak jauh dari sana. Dia bertanya sambil menangis dan tertawa, “Ayah, apa Ayu melakukan hal ini karena aku mencambuknya waktu itu? Dia mau balas dendam padaku, makanya dia be

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 268

    Setelah kembali ke ruang giok, Syakia langsung menyeret Ayu keluar dari sangkar besi.“Aah! Orang gila! Wanita jalang! Apa maumu!”Ayu sedang beristirahat dan awalnya ingin mencari kesempatan untuk melarikan diri setelah tenaganya pulih sedikit. Tak disangka, Syakia malah kembali secepat ini. Selain itu, Syakia juga bagaikan singa yang sedang mengamuk."Aku mau habisi kamu!" Syakia langsung menampar Ayu. “Kuberi kamu satu kesempatan terakhir, di mana jasad ibuku!”Ayu terbatuk sambil meronta untuk sesaat. “Ja ... jangan mimpi!”Kemudian, Ayu tersenyum bengis dan melanjutkan, “Meski kamu membunuhku sekarang, aku juga nggak akan kasih tahu kamu!”Memanfaatkan jasad ibunya Syakia adalah cara terakhir Ayu untuk melarikan diri. Jadi, dia tidak akan memberi tahu Syakia di mana jasad itu dengan mudah. Selain itu, dia juga akan membuat Syakia berlutut dan memohon padanya!“Oke. Kalau begitu, kita lanjutkan saja apa yang kita lakukan semalam.”Syakia menyeret Ayu ke lantai kedua, lalu mengikatn

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 269

    “Uhuk, uhuk .... Sebelum sempat melakukan apa-apa, aku sudah diculik. Jadi, jasadnya masih di tempat Ular Sembilan.”Dengan kata lain, Ayu menyuruh Ular Sembilan pergi mencuri jasad ibunya Syakia sehari sebelum Syakia menculik Ayu? Syakia tidak berani membayangkan siksaan seperti apa yang akan menimpa jasad ibunya jika dia tidak menyuruh Hala menculik Ayu.“Siapa itu Ular Sembilan?”“Ng ... nggak tahu. Dari aku lahir, dia dan yang lainnya sudah ada ....”‘Dia dan yang lain? Ular Sembilan ... sembilan .... Apa masih ada kelompok lain yang melindungi Ayu?’ pikir Syakia sambil mengernyit.Bahkan di bawah pengaruh racun pengakuan, Ayu juga tidak bisa mengungkapkan asal-usul orang itu. Orang itu mungkin seperti kelompok Kingston, yang mana merupakan orang-orang yang ditinggalkan Citra untuk Ayu, tetapi Citra tidak sempat memberi tahu informasi mereka kepada Ayu.Jika bukan begitu, mungkin saja ada rahasia yang lebih mendalam lagi di baliknya. Hanya saja, Syakia masih belum pernah berinterak

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 330

    Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 329

    “Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 328

    Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 327

    “Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 326

    Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 325

    “Kebetulan, Putri Suci sudah menjenguknya tadi. Gimana kalau Putri Suci saja yang bawa Nyonya Ike pergi menemuinya?”Syakia menatap Janda Permaisuri, sedangkan Janda Permaisuri hanya tersenyum padanya. Sangat jelas bahwa Janda Permaisuri sengaja memberinya kesempatan untuk bertindak. Syakia tentu saja tidak akan menolak.“Baik, Ibu Suri.”Meskipun tidak terlalu ingin, Ike mau tak mau harus tetap pergi menjenguk Ayu karena teringat pesan kakaknya sebelum datang ke istana. Jika gadis itu benar-benar menjadi selir Kaisar, bukankah Keluarga Darsuki juga akan ikut berjaya? Jadi, Ike tidak boleh membiarkan Ayu hidup tersiksa pada saat-saat seperti ini. Hal yang terpenting adalah, dia harus menyelesaikan sedikit masalah di antara Ayu dengan Panji dulu.Setelah berpikir begitu, Ike pun memberi hormat kepada Janda Permaisuri dan hendak langsung melangkah pergi. Namun, begitu dia berbalik, dayang Janda Permaisuri segera menghentikannya.“Nyonya Ike, tunggu sebentar.”Baru saja Ike merasa kebing

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 324

    Wajah Janda Permaisuri dipenuhi dengan senyuman. Sangat jelas bahwa dia merasa sangat puas terhadap Syakia.Pemandangan ini membuat Ike terkejut. Hal ini tidak boleh terjadi. Apabila Janda Permaisuri makin menyukai Syakia, kelak mana mungkin masih ada tempat Ike di hadapan Janda Permaisuri?Makin memikirkan hal ini, Ike pun merasa makin cemas. Dia buru-buru berseru, “Hormat, Ibu Suri!”Suara Ike yang nyaring dan tajam segera merusak suasana di antara Syakia dan Janda Permaisuri. Syakia mendongak dan sama sekali tidak terkejut setelah melihat Ike. Sebaliknya, Janda Permaisuri yang merasa terganggu pun mengerutkan keningnya. Dia menaruh buku sutra yang dipegangnya, lalu bertanya dengan tenang, “Untuk apa Nyonya Ike datang ke istana hari ini?”Ike tersenyum menyanjung. “Belakangan ini, aku sibuk mendidik putraku yang nggak berbakti itu dan lupa datang menjenguk Ibu Suri. Hari ini, aku kebetulan sudah senggang dan buru-buru datang untuk beri salam pada Ibu Suri. Hanya saja, tak disangka .

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 323

    “Hari ini, aku undang Pangeran datang karena mau minta bantuan Pangeran.”Syakia, Adika, dan Hala mulai makan. Seusai makan, Hala membereskan meja dan pergi mencuci piring dalam diam. Sementara itu, Adika dan Syakia lanjut duduk di halaman. Syakia menceritakan seluruh kejadian hari ini kepada Adika dan Adika langsung mengerti.“Kamu curiga ada orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang meracuni Kama?”Syakia menjawab, “Bukan curiga, tapi yakin.”Perubahan Kama terlalu besar, seperti sudah tiba-tiba kehilangan sebagian ingatannya. Jika bukan karena terluka di kepala, itu berarti ada orang yang meracuninya. Sangat jelas bahwa kemungkinan kedua itu lebih besar. Orang yang mampu melakukannya hanya seorang, yaitu Ranjana.“Oke. Kamu mau aku berbuat apa? Apa aku perlu pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan?”Syakia tersenyum dan menggeleng. “Nggak usah. Kamu cuma perlu temani aku bersandiwara.”Adika mengangkat alisnya. Berhubung Syakia sudah memiliki rencana, dia pun tidak pe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 322

    Adika mendongak untuk menatap Syakia dan baru menyadari sesuatu. Wajahnya yang tampan juga memerah hingga ke telinganya.“Ba ... baguslah kalau tanganmu nggak kebakar. Aku pergi tambah kayu bakar dulu.”Ketika berbicara, Adika hampir menggigit lidahnya sendiri. Kemudian, dia buru-buru bersembunyi di bawah tungku. Dia benar-benar sangat malu! Kenapa dia tiba-tiba bertindak begitu gegabah? Kenapa dia bersikeras mau mengamati tangan orang lain! Dia benar-benar pantas dipukul!“Plak!”Adika yang bersembunyi di bawah tungku diam-diam menampar dirinya sendiri. Namun, dia sepertinya menampar terlalu kuat. Suaranya bahkan lebih nyaring dari suara Syakia memasak.Dalam sekejap, Syakia dan Adika pun terdiam. Mereka diam-diam bergumam dalam hati, ‘Gimana ini? Malu banget!’Tidak lama kemudian, Syakia akhirnya selesai memasak. Dia berdeham sekali sebelum berkata, “Makanannya sudah selesai. Cepat keluar dan makan dulu.”“Emm,” jawab Adika dari bawah tungku.Syakia yang sedang menggenggam piring ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status