Share

Bab 243

Author: Emilia Sebastian
Jika tidak, Kingston tidak mungkin mengejar sampai kemari hanya demi meminta serangga takdirnya. Kingston bahkan tidak bertanya tentang Ayu.

Syakia tiba-tiba merasa agak penasaran. Apakah kelabang beracun ini akan mematuhi kata-katanya ketika berada di depan Kingston?

Setelah memikirkannya, Syakia memutuskan untuk mengujinya.

“Nak, ayo jalan! Kita temui majikanmu itu.”

Tidak lama kemudian, Syakia membawa kelabang beracun itu pergi ke dapur. Begitu masuk, dia menyadari bahwa Hala sudah mengikat Kingston ke sebuah tiang.

Setelah Syakia membawa kelabang beracun itu masuk ke dapur, Kingston yang kesadarannya sudah hampir pulih itu tiba-tiba merasakan sesuatu dan berseru, “Pojun? Pojun! Cepat kemari, Pojun!”

“Ternyata namamu Pojun?” Syakia menaruh kelabang beracun berwarna hitam mengkilap itu ke lantai dengan saputangan.

Setelah itu, Kingston yang kepalanya masih terasa pusing segera memanggil serangga takdirnya, “Pojun ... cepat kemari. Aku ada di sini .... Cepat tolong aku.”

Saat ini, Ki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 244

    “Ugh! Ugh ... ugh ....”Seiring dengan makin lama kelabang beracun itu berada dalam dasar ember, Kingston yang diikat ke tiang mulai meronta. Wajahnya terlihat sangat merah dan dia terlihat seperti tidak dapat bernapas. Sepasang matanya membelalak dan ekspresinya mulai terdistorsi. Ini bagaikan yang hampir mati tenggelam bukan hanya Pojun, tetapi juga Kingston. “Jadi, kalau kelabang beracun ini dibunuh, ada kemungkinan bahwa Kingston juga akan mati atau terluka parah?”Syakia merasa kemungkinan Kingston akan terluka parah lebih besar. Bagaimanapun juga, apabila kelabang beracun ini benar-benar terhubung dengan nyawa Kingston, Kingston tidak mungkin membiarkannya keluar secara asal. Namun, dinilai dari keterikatan Kingston dengan serangga takdirnya, apabila Pojun tewas, pengaruhnya terhadap Kingston juga pasti tidaklah kecil.Setelah mengetahui jelas hal ini, Syakia mengulurkan tangannya untuk menuang air dalam ember supaya kelabang beracun itu bisa bernapas kembali. Begitu Pojun dise

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 245

    Alhasil, sebelum Syakia menyelesaikan kata-katanya, Kingston sudah terlebih dahulu tertawa dan menyela, “Ayu? Baik hati dan polos? Hahaha! Itu benar-benar lelucon terlucu di dunia!”Kingston tertawa terbahak-bahak sambil memaki, “Dia itu cuma seorang penipu yang menipu semua orang. Dia dan ibunya yang terkutuk itu sudah mempermainkan kita semua habis-habisan!”Syakia hanya menatap Kingston. Setelah Kingston selesai mengumpat, dia baru berkata dengan acuh tak acuh, “Kalau kamu berani menyela ucapanku lagi, jangan salahkan aku lanjut menyiksa seranggamu.”Syakia tidak lupa menunjuk ke arah ember kayu.Kingston langsung diam dan berkata, “Baik, baik. Kamu lanjutkan saja apa yang mau kamu katakan.”Saat ini, minat Syakia sudah agak berkurang. Dia berujar dengan nada datar, “Kamu yang suruh serangga kecil itu untuk meracuniku. Gara-gara dia, aku harus membuang banyak darahku.”Selain itu, serangga kecil ini juga meminum air spiritual dalam ruang giok Syakia. Sekarang, Syakia hanya ingin men

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 246

    Jawaban itu membuat Syakia tertegun sejenak. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya dengan mata membelalak, “Jangan-jangan, kalian sudah lama nggak minum obat penawarnya?”Kingston sontak menggertakkan gigi. “Benar, sudah sangat lama.”Kelompok Kingston sudah tidak minum obat penawar selama 3 tahun. Jadi, mereka harus merasakan penderitaan yang ditimbulkan racun itu tanpa obat penawar sebanyak 3 kali. Dalam 3 tahun terakhir, mereka yang awalnya berjumlah lebih dari 300 orang hanya tersisa tidak sampai 200 orang.Setelahnya, demi membunuh Syakia dalam perjalanan ke Kalika, sejumlah besar anggota mereka gugur lagi. Sekarang, jumlah kelompok Kingston yang tersisa hanya puluhan orang. Jika situasinya berlanjut seperti ini, mereka semua mungkin akan tewas tidak lama lagi.“Jadi, kenapa kalian nggak langsung bunuh dia?” tanya Syakia dengan penasaran.Kingston melirik Syakia dan menjawab, “Kamu itu putri suci, juga seorang biksuni. Kenapa kata-kata yang keluar dari mulutmu itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 247

    Setelah mendengar Syakia menginginkan serangga takdirnya, Kingston pun memaksakan seulas senyum dan berujar, “Ka ... kamu kan nggak butuh Pojun. Buat apa kamu menyimpannya?”“Siapa bilang aku nggak butuh?” Syakia tersenyum tipis dan menjawab, “Aku mau pelajari racun di tubuhnya.”“Baiklah,” jawab Kingston dengan tidak berdaya. Pada saat ini, dia mau tak mau harus menunduk. Dia lanjut bertanya, “Sekarang, kamu sudah bisa lepaskan aku, ‘kan?”Syakia mengangkat alisnya, lalu berbalik membelakangi Kingston dan menaruh kelabang beracun kembali ke ruang gioknya. Setelah itu, dia baru mengangguk pada Hala.Hala pun melangkah maju dan menghunuskan pedangnya untuk menebas tali yang mengikat Kingston. Kingston yang akhirnya mendapatkan kembali kebebasannya meregangkan tangan dan kakinya sambil bertanya pada Syakia, “Kamu mau serangga beracun apa? Aku memang punya beberapa jenis. Ada laba-laba, kalajengking, semut api, dan sebagainya. Kalau ada yang kamu mau, aku akan bawakan saat aku datang kem

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 248

    Ayu memiliki resep obat, tetapi tidak memiliki bahannya. Meskipun ingin meracik obat penawar itu, dia juga tidak akan berhasil.Namun, Syakia berbeda. Setelah menemukan resep obat penawar itu, dia mungkin bisa meracik obat penawarnya. Sebab, dia memiliki safron yang merupakan bahan terpenting. Jika kelompok Kingston lanjut menunggu Ayu menghasilkan obat penawar ini, mereka mungkin tidak akan pernah mendapatkannya sampai mati. Hanya saja, meskipun Syakia dapat meraciknya, dia juga tidak akan memberikannya kepada kelompok Kingston dengan semudah itu. Bagaimanapun juga, orang yang membutuhkan obat herbal ini bukan hanya mereka.Syakia pun menghela napas. Sepertinya, dia harus memindahkan obat herbal dalam ruang giok ini ke luar secepat mungkin. Terutama safron. Setelah mempelajari resep obat penawar secara garis besar, dia pun menyimpan kertas itu.Keesokan harinya, Syakia berencana untuk turun gunung. Setelah membereskan barang-barangnya dan menutup pintu kamar, Syakia menyadari bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 249

    “Syakia, kamu punya hati nurani atau nggak!” Kahar langsung melompat turun dari kereta kuda, lalu berlari ke hadapan Syakia dan mulai memaki, “Kenapa kamu membunuh begitu banyak pengawal rahasia? Mereka semua orang-orang dari kediaman kita! Apa kamu tahu Ayah sudah jatuh sakit karena terlalu marah?”“Nggak tahu, juga nggak ingin tahu.” Syakia menunjukkan ekspresi datar dan sama sekali tidak ingin menghiraukan Kahar.“Kamu benar-benar nggak punya hati nurani!”“Aku nggak punya hati nurani?” Syakia mencibir, “Kalau aku nggak punya hati nurani, gimana dengan Ayu-mu? Dia bahkan sengaja meracunimu dan mau mencelakaimu. Jadi, dia itu nggak manusiawi?”“Aku nggak keberatan!” Kahar memelototi Syakia dan berseru, “Lagian, kalau bukan karena kamu, Ayu juga nggak akan berbuat begitu padaku!”“Oh, dasar bodoh.”Syakia merasa melontarkan 3 patah kata itu kepada Kahar sudah berlebihan dan hendak langsung pergi.Namun, Kahar malah menghentikannya secara paksa. “Kamu mau ke mana? Cepat jawab, apa kamu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 250

    “Sepertinya, kita nggak perlu ketemu deh,” ujar Syakia dengan dingin.Laras menghela napas. “Kamu benar-benar nggak punya perasaan. Kia, dulu, aku anggap kamu itu teman terbaikku, lho.”Syakia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. “Jangan panggil aku begitu. Selain itu, aku ini biksuni, bukan temanmu.”“Biksuni?” Ini adalah pertama kalinya Laras mendengar secara langsung Syakia menyebut dirinya seorang biksuni. Dia pun tertegun sejenak, lalu tertawa dan berkata, “Tak disangka, kamu benar-benar sudah jadi biksuni. Aku kira, kamu berbuat begini demi bersaing dengan Ayu.”Syakia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan Laras dan langsung berbalik untuk pergi. Namun, Laras malah mengikutinya.“Tunggu! Kita baru mulai mengobrol, kenapa kamu mau pergi secepat itu?”Laras berjalan cepat ke sisi Syakia, lalu mengamatinya dan berkata, “Hmm, sayangnya, rambutmu yang tebal itu masih belum dicukur. Kalau nggak, aku benar-benar ingin lihat tampangmu yang sudah sepenuhnya berubah jadi b

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 251

    Setelah melontarkan kalimat itu, Syakia langsung berjalan masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar.“Hormat, Putri Suci.”Pengawal yang menjaga pintu sama sekali tidak menghentikan Syakia. Setelah memberi hormat, dia langsung membiarkan Syakia masuk.Laras tidak merasa dirinya akan mendapat perlakuan seperti ini. Dia hanya berdiri di luar Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan menatap sosok Syakia yang menghilang dengan cepat.“Nona Laras, gimana ini sekarang? Putri Suci jelas sangat akrab dengan Pangeran Adika. Nona mungkin nggak bisa hadapi Putri Suci semudah itu.,” ujar dayang pribadi Laras dengan khawatir.“Nggak masalah. Aku punya caranya.”Laras terkekeh, lalu berbalik dan meninggalkan tempat ini. Dia masuk kembali ke kereta kuda dan langsung menyuruh kusir pulang ke rumah. Tidak lama kemudian, dia pergi ke luar ruang baca Menteri Sekretariat.“Ayah, Laras datang untuk menjenguk Ayah.”“Masuklah.”Bima Panjalu hanya melontarkan sepatah kata itu. Kemudian, dia mendengar ada orang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 260

    “Apa ruangan ini berubah sesuai dengan pikiranku?”Namun, tadi, Syakia hanya berpikir untuk membeli beberapa rak buku. Terjadinya perubahan sebesar ini terasa lebih seperti karena ada suatu peluang yang datang sehingga semuanya tiba-tiba berkembang dan meluas. Syakia memikirkan kembali semua yang telah dilakukannya tadi. Sayangnya, dia tidak menemukan petunjuk apapun. Pada akhirnya, dia hanya menggeleng dan mengesampingkan hal ini untuk sementara.Setelah peningkatan kali ini, Syakia merasa pasti akan ada peningkatan berikutnya. Ketika peningkatan berikutnya terjadi, dia akan menyelidiki lagi apa sebenarnya alasannya.Syakia masuk kembali ke ruangan kecil ... Oh salah, sekarang, tempat itu seharusnya disebut sebagai menara besar. Setelah masuk, dia baru menyadari bahwa meskipun menara ini terdiri dari 7 tingkat, secara keseluruhan, menara ini terbagi menjadi 3 bagian utama.Bagian pertama merupakan seluruh ruang di lantai pertama dan kedua. Di dalam, terletak sangat banyak obat herbal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 259

    “Aku tentu saja nggak keberatan kalau memang bisa begitu. Maaf merepotkan Pangeran Adika.”Sekarang, Yanto bahkan ingin langsung pindah ke Kuil Emaji. Sayangnya, masih ada banyak barang di rumahnya yang harus dikemas. Jadi, dia harus menunggu dua hari lagi untuk pergi ke Kuil Emaji.Setelahnya, Adika menyuruh bawahannya untuk membantu Syakia mengemas semua buku dalam ruang rahasia ini supaya bisa dibawa ke Kuil Bulani. Selain itu, dia juga mengutus dua prajurit Pasukan Bendera Hitam untuk melindungi Yanto.Sebelum pergi, Adika memberi perintah dengan tenang, “Lindungi Paman Yanto dengan baik. Kalau ada pembunuh yang mengincarnya, langsung bunuh saja. Kalau yang datang itu anggota Keluarga Angkola ... lihat dulu reaksi Paman.”“Baik.”Meskipun sikap Yanto terhadap Syakia sangat baik, Adika ingin tahu bagaimana sikapnya terhadap putra-putra Keluarga Angkola yang juga merupakan darah daging Anggreni.Syakia tidak tahu bahwa Adika juga membantunya mengawasi hal-hal ini. Setelah kembali ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 258

    “Ini ....”“Ruang rahasia bawah tanah ini kugali belasan tahun yang lalu. Karena barang yang ditinggalkan Keluarga Kuncoro terlalu banyak dan berharga, aku nggak berani simpan barang-barang itu di desa. Aku takut ketahuan orang, makanya aku pindahkan sedikit demi sedikit barang itu kemari.”Yanto menyeka debu dari rak buku dengan hati-hati.Syakia berjalan masuk, lalu mengamati sekeliling ruang rahasia ini secara perlahan. Harta yang ditinggalkan Keluarga Kuncoro tidaklah banyak. Sebagian besar adalah buku-buku yang pernah disimpan di perpustakaan Keluarga Kuncoro.“Dulu, Keluarga Kuncoro itu keluarga bangsawan di ibu kota selama ratusan tahun. Ketiga generasinya adalah sarjana tertinggi kerajaan. Pada masa kejayaannya, nggak ada satu pun keluarga yang dapat menandingi Keluarga Kuncoro.”“Waktu itu, ada banyak pelajar di dunia yang memeras otak demi dapatkan sebuah buku tulisan tangan kakek buyutmu. Sekarang, semua barang ini malah tersembunyi di dalam ruang rahasia ini selama belasan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 257

    Adika juga tidak menyangka ada orang yang masih mengingat dirinya, satu-satunya orang yang tersisa dari pembantaian Keluarga Wiranto.Yanto seketika tertawa dan berkata, “Hahaha! Ini benar-benar jodoh! Tak disangka setelah waktu berlalu begitu lama, hubungan Keluarga Kuncoro dan Keluarga Wiranto kembali tersambung seperti dulu.”“Hubungan Keluarga Kuncoro dengan ... Keluarga Wiranto?”Adika merasa agak bingung. Ketika Keluarga Wiranto dibantai, dia baru lahir. Jadi, ada banyak masalah Keluarga Wiranto yang tidak diketahuinya. Namun, dari ucapan kepala pelayan Keluarga Kuncoro ini, dia sepertinya mengetahui sedikit hal.“Benar juga. Ibumu dan Nona Anggreni itu sahabat karib. Hubungan mereka dulu dekat banget dan mereka juga sering ketemu. Karena hal ini, hubungan Keluarga Kuncoro dan Keluarga Wiranto juga baru sangat baik.”Setelah mendengar ucapan Yanto, Syakia dan Adika langsung saling memandang.Yanto terkekeh dan lanjut berkata, “Sebelum Nona Syakia lahir, Nona Anggreni dan Putri su

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 256

    “Sahana, nggak perlu sedih demi orang yang nggak menyayangimu.” Adika melihat air mata yang menetes dari ujung mata Syakia, lalu mengulurkan tangan untuk menyekanya. Setelah itu, dia berkata dengan sedih, “Dia nggak layak.”Ucapan Adika itu benar-benar menyentuh hati Syakia. “Yang kamu bilang benar. Dia sama sekali nggak layak!” Syakia menarik napas dalam-dalam dan menekan kesedihannya.“Nona Syakia, jangan sedih. Kamu memang bukan lagi putri Keluarga Angkola, tapi kamu masih adalah putri Keluarga Kuncoro. Kamu itu darah daging Nona Anggreni.”Syakia tentu saja adalah keturunan Keluarga Kuncoro yang sebenarnya. Seusai menceritakan hal yang menyakitkan, Yanto merasa sangat gembira atas fakta ini. Awalnya, Yanto mengira sudah tidak ada lagi keturunan Keluarga Kuncoro yang tersisa. Namun, dengan adanya Syakia, Keluarga Kuncoro kembali memiliki keturunan.“Yang Paman bilang benar. Aku sudah tinggalkan Keluarga Angkola, tapi aku nggak tinggalkan Keluarga Kuncoro.”Bencana yang menimpa Kel

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 255

    Setelah mendengar jawaban Syakia, Yanto merasa agak terkejut.“Nona, apa maksudmu? Apa Adipati Damar mengusir Nona dari Keluarga Angkola?” Ketika mengucapkan kalimat terakhir, suara Yanto meninggi dan dia terlihat marah.Syakia menggeleng. “Paman jangan marah. Bukan dia yang usir aku, aku sendiri yang mau tinggalkan rumah itu.”“Apa yang sudah terjadi? Kenapa Nona tiba-tiba tinggalkan Keluarga Angkola?” tanya Yanto sambil menatap Syakia dengan penuh kekhawatiran.Kekhawatiran yang sangat tulus itu menghangatkan hati Syakia. Setelah berpikir sejenak, dia tidak menceritakan tentang apa yang dialaminya di Keluarga Angkola. Dia hanya memberi tahu Yanto mengenai beberapa hal yang kurang penting.“Memang sudah terjadi beberapa hal, tapi itu bukan masalah besar. Sekarang, aku sudah tinggalkan Keluarga Angkola dan jadi biksuni. Tapi, Yang Mulia Kaisar juga bermurah hati dan mengangkatku jadi putri suci. Jadi, itu termasuk sangat baik.”Apanya yang baik! Yanto hampir meneteskan air mata lagi. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 254

    Yanto berlari keluar dengan tertatih-tatih, lalu membuka pintu dan menerjang ke hadapan Syakia. Entah sejak kapan, wajahnya yang penuh kerutan sudah dibasahi air matanya. Dia menatap Syakia dengan hati-hati. Matanya dipenuhi dengan kerinduan dan kesedihan.Setelah sesaat, Yanto baru perlahan-lahan menggeleng dan tersadar dari khayalannya yang singkat. “Kamu bukan Nona Anggreni. Kamu bukan dia ....”Anggreni telah meninggal dan tidak mungkin kembali.Yanto berpikir sejenak, lalu bertanya, “Kamu seharusnya putri Nona Anggreni, Nona Syakia, ‘kan?”Syakia mengangguk. “Benar. Kamu itu ....”Syakia masih belum mengetahui identitas Yanto, juga tidak tahu bagaimana harus memanggilnya.Yanto menyeka air matanya, lalu berlutut di depan Syakia. “Nona Syakia, aku Yanto Kuncoro. Dulu, Tuan Besar memilihku untuk menjadi kepala pelayan Keluarga Kuncoro selama puluhan tahun.”Yanto merupakan putra dari pembantu Keluarga Kuncoro. Berhubung dia lahir di hari yang sama dengan ayahnya Anggreni, kakeknya A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 253

    “Emm!” Syakia mengangguk, lalu lanjut makan.“Kamu datang cari aku hari ini karena hal ini?”“Iya, karena hal ini.”‘Dasar nggak punya hati nurani. Aku kira dia datang karena merindukanku,’ gumam Adika dalam hati. Namun, dia juga tidak berharap Syakia menyadari perasaannya sekarang. Lagi pula, jalan mereka masih panjang. Dia akan bersabar.“Oh iya, ada sebuah kabar yang harus kuberi tahu padamu.”“Apa?” Syakia menghentikan gerakannya dan menatap Adika dengan penasaran. Adika mengulurkan tangannya dengan alami, lalu membersihkan serpihan kue yang menempel di sudut mulut Syakia. Syakia merasa tindakan seperti ini kurang bagus. Baru saja dia hendak memalingkan wajah, dia mendengar Adika berkata, “Bawahanku sudah temukan seseorang dari Keluarga Kuncoro yang tinggal di ibu kota dulu.”Syakia langsung menatap Adika dengan terkejut. “Se ... serius?”“Tentu saja.” Adika menarik kembali tangannya, lalu mengelapnya dengan saputangan dan bertanya balik sambil tersenyum tipis, “Apa mungkin aku b

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 252

    “Kamu nggak tahu Pangeran Adika paling benci didekati perempuan? Kamu mau jadi orangnya? Kamu kira kamu itu siapa? Kamu kira dia nggak akan membunuhmu karena yang mendekatinya itu kamu?”Bima lanjut mengejek Laras habis-habisan, “Kamu itu cuma putri seorang selir. Sudah seharusnya kamu pulang dan belajar menyulam. Jangan cuma tahu berkhayal seharian! Aku juga nggak punya waktu untuk dengar omong kosongmu. Keluar!”“Aku tahu sebuah rahasia Pangeran Adika. Aku bisa buat dia menerimaku,” ujar Laras dengan tiba-tiba.“Kamu tahu rahasia Pangeran Adika?” Bima mencibir, “Apa yang bisa kamu ketahui?”“Aku tahu rahasia ini dari Syakia,” jawab Laras dengan ekspresi datar. Meskipun sedang berbohong, dia tidak terlihat gugup.“Syakia?” Bima langsung mengernyit. “Bukannya hubungan kalian sudah hancur karena insiden itu? Mana mungkin Putri Suci masih bisa kasih tahu kamu rahasia?”Laras terlihat sangat tenang. “Hubungan kami memang sudah hancur. Sayangnya, hati Putri Suci benar-benar lembut. Aku cum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status