Share

Bab 248

Author: Emilia Sebastian
Ayu memiliki resep obat, tetapi tidak memiliki bahannya. Meskipun ingin meracik obat penawar itu, dia juga tidak akan berhasil.

Namun, Syakia berbeda. Setelah menemukan resep obat penawar itu, dia mungkin bisa meracik obat penawarnya. Sebab, dia memiliki safron yang merupakan bahan terpenting. Jika kelompok Kingston lanjut menunggu Ayu menghasilkan obat penawar ini, mereka mungkin tidak akan pernah mendapatkannya sampai mati.

Hanya saja, meskipun Syakia dapat meraciknya, dia juga tidak akan memberikannya kepada kelompok Kingston dengan semudah itu. Bagaimanapun juga, orang yang membutuhkan obat herbal ini bukan hanya mereka.

Syakia pun menghela napas. Sepertinya, dia harus memindahkan obat herbal dalam ruang giok ini ke luar secepat mungkin. Terutama safron. Setelah mempelajari resep obat penawar secara garis besar, dia pun menyimpan kertas itu.

Keesokan harinya, Syakia berencana untuk turun gunung.

Setelah membereskan barang-barangnya dan menutup pintu kamar, Syakia menyadari bahwa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 249

    “Syakia, kamu punya hati nurani atau nggak!” Kahar langsung melompat turun dari kereta kuda, lalu berlari ke hadapan Syakia dan mulai memaki, “Kenapa kamu membunuh begitu banyak pengawal rahasia? Mereka semua orang-orang dari kediaman kita! Apa kamu tahu Ayah sudah jatuh sakit karena terlalu marah?”“Nggak tahu, juga nggak ingin tahu.” Syakia menunjukkan ekspresi datar dan sama sekali tidak ingin menghiraukan Kahar.“Kamu benar-benar nggak punya hati nurani!”“Aku nggak punya hati nurani?” Syakia mencibir, “Kalau aku nggak punya hati nurani, gimana dengan Ayu-mu? Dia bahkan sengaja meracunimu dan mau mencelakaimu. Jadi, dia itu nggak manusiawi?”“Aku nggak keberatan!” Kahar memelototi Syakia dan berseru, “Lagian, kalau bukan karena kamu, Ayu juga nggak akan berbuat begitu padaku!”“Oh, dasar bodoh.”Syakia merasa melontarkan 3 patah kata itu kepada Kahar sudah berlebihan dan hendak langsung pergi.Namun, Kahar malah menghentikannya secara paksa. “Kamu mau ke mana? Cepat jawab, apa kamu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 250

    “Sepertinya, kita nggak perlu ketemu deh,” ujar Syakia dengan dingin.Laras menghela napas. “Kamu benar-benar nggak punya perasaan. Kia, dulu, aku anggap kamu itu teman terbaikku, lho.”Syakia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. “Jangan panggil aku begitu. Selain itu, aku ini biksuni, bukan temanmu.”“Biksuni?” Ini adalah pertama kalinya Laras mendengar secara langsung Syakia menyebut dirinya seorang biksuni. Dia pun tertegun sejenak, lalu tertawa dan berkata, “Tak disangka, kamu benar-benar sudah jadi biksuni. Aku kira, kamu berbuat begini demi bersaing dengan Ayu.”Syakia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan Laras dan langsung berbalik untuk pergi. Namun, Laras malah mengikutinya.“Tunggu! Kita baru mulai mengobrol, kenapa kamu mau pergi secepat itu?”Laras berjalan cepat ke sisi Syakia, lalu mengamatinya dan berkata, “Hmm, sayangnya, rambutmu yang tebal itu masih belum dicukur. Kalau nggak, aku benar-benar ingin lihat tampangmu yang sudah sepenuhnya berubah jadi b

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 251

    Setelah melontarkan kalimat itu, Syakia langsung berjalan masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar.“Hormat, Putri Suci.”Pengawal yang menjaga pintu sama sekali tidak menghentikan Syakia. Setelah memberi hormat, dia langsung membiarkan Syakia masuk.Laras tidak merasa dirinya akan mendapat perlakuan seperti ini. Dia hanya berdiri di luar Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan menatap sosok Syakia yang menghilang dengan cepat.“Nona Laras, gimana ini sekarang? Putri Suci jelas sangat akrab dengan Pangeran Adika. Nona mungkin nggak bisa hadapi Putri Suci semudah itu.,” ujar dayang pribadi Laras dengan khawatir.“Nggak masalah. Aku punya caranya.”Laras terkekeh, lalu berbalik dan meninggalkan tempat ini. Dia masuk kembali ke kereta kuda dan langsung menyuruh kusir pulang ke rumah. Tidak lama kemudian, dia pergi ke luar ruang baca Menteri Sekretariat.“Ayah, Laras datang untuk menjenguk Ayah.”“Masuklah.”Bima Panjalu hanya melontarkan sepatah kata itu. Kemudian, dia mendengar ada orang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 252

    “Kamu nggak tahu Pangeran Adika paling benci didekati perempuan? Kamu mau jadi orangnya? Kamu kira kamu itu siapa? Kamu kira dia nggak akan membunuhmu karena yang mendekatinya itu kamu?”Bima lanjut mengejek Laras habis-habisan, “Kamu itu cuma putri seorang selir. Sudah seharusnya kamu pulang dan belajar menyulam. Jangan cuma tahu berkhayal seharian! Aku juga nggak punya waktu untuk dengar omong kosongmu. Keluar!”“Aku tahu sebuah rahasia Pangeran Adika. Aku bisa buat dia menerimaku,” ujar Laras dengan tiba-tiba.“Kamu tahu rahasia Pangeran Adika?” Bima mencibir, “Apa yang bisa kamu ketahui?”“Aku tahu rahasia ini dari Syakia,” jawab Laras dengan ekspresi datar. Meskipun sedang berbohong, dia tidak terlihat gugup.“Syakia?” Bima langsung mengernyit. “Bukannya hubungan kalian sudah hancur karena insiden itu? Mana mungkin Putri Suci masih bisa kasih tahu kamu rahasia?”Laras terlihat sangat tenang. “Hubungan kami memang sudah hancur. Sayangnya, hati Putri Suci benar-benar lembut. Aku cum

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 253

    “Emm!” Syakia mengangguk, lalu lanjut makan.“Kamu datang cari aku hari ini karena hal ini?”“Iya, karena hal ini.”‘Dasar nggak punya hati nurani. Aku kira dia datang karena merindukanku,’ gumam Adika dalam hati. Namun, dia juga tidak berharap Syakia menyadari perasaannya sekarang. Lagi pula, jalan mereka masih panjang. Dia akan bersabar.“Oh iya, ada sebuah kabar yang harus kuberi tahu padamu.”“Apa?” Syakia menghentikan gerakannya dan menatap Adika dengan penasaran. Adika mengulurkan tangannya dengan alami, lalu membersihkan serpihan kue yang menempel di sudut mulut Syakia. Syakia merasa tindakan seperti ini kurang bagus. Baru saja dia hendak memalingkan wajah, dia mendengar Adika berkata, “Bawahanku sudah temukan seseorang dari Keluarga Kuncoro yang tinggal di ibu kota dulu.”Syakia langsung menatap Adika dengan terkejut. “Se ... serius?”“Tentu saja.” Adika menarik kembali tangannya, lalu mengelapnya dengan saputangan dan bertanya balik sambil tersenyum tipis, “Apa mungkin aku b

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 254

    Yanto berlari keluar dengan tertatih-tatih, lalu membuka pintu dan menerjang ke hadapan Syakia. Entah sejak kapan, wajahnya yang penuh kerutan sudah dibasahi air matanya. Dia menatap Syakia dengan hati-hati. Matanya dipenuhi dengan kerinduan dan kesedihan.Setelah sesaat, Yanto baru perlahan-lahan menggeleng dan tersadar dari khayalannya yang singkat. “Kamu bukan Nona Anggreni. Kamu bukan dia ....”Anggreni telah meninggal dan tidak mungkin kembali.Yanto berpikir sejenak, lalu bertanya, “Kamu seharusnya putri Nona Anggreni, Nona Syakia, ‘kan?”Syakia mengangguk. “Benar. Kamu itu ....”Syakia masih belum mengetahui identitas Yanto, juga tidak tahu bagaimana harus memanggilnya.Yanto menyeka air matanya, lalu berlutut di depan Syakia. “Nona Syakia, aku Yanto Kuncoro. Dulu, Tuan Besar memilihku untuk menjadi kepala pelayan Keluarga Kuncoro selama puluhan tahun.”Yanto merupakan putra dari pembantu Keluarga Kuncoro. Berhubung dia lahir di hari yang sama dengan ayahnya Anggreni, kakeknya A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 255

    Setelah mendengar jawaban Syakia, Yanto merasa agak terkejut.“Nona, apa maksudmu? Apa Adipati Damar mengusir Nona dari Keluarga Angkola?” Ketika mengucapkan kalimat terakhir, suara Yanto meninggi dan dia terlihat marah.Syakia menggeleng. “Paman jangan marah. Bukan dia yang usir aku, aku sendiri yang mau tinggalkan rumah itu.”“Apa yang sudah terjadi? Kenapa Nona tiba-tiba tinggalkan Keluarga Angkola?” tanya Yanto sambil menatap Syakia dengan penuh kekhawatiran.Kekhawatiran yang sangat tulus itu menghangatkan hati Syakia. Setelah berpikir sejenak, dia tidak menceritakan tentang apa yang dialaminya di Keluarga Angkola. Dia hanya memberi tahu Yanto mengenai beberapa hal yang kurang penting.“Memang sudah terjadi beberapa hal, tapi itu bukan masalah besar. Sekarang, aku sudah tinggalkan Keluarga Angkola dan jadi biksuni. Tapi, Yang Mulia Kaisar juga bermurah hati dan mengangkatku jadi putri suci. Jadi, itu termasuk sangat baik.”Apanya yang baik! Yanto hampir meneteskan air mata lagi. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 256

    “Sahana, nggak perlu sedih demi orang yang nggak menyayangimu.” Adika melihat air mata yang menetes dari ujung mata Syakia, lalu mengulurkan tangan untuk menyekanya. Setelah itu, dia berkata dengan sedih, “Dia nggak layak.”Ucapan Adika itu benar-benar menyentuh hati Syakia. “Yang kamu bilang benar. Dia sama sekali nggak layak!” Syakia menarik napas dalam-dalam dan menekan kesedihannya.“Nona Syakia, jangan sedih. Kamu memang bukan lagi putri Keluarga Angkola, tapi kamu masih adalah putri Keluarga Kuncoro. Kamu itu darah daging Nona Anggreni.”Syakia tentu saja adalah keturunan Keluarga Kuncoro yang sebenarnya. Seusai menceritakan hal yang menyakitkan, Yanto merasa sangat gembira atas fakta ini. Awalnya, Yanto mengira sudah tidak ada lagi keturunan Keluarga Kuncoro yang tersisa. Namun, dengan adanya Syakia, Keluarga Kuncoro kembali memiliki keturunan.“Yang Paman bilang benar. Aku sudah tinggalkan Keluarga Angkola, tapi aku nggak tinggalkan Keluarga Kuncoro.”Bencana yang menimpa Kel

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 350

    Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 349

    Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 348

    Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 347

    Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 346

    “Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 345

    Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 344

    “Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 343

    Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status