Putri kedua Menteri Sekretariat adalah anak yang dilahirkan oleh selirnya. Namanya Laras Panjalu. Beberapa tahun lalu, Laras pernah menolong Syakia yang tenggelam. Sejak saat itu, Syakia pun menganggap Laras sebagai teman baik. Syakia bahkan memperkenalkan Laras kepada teman terbaik Syakia, yaitu Cempaka Sumarno, putri seorang filsafat terkemuka di kerajaan ini.Berhubung merasa berterima kasih pada Laras, Syakia dan Cempaka selalu memperlakukan Laras dengan baik. Mereka tahu dia hanyalah anak seorang selir dan tidak mendapat kasih sayang ibu, juga ditindas saudaranya yang lain. Jadi, mereka sengaja pergi ke rumah Laras untuk mendukungnya.Ketika mengetahui uang jajan Laras yang sedikit, Syakia dan Cempaka akan selalu menyisakan makanan dan minuman yang enak untuknya. Mereka juga selalu membawanya pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan.Syakia juga tahu Laras tidak akan bisa membuat keputusan atas pernikahannya. Jadi, Syakia pun meminta Damar untuk mencarikan mak comblang yang terke
Ayu langsung memelototi Laras dan berseru, “Omong kosong apa itu! Dari mana kamu tahu hal ini?”Laras mencibir, “Sekarang, semua orang di ibu kota sudah tahu. Kamu meracuni kakakmu dan dihukum dengan dicambuk 50 kali oleh Adipati Pelindung Kerajaan. Dengar-dengar, kamu juga akan dikurung dalam rumah selama 3 bulan supaya kamu bisa renungkan kesalahanmu.”“Kamu ....”Ayu langsung murka. Sialan! Bukankah ayahnya sudah memberi perintah untuk tidak menyebarkan hal ini kepada siapa pun? Apa ini ulah Syakia? Wanita jalang itu memang menyebalkan! Beraninya dia merusak reputasinya!Sayangnya, ini semua bukan ulah Syakia. Pada saat itu, ada begitu banyak orang yang berada di lokasi. Damar mungkin dapat mengendalikan bawahannya, tetapi tidak akan bisa mengendalikan Adika dan orang-orang yang dibawa datang Adika.Hanya dengan satu isyarat mata, para prajurit itu sudah mengerti apa maksudnya. Memangnya kenapa jika mereka keceplosan ketika minum terlalu banyak? Memangnya kenapa apabila mereka “tida
Oleh karena itu, tidak lama kemudian, baru ada petisi dari Kalika dan Kaisar memanggil Syakia masuk ke istana.Di ruang baca Kaisar.Syakia memberi hormat kepada Kaisar. “Hormat Kaisar, semoga Kaisar panjang umur.”“Putri Suci, cepat berdiri.”Setelah tidak bertemu untuk sesaat, Kaisar juga cukup merindukan putri suci pertama Dinasti Minggana yang diangkatnya itu. Meskipun Adika juga berada di samping, dia tetap menuturkan beberapa patah kata yang penuh perhatian.“Dengar-dengar, masalah di antara Putri Suci dengan orang dari Adipati Pelindung Kerajaan nggak ada hentinya. Apa Putri Suci dirugikan?”Dalam menghadapi perhatian Kaisar, Syakia menggeleng dan menjawab sambil tersenyum tipis, “Berkat bantuan Pangeran Adika, reputasiku tetap dapat dipertahankan meskipun aku memang sempat diperlakukan secara nggak adil.”Adika memberi bantuan pada Syakia? Kaisar memang sering mendengar tentang hal ini. Sebelumnya, Adika juga pernah pergi ke Kediaman Pangeran Darsuki secara pribadi dan menggant
Sebelum Syakia sempat berbicara, Adika sudah terlebih dahulu bersuara dengan kening berkerut. Dinasti Minggana sudah pernah mengalami kekeringan selama bertahun-tahun sebelumnya, juga melangsungkan upacara permohonan hujan yang tidak terhitung jumlahnya. Namun, semua upacara itu selalu diadakan di ibu kota.Kaisar pun menghela napas dan menjawab, “Ini demi menenangkan hati rakyat.”Tahun ini, kekeringan di Kalika sudah berlanjut selama 3 bulan. Meskipun penduduk di sana selalu mendapat bantuan bahan pangan dari istana, kekeringan yang berkepanjangan pada akhirnya tetap bisa membuat orang menggila.Pada saat ini, yang dibutuhkan adalah upacara permohonan hujan untuk menenangkan hati rakyat. Setidaknya, hal ini bisa memberikan sedikit harapan bagi mereka. Jadi, putri suci yang tiba-tiba muncul di saat-saat seperti ini langsung menjadi kandidat pertama yang terpikirkan oleh kepala prefektur Kalika.Jika bisa mengadakan upacara permohonan hujan di Kalika yang belum pernah dilakukan sebelu
Setelah Kaisar menurunkan dekret itu, semua orang di ibu kota segera mengetahui kabar bahwa Putri Suci akan berangkat ke Kalika untuk mengadakan upacara permohonan hujan sehari lagi.Semua orang di ibu kota pun mulai berdiskusi. Tidak peduli apa yang dikatakan para pejabat dan kaum bangsawan, setidaknya rakyat jelata dengan tulus mendoakan Syakia. Mereka berharap Putri Suci Pembawa Berkah yang baik hati itu dapat tiba di Kalika dengan selamat, juga kembali dengan selamat.Bagaimanapun juga, di mata rakyat jelata, pejabat yang bersedia pergi ke lokasi bencana sangatlah sedikit, apalagi seorang wanita yang lemah. Namun, Putri Suci malah bersedia melakukannya. Selain menunjukkan keberanian, tindakan itu juga membuktikan bahwa Putri Suci adalah orang yang baik hati. Putri Suci bersedia mengambil risiko seperti itu bukankah karena benar-benar tulus memikirkan rakyat jelata?Pada saat ini, Syakia yang baik hati di mata rakyat jelata sedang duduk dalam kereta kuda. Wajahnya yang cantik menun
Ketika memikirkan ada orang lain di balik hal ini, wajah Ayu langsung melintasi benak Syakia. Selain Ayu, dia benar-benar tidak terpikirkan siapa lagi yang mungkin memanfaatkan kesempatan ini untuk menghadapinya, apalagi dengan memanfaatkan Laras.Syakia pun menunduk. Ada kilatan kesuraman yang melintasi matanya.Setelah Syakia kembali ke Kuil Bulani, Shanti buru-buru menemuinya. Shanti yang biasanya bertampang serius terlihat sangat khawatir saat ini.“Sahana, kenapa kamu harus pergi ke Kalika? Bukannya semua upacara permohonan hujan dulu dilakukan di ibu kota?” tanya Shanti. Pertanyaan ini sama persis dengan yang dilontarkan Adika sebelumnya.Syakia pun tersenyum dan menggenggam tangan Shanti. “Yang Mulia Kaisar sudah menjelaskannya. Kekeringan di Kalika kali ini sangat serius. Dengan pergi ke Kalika, hati rakyat baru bisa benar-benar ditenangkan. Tapi Guru nggak perlu khawatir, Yang Mulia Kaisar sudah mengutus Pangeran Adika untuk melindungiku ke sana secara pribadi. Aku nggak akan
Dalam perjalanan pulang, Syakia bersandar pada punggung Hala dan memeluknya dengan erat. Kedua orang itu tidak mengucapkan sepatah kata pun mengenai rahasia tadi. Yang satu telah mengungkapkan rahasianya, sedangkan yang satu lagi membantunya menyimpan rahasia itu.Saat tiba di Kuil Bulani, langit sudah terang. Syakia pun tidak lagi tidur, melainkan hanya minum seteguk air spiritual dari ruang giok untuk menyegarkan diri. Sebelum Adika tiba, dia memanggil Hala keluar lagi. Sebab, ada hal penting yang harus diserahkannya pada Hala.“Hala, kamu seharusnya sudah pernah ketemu sama pengawal rahasia Adipati Damar. Kamu rasa kamu bisa menghadapinya?”Hala mengangguk. “Bisa.”“Baguslah kalau begitu. Setelah aku dan Pangeran Adika pergi sehari, bantulah aku menculik seseorang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.”“Baik.” Hala bahkan tidak bertanya siapa dan langsung menyetujuinya.Syakia pun tertawa. “Kamu sudah sering ketemu sama orangnya. Yang kumaksud itu Ayu. Sekarang, dia seharusnya c
Abista benar-benar merasa cemas dan mengkhawatirkan Syakia yang akan pergi ke Kalika. Namun, dia juga selalu terlalu meremehkan tekad Syakia.“Tuan Abista nggak perlu ngomong lagi. Aku sendiri yang bersedia pergi ke Kalika dan harus pergi ke sana. Nggak akan ada yang bisa mengubah keputusanku.”“Syakia, kamu sudah gila?” Tidak peduli itu dulu maupun sekarang, Abista benar-benar tidak dapat memahami pemikiran Syakia.“Kenapa kamu harus pergi ke tempat yang begitu berbahaya? Dulu, Kakak juga selalu membujukmu, tapi kamu nggak pernah mau dengar bujukan Kakak. Kamu nggak bersedia pulang, juga nggak mau ubah keputusanmu!”“Kamu itu memang putri suci, tapi kamu juga cuma bisa hidup di kuil. Sudah cukup kamu harus jalani kehidupan biksuni yang begitu sulit. Sekarang, masalah ini berkaitan dengan hidup dan mati. Apa kamu tahu betapa kacaunya Kalika saat ini? Syakia, jangan keras kepala lagi. Ikutlah Kakak pulang ke rumah!”Abista tidak ingin Syakia pergi ke Kalika dan berusaha untuk membujukny
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar