Kama berjalan menuruni gunung, lalu pergi ke sebuah desa yang berjarak lebih dekat dengan kaki Gunung Selatan. Dia menukar pakaian mewah yang dikenakannya dengan dua setel pakaian sederhana yang terbuat dari kain linen dan uang.Desa di luar ibu kota tidak terlalu besar, tetapi juga tidak termasuk kecil. Beberapa orang yang dapat menilai barang tentu saja bersedia melakukan barter dengan Kama. Setelah itu, Kama menggunakan uang yang dimilikinya untuk membeli sepetak kecil tanah di kaki gunung. Dia akan mulai membangun rumah di tempat ini untuk menjalankan tujuannya, yaitu mengikuti dan melindungi Syakia....“Dia benar-benar mau bangun rumah di kaki gunung?”Setelah mendengar kabar itu, Syakia pun mengerutkan keningnya.“Iya. Aku juga cuma asal ngomong. Tak disangka, dia benar-benar mulai melakukan semuanya sesuai yang kukatakan,” jawab Shanti dengan tidak berdaya.Syakia pun menggigit bibirnya. Dia tidak suka mendengar kata-kata yang bersangkutan dengan “demi dia”, terutama tentang K
Syakia tidak menyangka Hala akan keluar untuk menghiburnya. Kali ini, dia tersenyum tulus dan menjawab, “Makasih, Hala. Aku sangat membutuhkannya.”Hala menemani Syakia berjalan ke tepi sungai, lalu mereka berdua duduk di atas batu.Syakia menatap sungai itu dalam diam untuk sekian lama. Kemudian, dia baru berkata, “Hala, kamu itu pengawal rahasia yang dilatih keluarga kerajaan. Suatu hari nanti, kamu mungkin akan diutus untuk melindungi orang lain. Tapi, kalau di hari itu, aku menyuruhmu untuk jangan pergi dan lanjut melindungiku seorang, apa kamu akan merasa aku egois?”Syakia khawatir Hala berpikir kejauhan. Setelah menanyakan pertanyaan itu, dia buru-buru menjelaskan, “Aku bukan benar-benar akan melarangmu pergi. Hanya saja, hari ini ....”“Aku berharap itu benar.” Sebelum Syakia menyelesaikan kata-katanya, Hala tiba-tiba menunjukkan sisi kuatnya dan menatap Syakia dengan tegas.“Sahana, meski aku ini pengawal rahasia yang dilatih keluarga kerajaan, keyakinan kami adalah, setia han
Setelah berputar sekali, Adika baru meletakkan Syakia kembali ke lantai. Dia juga sengaja memilih sebuah batu besar yang rata supaya Syakia bisa berdiri dengan seimbang.Syakia yang terkejut, tetapi tidak terluka pun menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia berkata, “Untung ada Pangeran. Kalau nggak, aku benar-benar akan ketimpa sial.”Setelah hujan gerimis kemarin, cuaca hari ini mulai terasa agak dingin. Jika Syakia jatuh ke sungai di cuaca seperti ini, dia seharusnya akan sakit.Adika menyentil dahi Syakia dengan pelan dan berujar, “Siapa suruh kamu begitu nggak hati-hati. Kamu jelas-jelas tahu dirimu nggak sanggup angkat air sebanyak itu, tapi malah mengisi embermu sampai begitu penuh.”Kali ini, untuk saja ada Adika. Bagaimana jika tidak ada Adika lain kali?Syakia mengelus dahinya, tetapi tidak mengatakan bahwa dirinya begitu tidak hati-hati karena Adika.“Sudah, berikan embermu padaku. Kamu duduk saja di samping.”Adika menyingsing lengan baju dan celananya, lalu mengambil ember kay
Jarang-jarang seorang Pangeran Pemangku Kaisar berbicara dengan terbata-bata. Jika sekelompok bawahan Adika itu melihat keadaannya sekarang, mereka pasti akan tercengang. Untungnya, dia hanya menunjukkan sisi seperti ini di depan Syakia.Kemudian, Adika berbaring di samping Syakia. Entah kenapa, hatinya terasa berbunga-bunga. Ketika mendengar orang yang disukainya membacakan sutra dengan serius untuk menenangkannya, dia merasa dirinya seperti sedang ditidurkan oleh istrinya. Adika yang merasa sangat bahagia pun mulai mengesampingkan semua beban pikirannya dan perlahan-lahan memasuki keadaan rileks. Seiring dengan napas Adika yang mulai teratur, Syakia juga mengecilkan suaranya. Perlahan-lahan, yang tersisa hanyalah suara air sungai yang mengalir dan angin yang bertiup sepoi-sepoi.Syakia yang entah kenapa tiba-tiba merasa agak mengantuk pun mengusap matanya. Kemudian, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Setelah Hala kembali, Hala pasti akan membangunkannya.Setelah berpikir be
Saat ini, Syakia jauh lebih khawatir daripada Adika. Bagaimanapun juga, sudut bibir Adika berdarah dan wajahnya juga bengkak. Jika wajah yang sempurna itu rusak akibat dirinya, Syakia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.“Aku akan pergi ambilkan obat untukmu. Lukamu harus segera diobati. Nggak boleh sampai tertinggal bekas di wajahmu.”Syakia pun berbalik dan hendak kembali ke tempat tinggalnya. Namun, Hala tiba-tiba muncul di hadapannya.“Hala? Akhirnya kamu kembali juga. Kenapa kamu pergi selama itu?”Hala berjalan cepat ke depan Syakia dan berkata, “Sahana, ayo ikut bersamaku! Ada orang dari istana yang datang ke Kuil Bulani.”“Orang dari istana?” Syakia mengangkat alisnya, lalu berbalik ke arah Adika.Melihat Adika yang juga mengernyit, Syakia tahu bahwa Adika juga tidak mengetahui hal ini. Dia juga sudah pasti tidak sempat pergi mengambil obat lagi.Syakia buru-buru kembali ke Kuil Bulani. Ketika tiba di luar kuil, dia melihat Shanti dan orang lainnya sudah menunggu di luar
Pada saat yang sama, di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.Ayu yang telah dicambuk 50 kali tentu saja terluka parah. Punggungnya dipenuhi dengan luka yang mengerikan dan masih berdarah. Dalam dua hari terakhir, dia tidak berhenti menangis karena kesakitan.Setiap kali mengoles obat, Ayu akan merasa sangat kesakitan dan berharap bisa langsung pergi ke Kuil Bulani untuk mencabik-cabik Syakia. Dengan begitu, Syakia baru bisa merasakan penderitaannya.Setelah melewati dua hari ini dengan penuh penderitaan, Ayu yang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur pun mendengar sebuah kabar buruk dari dayangnya.Dayang baru Ayu bernama Ratih. Mengenai Ainur, dia sudah menghilang dua hari yang lalu. Orang yang bertindak tentu saja adalah Damar.Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang luas, membuat seorang dayang menghilang tanpa diketahui siapa pun merupakan hal yang sangat mudah. Namun, cara ini sudah membuat Ayu takut. Sebab, dia tahu bahwa ini merupakan peringatan dari ayahnya. Jika tidak,
Putri kedua Menteri Sekretariat adalah anak yang dilahirkan oleh selirnya. Namanya Laras Panjalu. Beberapa tahun lalu, Laras pernah menolong Syakia yang tenggelam. Sejak saat itu, Syakia pun menganggap Laras sebagai teman baik. Syakia bahkan memperkenalkan Laras kepada teman terbaik Syakia, yaitu Cempaka Sumarno, putri seorang filsafat terkemuka di kerajaan ini.Berhubung merasa berterima kasih pada Laras, Syakia dan Cempaka selalu memperlakukan Laras dengan baik. Mereka tahu dia hanyalah anak seorang selir dan tidak mendapat kasih sayang ibu, juga ditindas saudaranya yang lain. Jadi, mereka sengaja pergi ke rumah Laras untuk mendukungnya.Ketika mengetahui uang jajan Laras yang sedikit, Syakia dan Cempaka akan selalu menyisakan makanan dan minuman yang enak untuknya. Mereka juga selalu membawanya pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan.Syakia juga tahu Laras tidak akan bisa membuat keputusan atas pernikahannya. Jadi, Syakia pun meminta Damar untuk mencarikan mak comblang yang terke
Ayu langsung memelototi Laras dan berseru, “Omong kosong apa itu! Dari mana kamu tahu hal ini?”Laras mencibir, “Sekarang, semua orang di ibu kota sudah tahu. Kamu meracuni kakakmu dan dihukum dengan dicambuk 50 kali oleh Adipati Pelindung Kerajaan. Dengar-dengar, kamu juga akan dikurung dalam rumah selama 3 bulan supaya kamu bisa renungkan kesalahanmu.”“Kamu ....”Ayu langsung murka. Sialan! Bukankah ayahnya sudah memberi perintah untuk tidak menyebarkan hal ini kepada siapa pun? Apa ini ulah Syakia? Wanita jalang itu memang menyebalkan! Beraninya dia merusak reputasinya!Sayangnya, ini semua bukan ulah Syakia. Pada saat itu, ada begitu banyak orang yang berada di lokasi. Damar mungkin dapat mengendalikan bawahannya, tetapi tidak akan bisa mengendalikan Adika dan orang-orang yang dibawa datang Adika.Hanya dengan satu isyarat mata, para prajurit itu sudah mengerti apa maksudnya. Memangnya kenapa jika mereka keceplosan ketika minum terlalu banyak? Memangnya kenapa apabila mereka “tida
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar