“Bukannya itu Syakia Angkola, putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan?”“Iya, itu dia. Tapi, dia sudah bukan putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan lagi, melainkan putri suci yang dinobatkan Yang Mulia Kaisar secara pribadi.”“Putri suci apanya. Dia itu cuma seorang biksuni.”“Kecilkan suaramu. Meski cuma biksuni, dia juga biksuni yang nggak bisa kita singgung.”“Entah apa yang dipikirkan Yang Mulia Kaisar waktu nobatkan gadis sejahat itu jadi putri suci.”“Aku rasa nggak ada salahnya. Setidaknya, di upacara doa sebelumnya, dia melakukan segalanya dengan cukup bagus.”“Apanya yang cukup bagus? Cuma wajahnya saja yang cantik. Kalau mau ngomong soal baik hati, Syakia sama sekali nggak bisa dibandingkan sama adik perempuannya itu.”“Ckck, menobatkan orang sepertinya jadi Putri Suci Pembawa Berkah benar-benar sial. Benar nggak, Abdi?”Orang yang berbicara itu menjulurkan kepalanya dari dalam kereta kuda. Dia menatap ke arah kelompok Syakia dengan ekspresi mengejek. Namun, pada saat ini, s
“Siapa?” Abdi memutar otak sejenak, lalu membelalak dan berkata, “Jangan bilang itu ulah Panji?”“Benar! Itu memang ulahnya! Dengar-dengar, dia yang sudah mencuri, tapi nggak berani ngaku dan malah mengambinghitamkan Syakia!” Pemuda itu berdecak beberapa kali sebelum melanjutkan, “Awalnya, aku nggak percaya. Tapi, kalau dinilai dari situasi sekarang, sepertinya rumor itu benar.”Baru saja pemuda itu selesai berbicara, terdengar makian dari kereta kuda di sampingnya.“Panji benar-benar berengsek!”Dulu, Abdi sering bergaul dengan Panji dan mengira dirinya lumayan memahami Panji. Namun, setelah mendengar ucapan Panji di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan waktu itu, dia pun memiliki pemahaman baru terhadap Panji.Meskipun begitu, Abdi tetap tidak menyangka bahwa Panji bahkan tega melakukan hal seperti mencelakai mantan tunangannya. Meskipun pernikahan mereka sudah dibatalkan, Panji dan Syakia tetap adalah teman semasa kecil yang tumbuh besar bersama. Selain menghina orang, dia juga ingin
Syakia sudah dapat menebak bahwa Damar pasti akan mencarinya hari ini. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa ayahnya yang selalu tenang itu juga bisa secemas ini. Begitu tiba di istana, ayahnya sudah langsung mencarinya.Shanti langsung melirik Syakia dan bertanya, “Apa perlu Guru yang hadapi dia?”“Aku tahu apa tujuannya mencariku. Guru nggak usah repot-repot,” jawab Syakia sambil tersenyum.“Oke. Kamu cuma perlu ingat apa yang Guru katakan padamu sebelumnya.”Syakia mengangguk, lalu mengikuti dayang istana berjalan keluar.Damar sedang menunggu di sebuah sudut yang tidak jauh dari aula samping. Begitu melihat Syakia keluar, dia juga tidak bergerak dan hanya menunggu Syakia berjalan mendekat. Sayangnya, Syakia tidak berjalan menghampirinya. Setelah melirik lokasi Damar, Syakia pun berhenti di luar pintu aula samping dan bertanya dari kejauhan, “Kalau Adipati Damar mau menemuiku, kenapa nggak berjalan mendekat?”Setelah mendengar ucapan itu, Damar merasa agak terkejut. Dia tidak menya
Apa pun yang Syakia inginkan, dia dapat memintanya sendiri.Damar menatap sosok Syakia yang menghilang di balik pintu aula, lalu berdiri di tempat untuk sejenak sebelum meninggalkan tempat ini. Ketika tiba di sudut sebelumnya, pengawal rahasia yang bersembunyi itu akhirnya menunjukkan diri.“Tuan.”Damar mengangkat tangannya dan berkata, “Nggak usah awasi tempat ini lagi. Pergilah ke Kuil Bulani sekarang juga, lalu periksa tempat tinggal Syakia dan Shanti untuk cari obat penawarnya.”“Baik.”Setelah pengawal rahasia itu pergi, Damar terkekeh dan bergumam dengan suara rendah, “Anggreni, putrimu benar-benar kejam dan nggak berperasaan, sama sepertimu. Tapi, mau membuatku menunduk? Nggak segampang itu.”Terlebih lagi, Damar merasa Syakia tidak lebih dari seorang putri durhaka. Setelahnya, dia pun mengibaskan lengan jubahnya dan meninggalkan tempat ini.Begitu Damar pergi, Hala pun menyampaikan apa yang didengarnya kepada Syakia.Syakia mencibir, “Ternyata dia memang nggak berniat untuk ne
Begitu berbicara, Ayu berhasil menarik perhatian semua orang dalam aula. Anehnya, tatapan semua orang yang ingin menonton pertunjukan jatuh pada Syakia. Bagaimanapun juga, orang yang diperbincangkan semua orang di ibu kota beberapa waktu lalu sedang berada tepat di hadapan mereka.Ayu memegang cawan anggurnya dan berjalan mendekat. “Kakak sudah tinggalkan rumah 2 bulan lebih dan pasti rindu sama kami, ‘kan?”Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Sayangnya, sama sekali nggak.”Ayu langsung tertawa, lalu sengaja duduk di samping Syakia. Dia mengejek dengan suara rendah, “Kak, jangan begitu keras kepala. Lihat saja, nggak lama setelah kamu pergi, Keluarga Angkola sudah sepenuhnya jadi milikku. Sekarang, cuma aku satu-satunya putri Ayah dan adik para kakak.”“Dulu, aku sangat berharap kamu bisa cepat-cepat keluar dari Keluarga Angkola dan jangan menggangguku lagi. Sayangnya, kamu begitu nggak peka dulunya. Sampai 2 bulan lalu, kamu baru tiba-tiba jadi pintar.” Ayu tiba-tiba menunjukkan e
Terlebih lagi, setelah berbicara, Syakia juga mengangkat alisnya dengan penuh tantangan dan menatap Ayu dengan tatapan merendahkan. Dia seolah-olah sedang membalas tantangan Ayu saat Ayu bersulang dengannya tadi.“Syakia, cukup!”Baru saja anggota Keluarga Angkola hendak berbicara, ada orang yang bergerak jauh lebih cepat dari mereka. Sebagai pelindung pertama Ayu, Panji langsung memelototi Syakia dan berseru, “Jangan kira kamu boleh asal menghina Ayu mentang-mentang kamu sudah jadi putri suci! Selama ada aku, jangan harap kamu bisa menindasnya!”Namun, baru saja Panji selesai berbicara, orang yang duduk di belakangnya tiba-tiba melingkarkan tangannya di leher Panji.Abdi berujar dengan tampang mengejek, “Panji, orang lagi ngobrol. Apa urusannya itu denganmu?” Sebelum pesta ini dimulai, Abdi tidak menemukan Panji. Dia pun berencana untuk menghadapi Panji setelah pesta berakhir. Tak disangka, sebelum pesta berakhir, seseorang sudah tidak sabar untuk membuat masalah.Abdi tentu saja mel
“Ya Tuhan, kenapa bisa begini?”“Sudah kubilang ada yang aneh di hari ulang tahun Syakia tahun ini. Ternyata itu memang bukan hari ulang tahunnya!”“Jadi, itu hari ulang tahun siapa?”“Adipati Damar cuma punya 2 putri. Memangnya siapa lagi kalau bukan putri yang satunya lagi?”“Hk! Aku merasa seperti sudah menyadari sebuah rahasia mengejutkan!”“Hehe, ternyata yang kakak bukan kakak, yang adik bukan adik. Pertunjukan dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan ini benar-benar menarik!”“Hah? Tunggu! Apa maksudnya? Kok aku nggak ngerti?”Ada orang yang masih belum mengerti dan buru-buru mencari tahu. Sementara itu, orang yang sudah memahami apa yang terjadi malah berpura-pura misterius dan tidak mengungkapkannya, tetapi tidak berhenti melirik Damar.Oleh karena itu, ekspresi Damar bertambah suram. Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Kahar, lalu mencengkeram lengannya. Kahar pun terhuyung-huyung sejenak. Ketika Kahar menoleh, Damar tentu saja menyadari tatapannya yang kosong.“Hebat,
Meskipun begitu, Damar tetap terlihat tenang.“Buat apa kamu begitu panik? Duduk dulu.”Di bawah tekanan dari tatapan Damar, Ayu hanya bisa menekan rasa paniknya dan buru-buru duduk kembali.Setelahnya, Damar terlebih dahulu menyerahkan Kahar kepada Abista dan berkata, “Kahar kurang enak badan. Abista, kamu bawa saja dulu dia pulang. Jangan biarkan dia keluyuran di luar.”Meskipun merasa agak bingung, Abista tetap menuruti ucapan ayahnya. “Baik, Ayah.”Setelah Abista membawa Kahar pergi, Damar baru berkata pada Ayu dengan tenang, “Sebelum ada bukti nyata, semua itu hanya tebakan yang nggak berbobot. Tenangkan dirimu. Dengan begitu, kamu baru nggak akan terpengaruh orang lain.”Ayu seketika mengerti. Benar juga, memangnya kenapa meskipun Syakia mengungkapkan hari ulang tahunnya? Selama tidak ada bukti nyata, dia tetap adalah putri asuh Adipati Pelindung Kerajaan. Namun, mana mungkin Ayu rela hanya dengan menjadi putri asuh?Ayu menggertakkan gigi, lalu diam-diam memelototi Syakia. Ini s
Alhasil, sebelum Syakia menyelesaikan kata-katanya, Kingston sudah terlebih dahulu tertawa dan menyela, “Ayu? Baik hati dan polos? Hahaha! Itu benar-benar lelucon terlucu di dunia!”Kingston tertawa terbahak-bahak sambil memaki, “Dia itu cuma seorang penipu yang menipu semua orang. Dia dan ibunya yang terkutuk itu sudah mempermainkan kita semua habis-habisan!”Syakia hanya menatap Kingston. Setelah Kingston selesai mengumpat, dia baru berkata dengan acuh tak acuh, “Kalau kamu berani menyela ucapanku lagi, jangan salahkan aku lanjut menyiksa seranggamu.”Syakia tidak lupa menunjuk ke arah ember kayu.Kingston langsung diam dan berkata, “Baik, baik. Kamu lanjutkan saja apa yang mau kamu katakan.”Saat ini, minat Syakia sudah agak berkurang. Dia berujar dengan nada datar, “Kamu yang suruh serangga kecil itu untuk meracuniku. Gara-gara dia, aku harus membuang banyak darahku.”Selain itu, serangga kecil ini juga meminum air spiritual dalam ruang giok Syakia. Sekarang, Syakia hanya ingin men
“Ugh! Ugh ... ugh ....”Seiring dengan makin lama kelabang beracun itu berada dalam dasar ember, Kingston yang diikat ke tiang mulai meronta. Wajahnya terlihat sangat merah dan dia terlihat seperti tidak dapat bernapas. Sepasang matanya membelalak dan ekspresinya mulai terdistorsi. Ini bagaikan yang hampir mati tenggelam bukan hanya Pojun, tetapi juga Kingston. “Jadi, kalau kelabang beracun ini dibunuh, ada kemungkinan bahwa Kingston juga akan mati atau terluka parah?”Syakia merasa kemungkinan Kingston akan terluka parah lebih besar. Bagaimanapun juga, apabila kelabang beracun ini benar-benar terhubung dengan nyawa Kingston, Kingston tidak mungkin membiarkannya keluar secara asal. Namun, dinilai dari keterikatan Kingston dengan serangga takdirnya, apabila Pojun tewas, pengaruhnya terhadap Kingston juga pasti tidaklah kecil.Setelah mengetahui jelas hal ini, Syakia mengulurkan tangannya untuk menuang air dalam ember supaya kelabang beracun itu bisa bernapas kembali. Begitu Pojun dise
Jika tidak, Kingston tidak mungkin mengejar sampai kemari hanya demi meminta serangga takdirnya. Kingston bahkan tidak bertanya tentang Ayu.Syakia tiba-tiba merasa agak penasaran. Apakah kelabang beracun ini akan mematuhi kata-katanya ketika berada di depan Kingston?Setelah memikirkannya, Syakia memutuskan untuk mengujinya.“Nak, ayo jalan! Kita temui majikanmu itu.”Tidak lama kemudian, Syakia membawa kelabang beracun itu pergi ke dapur. Begitu masuk, dia menyadari bahwa Hala sudah mengikat Kingston ke sebuah tiang.Setelah Syakia membawa kelabang beracun itu masuk ke dapur, Kingston yang kesadarannya sudah hampir pulih itu tiba-tiba merasakan sesuatu dan berseru, “Pojun? Pojun! Cepat kemari, Pojun!”“Ternyata namamu Pojun?” Syakia menaruh kelabang beracun berwarna hitam mengkilap itu ke lantai dengan saputangan. Setelah itu, Kingston yang kepalanya masih terasa pusing segera memanggil serangga takdirnya, “Pojun ... cepat kemari. Aku ada di sini .... Cepat tolong aku.”Saat ini, Ki
“Tentu saja waktu ... kamu menginjakkan kaki ke tempatku ini.”Syakia tersenyum, lalu menatap ke arah sepetak ladang obat di sisi lain halamannya. Di sana, terdapat semacam tanaman beracun yang dapat membuat orang berhalusinasi. Dengar-dengar, benih tanaman beracun ini sangat sulit untuk didapatkan. Namun, berhubung Syakia ingin mempelajari ilmu racun, dari berbagai macam bibit obat herbal yang dikumpulkan Adika untuknya kali ini, ada tambahan beberapa macam bibit dan tunas tanaman beracun. Tanaman beracun yang ditanam Syakia di ladang obatnya sekarang adalah yang sudah hampir berbunga. Hanya Adika juga yang dapat membelikan tanaman hampir berbunga yang sangat langka seperti ini dari pasaran.Awalnya, Syakia mengira Kingston yang dari tadi berdiri di luar pintu sudah mengenali tanaman beracun itu. Tak disangka, dia malah berinisiatif untuk berjalan masuk. Sangat jelas bahwa meskipun dia dapat menggunakan racun, pemahamannya terhadap tanaman beracun masih tidak begitu luas. Jika tidak
Ketika pergi mengambil sumpit, Syakia tidak lupa berseru pada Hala dan Kingston, “Jangan bertarung lagi. Ayo makan dulu.”Hala seketika berhenti bertarung dan langsung pergi ke sisi Syakia. Sementara itu, Kingston yang hampir berhasil memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan malah kehilangan momentum.Berhubung tidak ada yang bertarung dengannya lagi, Kingston mau tak mau berjalan ke arah meja batu, lalu berdiri di sana dengan agak canggung dan melirik mie yang berlebih itu.“Ternyata seorang putri suci juga bisa masakkan mie untuk orang lain? Jangan-jangan, seporsi mie lebihan ini untukku?”Syakia menyantap mienya sendiri dan menjawab tanpa mendongak, “Bukan, itu punya Hala. Porsi makannya banyak.”Hala mengangguk. “Emm.”Kingston langsung melebarkan matanya dan memelototi Hala dengan tidak percaya. “Mana mungkin kamu bisa makan 2 porsi mie yang begitu banyak! Aku nggak peduli. Lagian, sumpitnya juga ada 3 pasang. Mana mungkin mie ini bukan punyaku!”Kingston langsung dudu
“Serangga takdir?” Syakia sedang sibuk bercocok tanam dan bahkan sudah berkeringat deras. Begitu mendengar suara itu, dia pun menoleh dan berkomentar, “Oh, rupanya kamu.”Seusai melontarkan kata-kata itu, Syakia lanjut bercocok tanam, seolah-olah hendak mengabaikan Kingston.Melihat Syakia yang sama sekali tidak takut padanya, Kingston sontak merasa murka. “Beri tahu aku! Di mana serangga takdirku! Di mana kamu menyembunyikannya!”Syakia paling benci ada orang yang mengganggunya ketika dia sedang bekerja. Dia pun mendongak, lalu memelototi Kingston dengan kesal.“Maksudmu, kelabang besar itu? Aku memang menyimpannya, tapi atas dasar apa aku harus mengembalikannya padamu?” Syakia memegang cangkulnya sambil mencibir, “Aku hampir digigit kelabang beracunmu itu. Sekarang, kamu malah berani muncul di hadapanku lagi? Kamu nggak takut aku suruh orang datang membunuhmu?”“Kamu nggak akan berani.” Kingston mengangkat dagunya. Wajahnya yang eksotis menunjukkan ekspresi menghina ketika berkata, “
Bahkan Damar sekali pun juga membuat Anggreni melahirkan 5 anaknya. Pada akhirnya, Damar bahkan memiliki seorang putri haram.Setelah mendengar ucapan Joko, Ike tiba-tiba merasa bahwa memang dirinya yang salah. Meskipun tidak tahu apakah Joko benar-benar tidak menaruh perasaan pada Anggreni, Joko memang tidak pernah mengkhianatinya setelah mereka menikah.Berhubung sudah tidak dapat berdebat, Ike pun berkata dengan cemberut, “Kalau begitu, kenapa dulu kamu selalu menolakku waktu aku menunjukkan perasaanku? Pada akhirnya, kamu baru terima aku setelah Anggreni mencarimu. Entah apa juga yang dikatakannya.”“Dia nggak ngomong panjang lebar, cuma beberapa patah kata,” jawab Joko sambil menghela napas.Ike segera bertanya, “Apa yang dikatakannya?”“Aku sudah lupa.”Joko tidak ingin mengungkitnya. Dia selalu merasa Ike pasti akan ribut dengannya apabila dia mengungkapkannya. Namun, semakin Joko tidak mengatakannya, semakin gigih pula Ike. “Coba diingat, lalu kasih tahu aku! Apa sebenarnya ya
Setelah melontarkan kata-kata itu, Joko pun berbalik dan ingin kembali ke kamarnya. Namun, sikapnya malah membuat Ike marah.“Joko Darsuki, berhenti!” seru Ike dengan marah. Dia menatap Joko dengan penuh amarah dan ketidakrelaan sambil berkata, “Kamu begitu membela Syakia karena kamu masih belum melupakan Anggreni, ‘kan?”Ekspresi Joko langsung menjadi muram. Dia menoleh ke arah Ike dengan dingin dan menjawab, “Aku sudah ngomong berulang kali, aku dan Anggreni cuma teman masa kecil.”“Kalau kalian cuma teman masa kecil, kenapa kamu begitu melindungi gadis jalang itu? Bukannya karena dia itu putrinya Anggreni?” Ike sama sekali tidak percaya pada ucapan Joko dan lanjut berkata sambil menangis, “Lihat sikapmu padaku dan putra kita sekarang! Kamu masih berani bilang kamu sudah melupakannya? Kamu jelas-jelas masih memikirkannya, makanya kamu baru bersikap begitu baik terhadap putrinya!”“Huhuhu. Joko, kamu benar-benar nggak punya hati nurani! Kalau kamu nggak suka sama aku, kenapa kamu mau
“Nggak ada kesalahpahaman. Pelakunya pasti dia!” ujar Damar dengan ekspresi dingin. Namun, dia juga tidak bisa menjelaskan alasannya kepada Joko.Joko menggeleng. “Sudahlah, mau ada kesalahpahaman atau nggak, itu nggak ada hubungannya sama keluargaku. Hari ini, Yang Mulia Kaisar sengaja menyuruhku datang untuk menjengukmu yang mendadak sakit.”“Terima kasih atas perhatian Yang Mulia Kaisar.” Kemudian, Damar hanya berkata dengan acuh tak acuh, “Tapi, aku lagi punya banyak masalah belakangan ini. Jadi, aku nggak bisa menjamumu.”Joko tahu Damar sedang mengusirnya secara halus. Dia pun hanya mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Lagi pula, dia hanya menjalankan tugas yang diberikan Kaisar. Sekarang, apa pun yang terjadi pada keluarga Damar tidak ada hubungannya dengan keluarganya.Setelah berpikir begitu, Joko pun kembali ke rumahnya. Namun, baru saja tiba di rumah, dia mendengar tangisan histeris seseorang dari dalam."Ayu! Aku mau cari Ayu!" Panji merengek untuk keluar rumah. Sement