Share

Bab 42

Author: Lilia
Hidup dan mati, suka dan duka, menggenggam tanganmu .... Bukankah ini sumpah yang hanya diucapkan oleh pasangan yang saling mencintai?

Jantung Luis berdebar kencang. Benih perasaan yang disebut cinta itu telah berakar di hatinya dan mulai bertunas perlahan.

"Aku juga janji padamu, selama aku masih hidup, aku akan melindungimu dengan segenap hidupku."

"Pangeran ...." Mata Anggi tampak berkaca-kaca, entah karena uap panas dari bak mandi atau karena hatinya yang tersentuh.

Suaranya terdengar agak serak. "Sa ... saya kehilangan kendali barusan. Belum pernah ada yang mengatakan hal seperti ini pada saya sebelumnya."

Luis membuka mulut, tetapi tidak segera berbicara. Dia baru menyadari mata Anggi benar-benar berkaca-kaca karena perasaan haru.

Luis menggenggam tangan Anggi erat-erat, "Selama kamu nggak menganggapku menjijikkan, aku nggak akan mengecewakanmu."

"Saya nggak pernah menganggap Pangeran menjijikkan."

Satya memang tampan, tetapi lihatlah bagaimana dia dan Wulan menipunya. Mereka sud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 43

    Luis bertanya, "Kamu ... benar-benar sudah melupakan Putra Bangsawan Aneksasi?"Anggi tidak menyangka Luis tiba-tiba membahas tentang Satya. Dengan kemampuan Luis, tidak ada yang bisa disembunyikan.Bagaimanapun, sebelum menikah dengan Luis, hati Anggi memang sepenuhnya untuk Satya. Itu adalah fakta yang tidak bisa disangkal.Setelah mempertimbangkan sejenak, Anggi menjawab, "Sejak saya menikah dengan Pangeran, hidup saya menjadi milik keluarga kekaisaran."Sambil berbicara, dia terus mengoleskan salep ke tubuh Luis. "Yang Mulia, apa ada yang sakit?"Luis tersenyum dan menggeleng. "Sangat nyaman."Dia menggunakan kata-kata yang sama seperti sebelumnya. Bedanya, dulu Anggi mengatakan hidupnya adalah milik Luis."Pangeran nggak percaya pada saya?" tanya Anggi.Luis menjawab, "Aku percaya."Percaya pada tekadnya. Namun, dia tidak percaya Anggi benar-benar sudah tidak punya perasaan sedikit pun terhadap Satya.Sebab selama mereka bersama, Anggi tidak pernah secara langsung menyangkal bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 44

    "Maaf, aku nggak mempertimbangkan dengan baik tadi. Kita akan menunggu sampai Putri benar-benar siap." Setelah terdiam untuk waktu yang lama, Luis akhirnya berbicara dengan nada sedikit menyesal.Bagaimanapun, Anggi adalah penyelamatnya, juga adalah perempuan yang ingin dia temui selama ini. Bagaimana mungkin dia memaksanya?Dalam kegelapan, Luis mendengar Anggi menghela napas lega. Suara itu sangat halus, tetapi menusuk ke hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman dan sedikit terluka.Anggi memang tidak menolak, mengatakan akan bersamanya seumur hidup. Namun di dalam hatinya, pasti ada keterpaksaan, 'kan?Luis sudah siap untuk bersatu dengannya, tetapi sekarang semuanya harus ditahan. Hal ini sungguh menyiksanya."Putri, istirahatlah. Aku baru teringat ada urusan mendesak." Setelah berkata begitu, Luis memakai kembali pakaiannya, lalu mendorong kursi rodanya keluar.Anggi ingin bangkit untuk mengantarnya, tetapi Luis menolak. Kenapa begini? Bukankah dia sendiri yang ingin melakukannya?

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 45

    Sosok itu benar-benar tidak bisa diusir, membuatnya gila dan terobsesi.Keesokan harinya, Anggi keluar rumah bersama Mina dan Sura. Begitu mereka pergi, Naira langsung pergi ke ruang baca untuk melapor.Luis berkata, "Mulai sekarang, nggak perlu melaporkan lagi kalau Putri keluar rumah."Naira sedikit bingung, tetapi dia merasa ada makna tersembunyi dalam kata-kata itu.Apakah Pangeran sudah memercayai Putri? Kalau benar begitu, itu adalah kabar baik. Kini, kediaman ini sudah memiliki nyonya.Sejak kecil, Naira dan Mina dilatih sebagai pelayan kamar. Lantas, apakah mereka harus bersiap untuk melayani di ranjang juga?Naira tanpa sadar melirik Luis. Dulu, Luis adalah pria gagah dan memesona. Namun, sekarang wajahnya rusak. Meskipun begitu, Luis tetap tuan mereka. Dia dan Mina adalah miliknya."Baik, hamba mengerti." Naira bersiap untuk pergi, tetapi Luis menambahkan, "Kalau Putri sudah kembali, kabari aku.""Baik."Sementara itu, Anggi hanya membeli beberapa ramuan obat. Namun, tiba-tib

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 46

    "Kamu sudah menikah dengan Pangeran Selatan, lalu kenapa masih harus menyulitkan Wulan?"Satya membantu Wulan bangkit dari tanah. Mata penuh amarahnya menatap tajam ke arah Anggi, seolah-olah dia baru saja melakukan kejahatan yang luar biasa.Hah, selingkuhan ini datang cukup cepat! Anggi menarik napas dalam-dalam sambil menggulung lengan bajunya dan meregangkan sendi tangannya. Sebelum Satya dan Wulan sempat bereaksi, sebuah tamparan keras mendarat di wajah Wulan!Sebelum keduanya bisa memahami apa yang terjadi, satu tamparan lagi menyusul. Orang-orang di sekitar mulai berhenti dan memperhatikan kejadian ini.Wulan terdiam, seolah-olah otaknya berhenti bekerja. Wajahnya sontak memerah. Dengan air mata yang mengalir deras, dia bersandar pada Satya dan menangis semakin pilu."Kak ... kenapa kamu memukulku?"Satya menunjuk Anggi dengan ekspresi tidak percaya. "Aku benar-benar nggak nyangka kamu bisa sekasar ini. Kamu benar-benar membuatku kecewa!"Anggi tertawa dingin. Tatapannya pada Sa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 47

    Satya mengepalkan tinjunya. "Dasar nggak masuk akal!"Anggi tertawa dingin. "Dasar nggak tahu diri!"Satya murka, tetapi tidak bisa berkata-kata.Anggi benar-benar sudah tak tahu aturan! Berani-beraninya berbicara seperti itu padanya!Namun, memikirkan pertunangannya dengan Wulan yang sudah di depan mata, apa gunanya bertengkar dengan Anggi saat ini? Dia pasti terlalu emosi, makanya berdebat di jalan seperti ini."Putri, semua barang yang Anda minta sudah kami beli." Mina muncul pada saat yang tepat. Dia tidak ingin membiarkan Anggi berlama-lama di tempat ini dan terus berurusan dengan orang-orang kotor ini.Anggi mengangguk ringan dan mengiakan, lalu berjalan melewati Satya tanpa meliriknya sedikit pun. Angin berembus mengibarkan jubahnya, membuat punggungnya terlihat begitu teguh dan tanpa keraguan."Kak ...." Wulan menggigit bibirnya dengan penuh kebencian. Terutama saat melihat bagaimana Satya menatap Anggi, amarahnya semakin meluap.Anggi benar-benar sudah gila! Dulu dia tampak be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 48

    Wulan mengucapkan kalimat dengan makna ganda. Pertama, dia menyiratkan bahwa Anggi telah berpaling dan kini memiliki hubungan yang harmonis dengan Luis. Kedua, dia menegaskan bahwa memiliki keturunan hanyalah masalah waktu.Jika Luis punya anak, apakah kedudukan tertinggi itu masih bisa jatuh ke tangan Keluarga Pangeran Aneksasi?Ekspresi Satya yang semula santai menjadi agak berubah. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi Wulan melihat dengan jelas bagaimana tangannya terkepal dan kilatan suram melintas di matanya.Sejak Luis cacat dan wajahnya hancur, Wulan sudah menduga bahwa Keluarga Pangeran Aneksasi tidak akan melepaskan kesempatan untuk merebut posisi itu.Ketika Dariani mengatur pernikahan dan memerintahkan Wulan menikahi Luis, Satya dan semua orang sepakat membiarkan Anggi menggantikan dirinya.Dengan perasaan cinta Anggi yang begitu besar terhadap Satya, ditambah provokasi yang diatur Wulan, seharusnya Anggi akan kabur dari pernikahan!Jika itu terjadi, berita tentang Luis yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 49

    Satya menggenggam tangan gadis itu, lalu menariknya ke dadanya dan menunduk untuk mencium bibirnya. Awalnya hanya ciuman ringan, tetapi kemudian dia tidak bisa menahan diri lagi.Wulan setengah menolak, setengah menerima. Sesekali dia tampak terpaksa, sesekali dia bersikap manja. "Kak, kamu benar-benar akan menikahiku?""Tentu saja, kita akan segera bertunangan.""Aku mencintaimu, Kak. Seumur hidup, aku cuma akan mencintaimu. Kamu nggak boleh membuatku kecewa ya. Kalau nggak, aku mau mati saja.""Aku bersumpah, aku nggak akan mengecewakanmu."Bagaimanapun, Wulan adalah gadis yang lahir dengan awan keberuntungan menyelimuti langit. Pendeta agung pernah berkata bahwa dia adalah wanita yang akan membawa kemuliaan.Hatinya baik, keterampilan medisnya luar biasa, dan dia ditakdirkan menjadi permaisuri. Bagaimana mungkin Satya akan mengecewakannya?Bahkan sebelum ucapan itu dilontarkan, pakaian telah berserakan di lantai. Terdengar suara gemeresik bercampur dengan suara yang tidak bisa dides

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 50

    "Saya ...." Anggi membuka mulutnya, lalu menyahut dengan yakin, "Ya, saya juga percaya manusia bisa mengubah nasibnya."Bukankah dia masih hidup dengan baik hingga sekarang? Luis juga harus bertahan hidup!Mata keduanya bertemu, lalu Anggi sedikit membungkuk. "Saya percaya Pangeran barulah penguasa sejati."Penguasa sejati!Tatapan Luis sedikit meredup. Wanita di depannya ini benar-benar berani. Andai saja wajahnya tidak rusak dan tubuhnya tidak cacat, maka perkataannya tentu tidak akan keliru."Pangeran ...." Anggi tampak ragu sebelum berucap dengan pelan, "Maksud saya, Pangeran adalah penguasa saya. Saya milik Pangeran.""Penguasamu?""Ya."Luis menggumamkan kata itu dua kali. Sejak Anggi menikah dengannya dan masuk ke kediaman ini, Luis belum pernah menemukan niat tersembunyi di balik tindak-tanduknya.Anggi tampak tidak pernah peduli dengan urusan negara. Namun, barusan dia berkata bahwa Luis adalah penguasa sejati. Apa itu berarti ia menginginkan posisi permaisuri? Ekspresi Luis t

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 100

    Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 99

    Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 98

    Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 97

    Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 96

    "Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 95

    Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 94

    "Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 93

    Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 92

    Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status