"Saya ...." Anggi membuka mulutnya, lalu menyahut dengan yakin, "Ya, saya juga percaya manusia bisa mengubah nasibnya."Bukankah dia masih hidup dengan baik hingga sekarang? Luis juga harus bertahan hidup!Mata keduanya bertemu, lalu Anggi sedikit membungkuk. "Saya percaya Pangeran barulah penguasa sejati."Penguasa sejati!Tatapan Luis sedikit meredup. Wanita di depannya ini benar-benar berani. Andai saja wajahnya tidak rusak dan tubuhnya tidak cacat, maka perkataannya tentu tidak akan keliru."Pangeran ...." Anggi tampak ragu sebelum berucap dengan pelan, "Maksud saya, Pangeran adalah penguasa saya. Saya milik Pangeran.""Penguasamu?""Ya."Luis menggumamkan kata itu dua kali. Sejak Anggi menikah dengannya dan masuk ke kediaman ini, Luis belum pernah menemukan niat tersembunyi di balik tindak-tanduknya.Anggi tampak tidak pernah peduli dengan urusan negara. Namun, barusan dia berkata bahwa Luis adalah penguasa sejati. Apa itu berarti ia menginginkan posisi permaisuri? Ekspresi Luis t
Luis adalah seorang pangeran. Kenapa masih harus menanyakan pendapatnya?Luis berkata, "Beberapa hari lagi mereka akan tunangan. Apa kamu berharap mereka menikah?"Nada bicaranya begitu santai, seolah-olah hanya sedang menanyakan apakah seseorang sudah makan atau belum.Anggi tentu tahu siapa orang yang dimaksud. Orang-orang itu tidak lain adalah Satya dan Wulan.Namun, bagaimana dia harus menjawab? Kedua orang itu sangat menjijikkan. Jika mereka menikah, bukankah alur cerita akan berjalan sesuai dengan buku asli?Jadi ... Anggi menatap Luis dan menyahut dengan tegas, "Pangeran, saya nggak ingin mereka menikah." Dia berjeda sebelum meneruskan, "Apa Pangeran bisa menghentikan pernikahan mereka?"Tuk .... Bidak hitam yang dipegang oleh Luis jatuh ke papan catur, mengacaukan permainan."Pangeran ...." Anggi terkejut. Apa dia baru saja mengatakan sesuatu yang salah? Apa Luis mengira dia masih mencintai Satya sehingga tidak ingin mereka menikah?Setelah memikirkan itu, Anggi segera bangkit
"Hm." Luis tidak bisa mengucapkan hal lain lagi. Tenggorokannya seolah-olah tersumbat oleh sesuatu, bahkan berbicara saja membuatnya merasa aneh.Beberapa saat kemudian, sepasang tangan lembut mulai membuka pakaiannya. Namun, Luis langsung mencengkeram tangan itu."Pangeran, ada apa?" Anggi menatap tangan yang menggenggamnya. Jari-jarinya panjang dan pucat, tetapi urat-uratnya menonjol, tampak kuat."Bekas luka di tubuh nggak usah diobati.""Tapi, bukannya sebelumnya Pangeran juga mengoles obat? Kalau mau sembuh, lebih baik diobati."Luis menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu nggak suka bekas luka ini?"Begitu pertanyaan itu dilontarkan, Luis merasa dirinya sudah gila. Mana ada wanita yang menyukai bekas luka yang begitu menyeramkan. Sebelum Anggi menjawab, Luis melepaskan genggamannya. "Ya sudah, terserah kamu saja.""Pangeran, apa saya membuatmu marah?" Anggi merasa ada yang aneh dengan Luis. Ada sesuatu yang janggal dari sikapnya. Namun, dia tidak tahu apa itu."Jangan pikir
Yang satu pura-pura tidak terjadi apa-apa, yang satu lagi pura-pura tidak mendengar.Setengah jam kemudian, akhirnya selesai juga. Luis telah berbaring di atas ranjang, sementara Anggi hendak memadamkan lilin. Namun, suara Luis menahannya. "Naik ke ranjang dulu."Anggi tahu kemampuan Luis. Dia pun menurut, lalu melihat pria itu mengayunkan tangan. Seketika, semua lilin langsung padam.Sambil berbaring di tempatnya, Anggi diam-diam melirik ke arah Luis. Di tengah kegelapan, pria itu berbaring lurus, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Anggi berusaha mengingat semua hal yang pernah ditulis dalam buku mengenai Luis, tetapi sayang, ingatannya terlalu sedikit.Seperti tentang bagaimana dia melarikan diri dari pernikahan, dipatahkan tangan dan kakinya, lalu dibuang ke depan pintu kediaman Keluarga Suharjo hingga akhirnya mati kedinginan di musim dingin.Luis adalah satu-satunya tokoh antagonis dalam kisah ini, tetapi kenapa setelah itu dia tidak pernah menikah lagi?Jika dia menikah dan
"Putri ...." Luis mencengkeram tangannya. "Aku akan menepati janjiku padamu."Janji? Apakah yang dimaksud adalah setelah wajahnya pulih, Luis akan tersenyum untuknya seperti yang diminta?Anggi mendekat ke arahnya. "Saya berterima kasih, Pangeran."Luis menelan ludah beberapa kali. "Nggak perlu bicara seperti itu."Dia merasa tubuhnya semakin panas. Kemudian, dia mengangkat sedikit selimutnya. " Putri, kamu istirahat saja." Tolong jangan menyiksanya lagi! Dia merasa dirinya akan meledak.Anggi terdiam. "Pangeran nggak menyukai saya?"Luis tersenyum pahit. Setelah tahu bahwa Anggi adalah gadis yang selama ini dia cari, dia tentu menyukainya ... sampai tidak ingin menikahi wanita lain lagi seumur hidupnya."Pangeran?" Kenapa Luis tersenyum pahit? Jangan-jangan dugaannya benar, Luis memang punya masalah itu?Tangannya sedikit bergetar, sementara dalam hati dia kembali mengecam penulis kisah ini. Luis dulunya adalah seorang putra mahkota yang gagah dan terhormat, seorang jenderal yang tak
Di luar kereta kuda, Sura juga memasang telinga. Sebagai seorang ahli bela diri, selama orang tidak sengaja menurunkan suara mereka, dia bisa mendengar semuanya.Lagi pula, dia sudah mengitari Jalan Damai yang ramai ini beberapa kali. Sebenarnya Putri ingin pergi ke mana?Sejak bereinkarnasi, untuk pertama kalinya Anggi merasa gelisah. Jika Luis memang impoten, jika dia tidak memiliki keturunan, mustahil baginya untuk menjadi kaisar!Itu artinya, alur cerita akan kembali ke jalurnya! Dalam buku, Luis akan dihukum dengan dikuliti! Membayangkannya saja sudah membuat seluruh tubuh menggigil ngeri!"Sura, hentikan kereta!" Anggi tiba-tiba membuka pintu, lalu turun dan berdiri di tengah hiruk-pikuk jalanan.Melihat orang-orang yang berlalu-lalang, hatinya seperti mati rasa. Tidak, ini tidak mungkin. Mereka pasti bisa mengubah takdir!"Siapa kamu? Berani sekali bersikap lancang!" Suara yang familier mencapai telinga Anggi.Anggi memandang ke arah sumber suara dan menemukan Wulan keluar dari
Satya melirik Parlin dengan dingin. "Lelucon Pangeran Pradipta ini benar-benar nggak lucu."Senyuman di sudut bibir Parlin perlahan memudar. Dia melirik Wulan sekali lagi dan merasa bahwa wanita ini begitu rapuh.Tadi dia hanya sekadar meraba dan pinggangnya sudah bisa digenggam hanya dengan satu tangan. Sungguh membangkitkan ... dorongan kuat untuk mencicipinya.Karena merasa canggung, Parlin pun segera membawa anak buahnya pergi."Kak Satya ...." Dengan sedikit ketakutan, Wulan menyembunyikan diri di dalam pelukan Satya.Tadi dia tidak sengaja menabrak Parlin dan pria itu sempat mengambil kesempatan untuk menyentuhnya! Namun, hal ini tidak boleh diketahui siapa pun, terutama Satya.Bagaimana jika Satya tidak mau menikahinya lagi? Di seluruh ibu kota, selain Pangeran Selatan yang cacat dan gila, masih ada Pangeran Pradipta yang bejat yang hobi merusak wanita.Sudah berapa istri yang mati di tangannya? Berapa banyak selir yang meninggal dengan penyebab tidak jelas? Hanya memikirkannya
Apakah ada penyakit parah? Memikirkan hal itu, tabib tua itu merasakan firasat buruk. Kedua kakinya bergetar."Tabib, kamu baik-baik saja?" Anggi menoleh dan menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan tabib tua itu.Saat melihat lebih dekat, keringat dingin sudah membasahi dahinya. Faisal mengusap keringat, lalu menyahut, "Putri, saya ... saya baik-baik saja."Anggi melirik Mina yang mengangkat alisnya. Mungkin rakyat jelata memang merasa takut saat bertemu dengan keluarga kekaisaran?Dengan suara rendah, Anggi menenangkan, "Nggak perlu takut. Kamu cuma perlu melakukan pemeriksaan seperti biasa, terutama untuk bagian itu.""Baik, baik ...."Melihat Faisal yang masih tampak gugup, Anggi menenangkannya lagi."Torus, apa Pangeran ada di dalam?" Anggi maju dan melihat Torus tertidur di depan pintu ruang baca.Begitu dipanggil, Torus langsung tersadar dan berdiri tegak. Dengan hormat, dia memberi salam, "Hamba memberi hormat kepada Putri. Pangeran ada di dalam ruang kerja."Saat berikutn
Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk
Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah
Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep
Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d
"Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji
Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A
"Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun
Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a
Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan