Kemakuran hingga beberapa generasi ....Sebenarnya, status seperti apa yang bisa membawa kemakmuran selama beberapa generasi? Tentu saja menjadi permaisuri, satu-satunya wanita yang berada di bawah Kaisar tetapi di atas banyak orang!Oleh karena itu, seluruh Keluarga Suharjo mencurahkan perhatian penuh mereka kepada Wulan.Seandainya Luis tidak memiliki luka bakar di wajahnya, tidak lumpuh, dan masih menjadi Putra Mahkota, tentu saja Keluarga Suharjo akan menikahkan Wulan dengannya.Namun, seseorang yang cacat dan rusak seperti dia tidak mungkin mewarisi takhta. Jadi, di satu sisi mereka enggan membiarkan Wulan menikahi orang yang dianggap tak berguna, di sisi lain mereka masih berharap ramalan pendeta tentang kemakmuran selama beberapa generasi itu akan menjadi kenyataan.Makanya, mereka sepakat untuk menjadikan Anggi sebagai pengantin pengganti untuk dikirim ke Kediaman Pangeran Selatan, sedangkan Wulan akan dinikahkan dengan Putra Bangsawan Aneksasi.Hanya dengan cara ini, Wulan mem
"Kemungkinan besar seperti itu."Dika berkata, "Nyali Nona Wulan ini besar sekali. Dia bahkan berani memanfaatkan keahlian medis orang lain."Luis mencibir. "Bukan nyalinya terlalu besar, tapi Keluarga Suharjo yang terlalu memanjakannya dan mengabaikan Gigi. Itu yang membuatnya berani menindas Gigi seperti itu."Gigi? Sejak kapan panggilan Pangeran untuk Putri berubah sejauh ini?Luis tampaknya tidak menyadari ekspresi terkejut Dika. Dika hampir tidak bisa memercayai telinga sendiri. Apakah dia baru saja mendengar sebuah rahasia besar?Untungnya, sebagai pengawal pribadi Luis, posisinya masih aman! Dika merasa kalau dibandingkan sebelumnya, tuannya tampak lebih hidup sekarang. Itu hal yang bagus. Putri memang benar-benar luar biasa!Saat Dika mendorong Luis keluar dari ruangan, mereka bertemu Torus di luar. "Pangeran, Putri mengutus orang kemari untuk bertanya, apakah Anda akan kembali ke Paviliun Pir atau nggak."Luis menjawab dengan santai, "Mulai sekarang, aku akan selalu kembali."
Hidup dan mati, suka dan duka, menggenggam tanganmu .... Bukankah ini sumpah yang hanya diucapkan oleh pasangan yang saling mencintai?Jantung Luis berdebar kencang. Benih perasaan yang disebut cinta itu telah berakar di hatinya dan mulai bertunas perlahan."Aku juga janji padamu, selama aku masih hidup, aku akan melindungimu dengan segenap hidupku.""Pangeran ...." Mata Anggi tampak berkaca-kaca, entah karena uap panas dari bak mandi atau karena hatinya yang tersentuh.Suaranya terdengar agak serak. "Sa ... saya kehilangan kendali barusan. Belum pernah ada yang mengatakan hal seperti ini pada saya sebelumnya."Luis membuka mulut, tetapi tidak segera berbicara. Dia baru menyadari mata Anggi benar-benar berkaca-kaca karena perasaan haru.Luis menggenggam tangan Anggi erat-erat, "Selama kamu nggak menganggapku menjijikkan, aku nggak akan mengecewakanmu.""Saya nggak pernah menganggap Pangeran menjijikkan."Satya memang tampan, tetapi lihatlah bagaimana dia dan Wulan menipunya. Mereka sud
Luis bertanya, "Kamu ... benar-benar sudah melupakan Putra Bangsawan Aneksasi?"Anggi tidak menyangka Luis tiba-tiba membahas tentang Satya. Dengan kemampuan Luis, tidak ada yang bisa disembunyikan.Bagaimanapun, sebelum menikah dengan Luis, hati Anggi memang sepenuhnya untuk Satya. Itu adalah fakta yang tidak bisa disangkal.Setelah mempertimbangkan sejenak, Anggi menjawab, "Sejak saya menikah dengan Pangeran, hidup saya menjadi milik keluarga kekaisaran."Sambil berbicara, dia terus mengoleskan salep ke tubuh Luis. "Yang Mulia, apa ada yang sakit?"Luis tersenyum dan menggeleng. "Sangat nyaman."Dia menggunakan kata-kata yang sama seperti sebelumnya. Bedanya, dulu Anggi mengatakan hidupnya adalah milik Luis."Pangeran nggak percaya pada saya?" tanya Anggi.Luis menjawab, "Aku percaya."Percaya pada tekadnya. Namun, dia tidak percaya Anggi benar-benar sudah tidak punya perasaan sedikit pun terhadap Satya.Sebab selama mereka bersama, Anggi tidak pernah secara langsung menyangkal bahwa
"Maaf, aku nggak mempertimbangkan dengan baik tadi. Kita akan menunggu sampai Putri benar-benar siap." Setelah terdiam untuk waktu yang lama, Luis akhirnya berbicara dengan nada sedikit menyesal.Bagaimanapun, Anggi adalah penyelamatnya, juga adalah perempuan yang ingin dia temui selama ini. Bagaimana mungkin dia memaksanya?Dalam kegelapan, Luis mendengar Anggi menghela napas lega. Suara itu sangat halus, tetapi menusuk ke hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman dan sedikit terluka.Anggi memang tidak menolak, mengatakan akan bersamanya seumur hidup. Namun di dalam hatinya, pasti ada keterpaksaan, 'kan?Luis sudah siap untuk bersatu dengannya, tetapi sekarang semuanya harus ditahan. Hal ini sungguh menyiksanya."Putri, istirahatlah. Aku baru teringat ada urusan mendesak." Setelah berkata begitu, Luis memakai kembali pakaiannya, lalu mendorong kursi rodanya keluar.Anggi ingin bangkit untuk mengantarnya, tetapi Luis menolak. Kenapa begini? Bukankah dia sendiri yang ingin melakukannya?
Sosok itu benar-benar tidak bisa diusir, membuatnya gila dan terobsesi.Keesokan harinya, Anggi keluar rumah bersama Mina dan Sura. Begitu mereka pergi, Naira langsung pergi ke ruang baca untuk melapor.Luis berkata, "Mulai sekarang, nggak perlu melaporkan lagi kalau Putri keluar rumah."Naira sedikit bingung, tetapi dia merasa ada makna tersembunyi dalam kata-kata itu.Apakah Pangeran sudah memercayai Putri? Kalau benar begitu, itu adalah kabar baik. Kini, kediaman ini sudah memiliki nyonya.Sejak kecil, Naira dan Mina dilatih sebagai pelayan kamar. Lantas, apakah mereka harus bersiap untuk melayani di ranjang juga?Naira tanpa sadar melirik Luis. Dulu, Luis adalah pria gagah dan memesona. Namun, sekarang wajahnya rusak. Meskipun begitu, Luis tetap tuan mereka. Dia dan Mina adalah miliknya."Baik, hamba mengerti." Naira bersiap untuk pergi, tetapi Luis menambahkan, "Kalau Putri sudah kembali, kabari aku.""Baik."Sementara itu, Anggi hanya membeli beberapa ramuan obat. Namun, tiba-tib
"Kamu sudah menikah dengan Pangeran Selatan, lalu kenapa masih harus menyulitkan Wulan?"Satya membantu Wulan bangkit dari tanah. Mata penuh amarahnya menatap tajam ke arah Anggi, seolah-olah dia baru saja melakukan kejahatan yang luar biasa.Hah, selingkuhan ini datang cukup cepat! Anggi menarik napas dalam-dalam sambil menggulung lengan bajunya dan meregangkan sendi tangannya. Sebelum Satya dan Wulan sempat bereaksi, sebuah tamparan keras mendarat di wajah Wulan!Sebelum keduanya bisa memahami apa yang terjadi, satu tamparan lagi menyusul. Orang-orang di sekitar mulai berhenti dan memperhatikan kejadian ini.Wulan terdiam, seolah-olah otaknya berhenti bekerja. Wajahnya sontak memerah. Dengan air mata yang mengalir deras, dia bersandar pada Satya dan menangis semakin pilu."Kak ... kenapa kamu memukulku?"Satya menunjuk Anggi dengan ekspresi tidak percaya. "Aku benar-benar nggak nyangka kamu bisa sekasar ini. Kamu benar-benar membuatku kecewa!"Anggi tertawa dingin. Tatapannya pada Sa
Satya mengepalkan tinjunya. "Dasar nggak masuk akal!"Anggi tertawa dingin. "Dasar nggak tahu diri!"Satya murka, tetapi tidak bisa berkata-kata.Anggi benar-benar sudah tak tahu aturan! Berani-beraninya berbicara seperti itu padanya!Namun, memikirkan pertunangannya dengan Wulan yang sudah di depan mata, apa gunanya bertengkar dengan Anggi saat ini? Dia pasti terlalu emosi, makanya berdebat di jalan seperti ini."Putri, semua barang yang Anda minta sudah kami beli." Mina muncul pada saat yang tepat. Dia tidak ingin membiarkan Anggi berlama-lama di tempat ini dan terus berurusan dengan orang-orang kotor ini.Anggi mengangguk ringan dan mengiakan, lalu berjalan melewati Satya tanpa meliriknya sedikit pun. Angin berembus mengibarkan jubahnya, membuat punggungnya terlihat begitu teguh dan tanpa keraguan."Kak ...." Wulan menggigit bibirnya dengan penuh kebencian. Terutama saat melihat bagaimana Satya menatap Anggi, amarahnya semakin meluap.Anggi benar-benar sudah gila! Dulu dia tampak be
Kediaman Jenderal Musafir.Hidayat kembali dan menyampaikan informasi yang berhasil dia kumpulkan kepada Dimas, "Hari ini Nona Anggi mengadakan pengobatan gratis. Banyak pasien yang memuji keahlian medisnya tanpa henti.""Memuji tanpa henti ...," gumam Dimas dengan nada tak percaya."Benar, dan Pangeran Selatan pun mengizinkan Nona untuk mengadakan pengobatan gratis. Mulai sekarang, setiap tanggal yang ada tujuhnya akan ada kegiatan yang sama."Dimas mengusap dagunya, menimbang-nimbang setiap kata sebelum bertanya, "Jadi maksudmu, Anggi akan mengadakan pengobatan gratis setiap tanggal 7, 17, dan 27?""Benar," Hidayat menjawab dengan pasti, meskipun wajahnya tetap bingung. "Tuan, tapi sejak kapan Nona Anggi bisa mengobati orang? Bukankah yang selama ini dikenal ahli pengobatan adalah Nona Wulan?"Dimas menarik napas panjang, lalu menatap ke arah langit cerah di luar jendela dan bergumam, "Mungkin ini adalah rahasia besar yang selama ini disembunyikan."Hidayat pun mulai merasa ada sesua
Tangan pria itu sempat sedikit ditarik, tapi langsung ditekan oleh Anggi. "Jangan bergerak."Melihat sikapnya yang begitu serius, pria itu pun tidak berani banyak bertingkah. Namun, dalam hatinya muncul keraguan. Bagaimanapun, Putri memeriksa nadi langsung dengan tangan telanjang. Apakah Pangeran Selatan benar-benar akan mendukung hal ini?Saat pikirannya mulai melayang-layang, Anggi bertanya, "Pagi ini makan apa?"Pria itu berpikir sejenak, "Ubi rambat.""Cuma ubi rambat saja?""Iya.""Anggota keluarga lain makan juga?""Nggak, itu sisa dari yang dikukus waktu tahun baru. Diletakkan dekat tungku sudah terlalu lama, jadi saya sendiri yang makan. Saya nggak membiarkan keluarga ikut makan."Mendengar hal itu, Anggi bertanya lagi, "Apa kamu muntah dan buang air terus-menerus?"Wajah pria itu langsung pucat pasi, "Iya ...."Sampai di sini, Anggi sudah bisa memastikan bahwa pria itu mengalami diare akibat makanan basi. Dia segera menuliskan resep, lalu menyuruh seorang murid dari Balai Peng
Dengan adanya penghiburan dari Luis, rasa kesal dalam hati Anggi perlahan-lahan mereda. Dia mengangguk, lalu berkata dengan lembut, "Mau." Mana mungkin dia sanggup mengecewakan ketulusan hati pria itu?Seperti apa Luis sebenarnya?Melihat senyum tipis yang terangkat di sudut bibirnya, hati Luis yang tadinya sempat sedikit cemas pun langsung merasa lega.Tanggal 27.Anggi mengunjungi Balai Pengobatan Afiat langsung untuk menangani pasien. Begitu melihat bahwa tabib yang bertugas adalah seorang wanita, banyak orang yang langsung ragu dan berhenti melangkah masuk.Untuk menangani pasien, Anggi meminta Faisal untuk datang empat jam lebih lambat dari biasanya ke toko obat.Mina pun berdeham, lalu berdiri dan berseru ke arah kerumunan, "Hadirin sekalian, ini adalah istri dari Pangeran Selatan, Anggi, yang telah belajar ilmu pengobatan sejak kecil. Nggak perlu meragukan kemampuannya. Bahkan Pangeran sendiri juga dirawat langsung oleh Putri saat ini!""Hari ini pengobatan gratis dan harga obat
Emosi yang tidak stabil seperti ini, sebenarnya sudah lama tidak kambuh sejak Luis menikah dengan Anggi."Pangeram, saat ini Putri sedang sendirian di kamar." Apakah Pangeran ingin menenangkannya?Luis tersenyum pahit, "Dia sekarang justru butuh waktu sendiri." Waktu dan ruang yang sepenuhnya jadi miliknya.Setelah berpikir sejenak, Luis berkata, "Suruh bagian dapur untuk menyiapkan dua jenis makanan penutup tambahan hari ini. Waktu makan malam nanti, mungkin Putri akan menyukainya.""Baik." Torus pun keluar dari ruang kerja, sambil menutup pintunya dengan pelan.Sementara itu, Luis mencoba mengambil buku strategi militer yang ada di atas meja, tapi tak satu pun kalimat bisa dia cerna. Yang muncul dalam benaknya, hanyalah bayangan saat gadis itu diam-diam menangis. Penampilannya terlihat begitu menyentuh dan membuat orang iba.Hanya membayangkan pemandangan itu saja ... Luis sudah merasa tubuhnya tidak nyaman. Tadi dia memang berbicara dengan sangat tenang dan rasional, mengatakan bahw
"Putri tenang saja, hamba pasti akan menjelaskannya." Dimas memberi hormat dengan sikap yang sangat sopan."Bagus kalau begitu. Jangan sampai niat baikku malah diberikan pada orang yang nggak tahu berterima kasih." Usai bicara, Anggi menyuruh Mina menyerahkan botol obat itu kepada Dimas. Setelah itu, dia pun berbalik dan kembali masuk ke dalam kediaman.Dimas menatap punggung Anggi yang perlahan menjauh, lalu menunduk melihat botol obat di tangannya. Rasa curiganya kini makin jelas.Jika benar dupa penenang itu dibuat oleh Wulan, mengapa sudah didesak sekian lama tapi tak kunjung bisa dia keluarkan? Sedangkan Anggi bisa langsung memberikannya dengan mudah?Jika semua dugaannya benar, berarti Wulan hanyalah seorang pembohong besar selama ini .... Dia bahkan merasa takut untuk membayangkannya.Setelah Anggi kembali ke kediaman utama, dia menerima lagi sebuah surat penghinaan dari Yohan. Kali ini, Torus bahkan tidak selesai membacakannya dan langsung berhenti di tengah jalan.Anggi tertaw
Luis menggenggam tangan Anggi semakin erat. Seberapa dalam luka yang pernah dialami Anggi, sampai-sampai tidak bisa percaya padanya, bahkan mengucapkan kata-kata sesuram itu?Tangan Luis sempat sedikit bergetar, lalu dia menenangkan diri dan berkata, "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Kamu akan selalu menjadi istriku."Anggi tersenyum tipis, "Saya berterima kasih pada Pangeran."Dilihat dari mata pria itu, mungkin untuk saat ini dia memang bersungguh-sungguh.Di kehidupan ini, Anggi hanya ingin dirinya dan Luis hidup dengan baik. Dia ingin membalas budi karena Luis telah menguburkan jasadnya di kehidupan sebelumnya. Selain itu, dia tidak akan berharap yang lebih.Anggi selesai mengoleskan obat untuk Luis.Keduanya lalu bermain catur dua ronde di dalam kamar. Tak lama kemudian, Torus datang membawa surat dari Dimas yang dikirim langsung oleh orangnya.Luis menoleh ke Anggi, lalu meletakkan bidak caturnya dan berkata, "Gigi pasti dulunya orang yang sangat mudah diajak bicara. Sampa
"Jadi ... begitu rupanya." Anggi sedikit tertegun. Ternyata Luis begitu cermat dan cerdas. Sekilas tampak tenang, tapi sebenarnya mengamati dengan sangat teliti.Memikirkan hal itu, Anggi kembali berkata, "Karena berjudi, rumah dan apoteknya sampai habis. Apa Pangeran nggak khawatir dia akan buat masalah lagi?" Hari ini dikirim ke barak, besok sudah berangkat ke medan perang untuk membasmi perampok. Kecepatannya luar biasa, sampai membuat orang terkejut.Luis memandang Anggi sambil tersenyum tipis, lalu berseru memanggil Dika. Begitu suara pintu terdengar terbuka, dalam sekejap Dika sudah muncul di hadapan mereka dan memberi salam sambil mengepalkan tangan."Lapor Putri, kemarin saat hamba pergi untuk mengurus pembelian toko, hamba juga sudah menyelidiki. Daud sebenarnya tidak jahat, hanya saja terlalu setia kawan. Dia dijebak oleh teman sendiri dan orang-orang dari kasino. Mereka berpura-pura bertengkar di depan Daud untuk menipunya, akhirnya seluruh hartanya habis.""Kali ini, wakil
Mina mengerucutkan bibirnya. Tadi dia sebenarnya ingin mengingatkan, tapi Anggi sama sekali tidak meliriknya. Memikirkannya, Anggi menghela napas.Sura berkata, "Tinggal di sisi Putri sebagai kusir juga bukan masalah, nanti hamba akan ajarkan dia sedikit ilmu bela diri. Lagi pula, kalau Putri berkenan membantu dan membicarakannya dengan Pangeran, mungkin saja Pangeran akan setuju."Anggi mengernyit. Dia ... akan setuju?"Aku juga nggak bisa mengaturnya." Anak kesayangan orang lain disuruh jadi kusir, memangnya Faisal akan setuju?Tak lama kemudian, Faisal benar-benar datang membawa anak kebanggaannya. Pria itu bertubuh tinggi, sepertinya usianya hanya satu atau dua tahun di bawah Luis. Begitu melihat Anggi, dia langsung berlutut.Anggi buru-buru mengangkat tangannya, "Berdiri dulu. Nanti aku akan membawamu kembali ke kediaman, tapi soal apakah Pangeran mau menemui dan menerima kamu, aku juga nggak tahu. Bagaimanapun, kamu pasti tahu, Pangeran sekarang bukan lagi dewa perang seperti dul
Naira dan Sura menyerahkan salep yang dibawa oleh Anggi kepada Faisal. "Ini adalah salep hasil racikanku sendiri. Di medan perang, salep ini terbukti cukup ampuh."Faisal menerima, lalu mencium aromanya, mengamati teksturnya dengan teliti. "Tak kusangka Putri juga menguasai ilmu medis." Kalau begitu, kenapa dulu masih menyuruhnya mengobati Pangeran?Anggi menjawab, "Aku hanya menguasai sedikit. Aku ingin minta bantuan Tabib Faisal kali ini.""Silakan, Putri. Katakan saja.""Setiap tanggal tujuh, aku akan datang ke Balai Pengobatan Afiat untuk melakukan pengobatan gratis. Nggak akan dipungut biaya sepeser pun."Sebagai pemilik baru, tentu dia harus punya strategi untuk menarik perhatian.Faisal pun bertanya, "Hanya Putri yang memberi pengobatan gratis atau seluruh Balai Pengobatan Afiat?"Anggi menjawab, "Fokusnya tetap padaku. Tapi selama hari itu, seluruh balai pengobatan akan buka layanan pengobatan gratis. Kecuali biaya bahan obat."Dia tersenyum, lalu menatap Faisal dan meneruskan,