Anggi duduk di tepi jendela. Dia membukanya sedikit untuk melihat para pelayan bermain salju.Mina tersenyum dan berkata, "Naira dan yang lainnya selalu membuat manusia salju setiap tahun, seolah-olah nggak pernah merasa cukup."Anggi menatap mereka dengan tenang. "Bagus, dong."Setidaknya mereka benar-benar bahagia.Orang luar selalu mengatakan bahwa Luis memiliki kepribadian yang tidak menentu. Namun, kenapa para pelayan di kediamannya malah begitu ceria?Memikirkan hal itu, Anggi bergumam, "Kalau begitu, sepertinya Pangeran nggak sesulit yang dikatakan orang, bukan?"Mina tertawa kecil. "Kekejaman Pangeran hanya ditujukan pada orang luar dan musuhnya." Dia kemudian menatap Anggi. Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang benar-benar tidur seranjang dengan Luis.Mina berpikir, 'Mungkin kali ini, Pangeran benar-benar akan memiliki seseorang di sisinya.'"Hanya terhadap musuh?"Mina mengangguk. "Ya. Suasana hati Pangeran memang sering berubah, tapi dia nggak akan marah tanpa a
Kedua orang itu berjalan lebih dekat, lalu memberi hormat kepada Dariani. Dariani tersenyum seraya meletakkan kitab suci yang sedang dibacanya, lalu mengangkat tangan. "Nggak usah sungkan.""Terima kasih, Permaisuri."Matanya menatap Anggi dengan saksama. Setelah bangkit dari memberi salam, tangan Anggi langsung bertumpu pada kursi roda Luis, seolah-olah dia tidak merasa risih sedikit pun terhadap kondisi Luis.Wajah mungilnya yang indah tampak memerah karena terkena angin dingin di perjalanan. Tak heran jika putranya mulai memandang Anggi dengan cara yang berbeda.Dariani mempersilakan mereka duduk dan segera menyuruh Gina membawa beberapa kue yang dibuat oleh dapur kecil istana."Beberapa hari yang lalu, Ayahandamu masih bertanya kapan kamu akan membawa istrimu ke istana. Nggak disangka, hari ini akhirnya kamu datang," ujar Dariani dengan nada lembut.Anggi segera berdiri dan memberi hormat. "Terima kasih atas perhatian Ayahanda dan Ibunda."Luis hanya menjawab dengan tenang, mengata
Saat melihat wajah Luis yang penuh bekas luka, hati Kaisar terasa perih sekaligus dipenuhi penyesalan. Namun, ketika pandangannya beralih ke Anggi, dia agak terkejut dengan kecantikan dan keanggunan gadis itu.Awalnya, dia mengira bahwa putri sulung dari keluarga Jenderal Musafir yang tidak disukai itu pasti memiliki wajah dan temperamen yang kurang menarik, sehingga dikesampingkan oleh keluarganya. Siapa sangka, kenyataannya justru sebaliknya.Tatapannya kembali ke putranya yang tampak tenang dan santai. Jika Luis membawa wanita ini ke istana, berarti dia pasti menyukainya. Dengan begitu, dia perlu mempertimbangkan situasi ini lebih dalam."Berdirilah, hari ini adalah jamuan keluarga, nggak perlu terlalu kaku sama aturan."Begitu ucapan itu dilontarkan, Dariani segera bangkit terlebih dahulu, lalu memberi isyarat dengan matanya kepada Gina. Gina mengangguk, lalu membawa para pelayan yang tidak diperlukan untuk meninggalkan ruangan.Sementara itu, Anggi tetap menundukkan kepalanya. Dia
Kereta mewah dari kediaman Pangeran Selatan melaju di sepanjang jalan. Para pengendara tandu, kusir kereta, dan pejalan kaki yang berlalu lalang segera menyingkir ke pinggir jalan untuk memberi jalan bagi mereka.Di dalam kereta, Luis duduk dengan mata terpejam. Dia tampaknya tengah menikmati ketenangan. Sementara itu, Anggi menyingkap tirai jendela dan melihat pemandangan di luar.Meskipun musim dingin sedang mencapai puncaknya, kedai teh dan restoran masih ramai pelanggan. Para pedagang kaki lima tetap sibuk menjajakan dagangan mereka, menciptakan suasana kota yang penuh semangat.Sejak kecil, dia jarang sekali keluar rumah. Lebih tepatnya, setiap kali ibunya keluar, dia lebih sering membawa Wulan bersamanya, sementara dia hanya bisa tinggal di rumah ....Anggi tertawa sinis, lalu menurunkan tirai jendela. Saat dia berbalik, matanya langsung bertemu dengan Luis yang telah membuka matanya dan tengah mengamatinya dengan tenang.Pipi Anggi memerah. Dengan agak gugup, dia bertanya, "Pang
Dika mengangguk. "Benar."Luis menyipitkan matanya sedikit. "Tapi, di depanku, dia tampak begitu lemah lembut dan patuh. Aku jadi penasaran, seperti apa rupanya waktu dia 'menunjukkan taring'?"Dika terdiam sejenak, lalu berkata, "Putri punya aura yang cukup kuat. Waktu beradu argumen, dia tampak sangat percaya diri."Percaya diri.Luis masih ingat bagaimana Dika sebelumnya melaporkan bahwa ketika Anggi berada di kediaman Jenderal Musafir, dia tidak ragu-ragu menggunakan statusnya sebagai putri. Anggi tampaknya bisa menggunakan gelar itu dengan sangat lancar.Di Kediaman Pangeran Selatan.Anggi kembali ke kediaman saat langit sudah gelap. Para pelayan sudah menyiapkan makan malam. Naira bertanya, "Putri, apa perlu saya beri tahu Pangeran untuk segera makan malam?"Anggi terkejut. "Pangeran belum makan?"Naira tersenyum. "Belum. Kasim Torus mengatakan bahwa Pangeran sendiri yang bilang malam ini mau makan bersama Putri.""Aku ...." Anggi terlambat pulang karena Toko Obat Santun tidak me
"Lain kali ...." Anggi berhenti sejenak, menatap wajah samping Luis. Bahkan dengan bekas luka itu, garis wajahnya masih sangat tegas dan menawan. Jika tidak cacat, pria ini pasti luar biasa tampan."Kalau terjadi lagi lain kali, Pangeran bisa makan duluan. Kalau nggak, saya akan merasa sangat berdosa."Tangan Luis yang memegang cangkir teh berhenti sejenak. Dia menoleh menatap Anggi. "Kamu begitu takut aku akan marah?"Anggi terdiam. "Saya ... nggak."Mana mungkin dia tidak takut? Luis adalah suaminya! Di keluarga kerajaan, tidak ada yang namanya perceraian. Bahkan jika dia ingin melarikan diri, bukankah masih ada Dariani? Hukuman bagi wanita yang mencoba kabur dari pernikahan sudah jelas tercatat dalam sejarah!Berhubung tidak bisa mengubah nasibnya, lebih baik dia mempertahankan pernikahan ini. Jika dia bisa memahami watak pria ini, kehidupannya pasti akan jauh lebih mudah.Bukankah begitu?Luis hampir tertawa mendengarnya. Namun, di wajahnya tetap tidak terlihat emosi apa pun. Apaka
Seandainya saja dia dan Satya tidak pernah bertunangan sejak kecil dan tidak pernah memiliki ikatan sebelumnya .... Mungkin Luis akan mengira bahwa Anggi benar-benar menyukainya.Suka padanya .... Pemikiran itu terasa begitu konyol bagi Luis.Dengan reputasi seperti dirinya saat ini, mana mungkin ada seseorang yang benar-benar menyukainya?Sambil berusaha mengalihkan pikirannya, Luis berkata, "Pada tanggal 16 bulan ini, Wulan dan Satya akan bertunangan. Apa kamu sudah tahu?"Tanggal 16 .... Tentu saja, Anggi mengetahuinya. Dia memang tidak mengingat seluruh detail dari kisah di kehidupan sebelumnya, tetapi beberapa tanggal penting tetap ada di ingatannya.Anggi mengangguk pelan. "Ya, aku tahu."Yang tidak disangkanya adalah Luis akan menyinggung masalah ini."Apakah Putri menyesal?"Anggi mengangkat alis. "Menyesal tentang apa?""Seharusnya kamulah yang menjadi calon istri Satya."Anggi tertawa kecil. "Sekarang aku adalah Putri Pangeran Selatan. Posisiku lebih tinggi dari Wulan." Dia t
Bersalah? Salah apanya? Padahal Luis hanya ingin mendengar bagaimana Anggi bersikap serius terhadapnya. Namun, Mina malah ketakutan hingga wajahnya memucat.Luis hanya bisa menghela napas pelan dan mengangkat tangannya. "Bangunlah."Mina telah bekerja di kediaman ini cukup lama, mana mungkin dia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin didengar oleh Luis? Namun, di sisi lain, dia juga tahu bahwa Luis adalah seseorang yang mudah curiga dan tidak pernah ragu dalam mengambil tindakan.Luis menatapnya dan langsung bertanya, "Katakan saja, bagaimana Putri menunjukkan keseriusannya?"Mina berpikir sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, "Sejak hari pertama pernikahan, Putri selalu mengingat Pangeran.""Beberapa hari terakhir, dia bahkan mengurung diri di Paviliun Pir untuk mengolah ramuan sendiri dan mencobanya satu per satu. Putri juga selalu menyebut Pangeran.""Saat bunga plum di halaman bermekaran, dia memotong beberapa tangkai dan meminta hamba untuk mengantarkannya ke ruang kerja Pangeran
Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk
Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah
Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep
Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d
"Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji
Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A
"Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun
Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a
Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan