"Bagaimana cara mengaturnya?""Saya ....""Putri, jangan lupa. Meskipun di kediaman ini hanya ada kamu sebagai perempuan, Ibunda tetap mengawasi.""Saya ...."Luis tertawa kecil. "Pasangan pengantin baru ini ingin tidur terpisah? Apa kamu sudah memikirkan konsekuensinya?"Anggi bangkit dari dipan dan memberi hormat pada Luis. "Saya sudah salah. Terima kasih atas peringatannya, Pangeran."Luis menghela napas. "Jangan salah paham."Mata indah Anggi menatap Luis, salah paham apa?"Semuanya cuma sandiwara," lanjut Luis.Hati Anggi mencelos. Benar, dia adalah antagonis besar dalam cerita ini. Bagaimana mungkin hanya karena tidak melarikan diri dari pernikahan, dia berpikir bahwa pria ini adalah orang yang mudah bergaul?Melihatnya menghela napas dengan kecewa, Luis merasa ada yang tidak beres. Hanya saja, dia tidak tahu harus berkata apa."Kalau begitu, saya akan minta Mina bersiap. Saya akan kembali ke rumah utama ...."Luis berkata, "Ruangan ini sudah ditata dengan baik, tetaplah di sini.
"Jangan ... jangan ...."Rasa sakit seperti digerogoti belatung, menembus hingga ke seluruh tulangnya. Keringat dingin membanjiri tubuh saat Anggi terbangun dari mimpi buruk.Saat sadar bahwa itu hanya mimpi, Anggi melihat Luis duduk di sampingnya, seolah-olah sedang mengamatinya."Mimpi buruk?"Anggi menggigil dan membalas dengan suara bergetar, "Sa ... saya mengganggu tidur Pangeran ya? Maaf."Nada suaranya dipenuhi kewaspadaan karena terlalu takut untuk membuat kesalahan sekecil apa pun.Dalam sekejap, Luis merasa ada sesuatu di hatinya yang terbuka. Dia ingin menghibur Anggi. Akan tetapi, dia tidak pernah pandai menghibur orang.Saat Anggi masih dalam ketakutan dan tubuhnya gemetar, Luis mengulurkan tangan dan menepuk lembut kepalanya. "Jangan takut, aku ada di sini."Anggi tidak bisa melihat ekspresi pria itu. Namun, suara Luis terdengar lebih hangat dari biasanya. Apakah ini cara dia menghibur seseorang?Di atas kepalanya, telapak tangan Luis terasa hangat, seperti perapian di te
Apa yang sedang dia pikirkan?Di benaknya, kata-kata Luis tiba-tiba muncul lagi. Semuanya cuma sandiwara!Pria sedingin Luis, bisa memberinya saputangan dan menggenggam tangannya untuk menghibur. Semua ini sudah begitu luar biasa! Dia yang terlalu serakah.Anggi menenangkan pikirannya, lalu berkata kepada Luis, "Pangeran bilang ini cuma mimpi, tapi kalau saya benar-benar melarikan diri di hari pernikahan, mungkin saja kenyataannya akan seperti dalam mimpi itu. Keluarga Suharjo ... sama sekali nggak menganggapku ...."Luis terdiam. Jika Anggi benar-benar kabur di hari pernikahan, meskipun dirinya tidak melakukan apa-apa, ibunya pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang.Memikirkan hal itu, jantungnya berdebar. Luis hanya bisa bersyukur karena Anggi tidak melakukan tindakan bodoh seperti itu."Selama kamu bersikap baik, kamu bisa tetap tinggal di sini," tutur Luis.Anggi mengangguk. "Saya nggak akan pernah meninggalkan Pangeran."Luis membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa.
Orang itu menyahut, "Ya."Dari suaranya, Luis bisa mendengar bahwa itu adalah suara seorang gadis yang lembut.Tidak lama kemudian, gadis itu mulai bergerak ke sisinya, mengeluarkan suara samar saat merapikan sesuatu. Dia berkata bahwa dia akan mengobati lukanya.Kenangan itu kembali membanjiri benaknya. Luis hanya ingat dirinya berada dalam keadaan linglung saat itu, diliputi kebencian, ketidakrelaan, dan kemarahan!Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa! Dia bertanya, "Apa … apa wajahku terlihat mengerikan?""Jangan khawatir, aku akan melakukan yang terbaik untuk mengobatimu." Gadis itu sama sekali tidak membahas kondisi luka di wajahnya.Namun, Luis tahu. Dia dikhianati oleh Wakil Jenderal Latif. Api nyaris membakarnya hidup-hidup di dalam tenda militer, saat dia masih setengah sadar karena mabuk.Dia terbangun karena panasnya api. Saat berguling keluar dari tenda, kobaran api sempat mereda sedikit.Namun, Latif tidak membiarkannya pergi begitu saja. Dia menghunus pedangnya, menyeran
"Bagaimana dengan kakiku?""Jangan khawatir, Tuan. Kakimu juga akan sembuh."Luis tidak percaya, tetapi dendam membuatnya bertahan untuk terus diobati. Dia harus bertahan hidup! Hanya dengan bertahan hidup, dia baru bisa mencari tahu alasan Latif berkhianat!Setiap hari, gadis itu datang untuk mengobatinya dan membawakan makanan. Lukanya perlahan membaik dan penglihatannya juga mulai kembali.Namun, sebelum sempat membuka perban di wajahnya, gadis itu tiba-tiba menghilang. Dia tidak tahu mengapa gadis itu tidak datang lagi.Berkali-kali Luis mengirim orang untuk mencari penyelamatnya di Uraba, tetapi sama sekali tidak ada hasil.Sekarang setelah dipikirkan lagi, mungkin saat itu ada sesuatu yang menghalanginya. Mungkin juga karena dia seorang wanita, jadi mencarinya semakin sulit.Jika benar yang menyelamatkannya adalah Anggi, berarti saat itu dia baru berusia 13 tahun, 'kan?Jadi, jika suaranya terdengar berbeda, itu masih masuk akal. Namun, aroma obat yang ada pada tubuhnya persis de
Di Paviliun Pir, Anggi bersama para pelayan dan kasim sedang menjemur bahan obat di halaman.Luis mendongak menatap langit. Sinar matahari musim dingin hari ini tampak cerah hingga dia bisa melihat cahaya keemasan menyelimuti tubuh Anggi.Anggi tampak seperti bidadari yang turun dari langit, berbicara dengan para pelayan dengan sikap santun dan lembut.Setiap gerak-geriknya, setiap ekspresi di wajahnya, sekalipun di musim dingin seperti ini, tetap membawa kehangatan layaknya angin musim semi yang menyentuh kulit.Apakah dia? Benarkah dia?"Itu Pangeran." Naira adalah orang pertama yang melihat Luis. Dia segera memberi hormat dari kejauhan. Mendengar suaranya, semua orang segera menoleh dan memberi hormat.Luis menyunggingkan sedikit senyuman samar yang sulit disadari, begitu tipis dan hanya sesaat. Anggi sempat mengira dia salah lihat. Bagaimanapun, pria itu selalu bersikap dingin dan serius."Hormat kepada Pangeran. Apa yang membawa Pangeran tiba-tiba kemari?" tanya Anggi sambil mendo
Luis menatapnya dan bertanya, "Teh ini terasa hangat dan lembut di tenggorokan, sangat enak. Dari mana kamu membelinya?"Lebih baik bertanya asal-usulnya.Anggi tersenyum. "Saya membuatnya sendiri. Saat pergantian musim, kalau ada tanda-tanda masuk angin atau batuk, meminumnya secara rutin akan sangat membantu.""Kamu membuatnya sendiri?""Ya.""Kudengar adikmu memiliki keahlian medis yang cukup baik. Dia juga bisa membuat ini?"Ekspresi Anggi langsung menjadi dingin. "Dia bisa ....""Pangeran dengar obat-obatan di perkemahan militer berasal darinya, 'kan?"Luis tidak menjawab.Anggi bergumam pada diri sendiri, "Dia bisa atau nggak, suatu saat kebenaran pasti akan terungkap."Luis bertanya, "Maksud Putri, dia sebenarnya nggak memiliki keahlian medis? Berarti, meracik obat pun nggak bisa?""Tentu saja nggak bisa!" jawab Anggi dengan tegas."Lalu bagaimana mungkin ...?"Anggi tampak kesal. "Masalah Keluarga Suharjo terlalu rumit untuk dijelaskan dalam waktu singkat. Tapi cepat atau lamba
Luis tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengangkat cangkir giok putih di tangannya dan meneguk habis teh loquat itu. "Enak.""Kalau Pangeran menyukainya, saya akan selalu menyiapkannya untuk Pangeran.""Boleh."Luis menjadi begitu mudah diajak bicara. Saat ini, kulitnya yang pucat bahkan menjadi agak merona.Anggi memberanikan diri untuk berbicara, "Pangeran, saya ingin mengajukan permohonan."Permohonan apa? Luis merasa heran.Melihatnya mengernyit dan tampak ragu untuk berbicara, Luis mengangguk. Dia sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutannya.Anggi berkata, "Pangeran, meskipun saya memahami ilmu medis, saya bukan tabib sakti. Bahkan tabib sakti sekalipun butuh kerja sama dari pasiennya. Jadi, saya mohon agar Pangeran mengikuti anjuran pengobatan selama proses perawatan."Luis bertanya, "Oh? Jadi, Putri ingin aku menuruti perintahmu?"Anggi buru-buru membalas, "Bukan begitu. Saya hanya meminta Pangeran mengikuti petunjuk medis."Adapun hal lainnya? Dia belum cukup nekat untuk memi
Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk
Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah
Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep
Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d
"Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji
Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A
"Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun
Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a
Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan