Kereta mewah dari kediaman Pangeran Selatan melaju di sepanjang jalan. Para pengendara tandu, kusir kereta, dan pejalan kaki yang berlalu lalang segera menyingkir ke pinggir jalan untuk memberi jalan bagi mereka.Di dalam kereta, Luis duduk dengan mata terpejam. Dia tampaknya tengah menikmati ketenangan. Sementara itu, Anggi menyingkap tirai jendela dan melihat pemandangan di luar.Meskipun musim dingin sedang mencapai puncaknya, kedai teh dan restoran masih ramai pelanggan. Para pedagang kaki lima tetap sibuk menjajakan dagangan mereka, menciptakan suasana kota yang penuh semangat.Sejak kecil, dia jarang sekali keluar rumah. Lebih tepatnya, setiap kali ibunya keluar, dia lebih sering membawa Wulan bersamanya, sementara dia hanya bisa tinggal di rumah ....Anggi tertawa sinis, lalu menurunkan tirai jendela. Saat dia berbalik, matanya langsung bertemu dengan Luis yang telah membuka matanya dan tengah mengamatinya dengan tenang.Pipi Anggi memerah. Dengan agak gugup, dia bertanya, "Pang
Dika mengangguk. "Benar."Luis menyipitkan matanya sedikit. "Tapi, di depanku, dia tampak begitu lemah lembut dan patuh. Aku jadi penasaran, seperti apa rupanya waktu dia 'menunjukkan taring'?"Dika terdiam sejenak, lalu berkata, "Putri punya aura yang cukup kuat. Waktu beradu argumen, dia tampak sangat percaya diri."Percaya diri.Luis masih ingat bagaimana Dika sebelumnya melaporkan bahwa ketika Anggi berada di kediaman Jenderal Musafir, dia tidak ragu-ragu menggunakan statusnya sebagai putri. Anggi tampaknya bisa menggunakan gelar itu dengan sangat lancar.Di Kediaman Pangeran Selatan.Anggi kembali ke kediaman saat langit sudah gelap. Para pelayan sudah menyiapkan makan malam. Naira bertanya, "Putri, apa perlu saya beri tahu Pangeran untuk segera makan malam?"Anggi terkejut. "Pangeran belum makan?"Naira tersenyum. "Belum. Kasim Torus mengatakan bahwa Pangeran sendiri yang bilang malam ini mau makan bersama Putri.""Aku ...." Anggi terlambat pulang karena Toko Obat Santun tidak me
"Lain kali ...." Anggi berhenti sejenak, menatap wajah samping Luis. Bahkan dengan bekas luka itu, garis wajahnya masih sangat tegas dan menawan. Jika tidak cacat, pria ini pasti luar biasa tampan."Kalau terjadi lagi lain kali, Pangeran bisa makan duluan. Kalau nggak, saya akan merasa sangat berdosa."Tangan Luis yang memegang cangkir teh berhenti sejenak. Dia menoleh menatap Anggi. "Kamu begitu takut aku akan marah?"Anggi terdiam. "Saya ... nggak."Mana mungkin dia tidak takut? Luis adalah suaminya! Di keluarga kerajaan, tidak ada yang namanya perceraian. Bahkan jika dia ingin melarikan diri, bukankah masih ada Dariani? Hukuman bagi wanita yang mencoba kabur dari pernikahan sudah jelas tercatat dalam sejarah!Berhubung tidak bisa mengubah nasibnya, lebih baik dia mempertahankan pernikahan ini. Jika dia bisa memahami watak pria ini, kehidupannya pasti akan jauh lebih mudah.Bukankah begitu?Luis hampir tertawa mendengarnya. Namun, di wajahnya tetap tidak terlihat emosi apa pun. Apaka
Seandainya saja dia dan Satya tidak pernah bertunangan sejak kecil dan tidak pernah memiliki ikatan sebelumnya .... Mungkin Luis akan mengira bahwa Anggi benar-benar menyukainya.Suka padanya .... Pemikiran itu terasa begitu konyol bagi Luis.Dengan reputasi seperti dirinya saat ini, mana mungkin ada seseorang yang benar-benar menyukainya?Sambil berusaha mengalihkan pikirannya, Luis berkata, "Pada tanggal 16 bulan ini, Wulan dan Satya akan bertunangan. Apa kamu sudah tahu?"Tanggal 16 .... Tentu saja, Anggi mengetahuinya. Dia memang tidak mengingat seluruh detail dari kisah di kehidupan sebelumnya, tetapi beberapa tanggal penting tetap ada di ingatannya.Anggi mengangguk pelan. "Ya, aku tahu."Yang tidak disangkanya adalah Luis akan menyinggung masalah ini."Apakah Putri menyesal?"Anggi mengangkat alis. "Menyesal tentang apa?""Seharusnya kamulah yang menjadi calon istri Satya."Anggi tertawa kecil. "Sekarang aku adalah Putri Pangeran Selatan. Posisiku lebih tinggi dari Wulan." Dia t
Bersalah? Salah apanya? Padahal Luis hanya ingin mendengar bagaimana Anggi bersikap serius terhadapnya. Namun, Mina malah ketakutan hingga wajahnya memucat.Luis hanya bisa menghela napas pelan dan mengangkat tangannya. "Bangunlah."Mina telah bekerja di kediaman ini cukup lama, mana mungkin dia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin didengar oleh Luis? Namun, di sisi lain, dia juga tahu bahwa Luis adalah seseorang yang mudah curiga dan tidak pernah ragu dalam mengambil tindakan.Luis menatapnya dan langsung bertanya, "Katakan saja, bagaimana Putri menunjukkan keseriusannya?"Mina berpikir sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, "Sejak hari pertama pernikahan, Putri selalu mengingat Pangeran.""Beberapa hari terakhir, dia bahkan mengurung diri di Paviliun Pir untuk mengolah ramuan sendiri dan mencobanya satu per satu. Putri juga selalu menyebut Pangeran.""Saat bunga plum di halaman bermekaran, dia memotong beberapa tangkai dan meminta hamba untuk mengantarkannya ke ruang kerja Pangeran
"Bagaimana cara mengaturnya?""Saya ....""Putri, jangan lupa. Meskipun di kediaman ini hanya ada kamu sebagai perempuan, Ibunda tetap mengawasi.""Saya ...."Luis tertawa kecil. "Pasangan pengantin baru ini ingin tidur terpisah? Apa kamu sudah memikirkan konsekuensinya?"Anggi bangkit dari dipan dan memberi hormat pada Luis. "Saya sudah salah. Terima kasih atas peringatannya, Pangeran."Luis menghela napas. "Jangan salah paham."Mata indah Anggi menatap Luis, salah paham apa?"Semuanya cuma sandiwara," lanjut Luis.Hati Anggi mencelos. Benar, dia adalah antagonis besar dalam cerita ini. Bagaimana mungkin hanya karena tidak melarikan diri dari pernikahan, dia berpikir bahwa pria ini adalah orang yang mudah bergaul?Melihatnya menghela napas dengan kecewa, Luis merasa ada yang tidak beres. Hanya saja, dia tidak tahu harus berkata apa."Kalau begitu, saya akan minta Mina bersiap. Saya akan kembali ke rumah utama ...."Luis berkata, "Ruangan ini sudah ditata dengan baik, tetaplah di sini.
"Jangan ... jangan ...."Rasa sakit seperti digerogoti belatung, menembus hingga ke seluruh tulangnya. Keringat dingin membanjiri tubuh saat Anggi terbangun dari mimpi buruk.Saat sadar bahwa itu hanya mimpi, Anggi melihat Luis duduk di sampingnya, seolah-olah sedang mengamatinya."Mimpi buruk?"Anggi menggigil dan membalas dengan suara bergetar, "Sa ... saya mengganggu tidur Pangeran ya? Maaf."Nada suaranya dipenuhi kewaspadaan karena terlalu takut untuk membuat kesalahan sekecil apa pun.Dalam sekejap, Luis merasa ada sesuatu di hatinya yang terbuka. Dia ingin menghibur Anggi. Akan tetapi, dia tidak pernah pandai menghibur orang.Saat Anggi masih dalam ketakutan dan tubuhnya gemetar, Luis mengulurkan tangan dan menepuk lembut kepalanya. "Jangan takut, aku ada di sini."Anggi tidak bisa melihat ekspresi pria itu. Namun, suara Luis terdengar lebih hangat dari biasanya. Apakah ini cara dia menghibur seseorang?Di atas kepalanya, telapak tangan Luis terasa hangat, seperti perapian di te
Apa yang sedang dia pikirkan?Di benaknya, kata-kata Luis tiba-tiba muncul lagi. Semuanya cuma sandiwara!Pria sedingin Luis, bisa memberinya saputangan dan menggenggam tangannya untuk menghibur. Semua ini sudah begitu luar biasa! Dia yang terlalu serakah.Anggi menenangkan pikirannya, lalu berkata kepada Luis, "Pangeran bilang ini cuma mimpi, tapi kalau saya benar-benar melarikan diri di hari pernikahan, mungkin saja kenyataannya akan seperti dalam mimpi itu. Keluarga Suharjo ... sama sekali nggak menganggapku ...."Luis terdiam. Jika Anggi benar-benar kabur di hari pernikahan, meskipun dirinya tidak melakukan apa-apa, ibunya pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang.Memikirkan hal itu, jantungnya berdebar. Luis hanya bisa bersyukur karena Anggi tidak melakukan tindakan bodoh seperti itu."Selama kamu bersikap baik, kamu bisa tetap tinggal di sini," tutur Luis.Anggi mengangguk. "Saya nggak akan pernah meninggalkan Pangeran."Luis membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa.
Kediaman Jenderal Musafir.Hidayat kembali dan menyampaikan informasi yang berhasil dia kumpulkan kepada Dimas, "Hari ini Nona Anggi mengadakan pengobatan gratis. Banyak pasien yang memuji keahlian medisnya tanpa henti.""Memuji tanpa henti ...," gumam Dimas dengan nada tak percaya."Benar, dan Pangeran Selatan pun mengizinkan Nona untuk mengadakan pengobatan gratis. Mulai sekarang, setiap tanggal yang ada tujuhnya akan ada kegiatan yang sama."Dimas mengusap dagunya, menimbang-nimbang setiap kata sebelum bertanya, "Jadi maksudmu, Anggi akan mengadakan pengobatan gratis setiap tanggal 7, 17, dan 27?""Benar," Hidayat menjawab dengan pasti, meskipun wajahnya tetap bingung. "Tuan, tapi sejak kapan Nona Anggi bisa mengobati orang? Bukankah yang selama ini dikenal ahli pengobatan adalah Nona Wulan?"Dimas menarik napas panjang, lalu menatap ke arah langit cerah di luar jendela dan bergumam, "Mungkin ini adalah rahasia besar yang selama ini disembunyikan."Hidayat pun mulai merasa ada sesua
Tangan pria itu sempat sedikit ditarik, tapi langsung ditekan oleh Anggi. "Jangan bergerak."Melihat sikapnya yang begitu serius, pria itu pun tidak berani banyak bertingkah. Namun, dalam hatinya muncul keraguan. Bagaimanapun, Putri memeriksa nadi langsung dengan tangan telanjang. Apakah Pangeran Selatan benar-benar akan mendukung hal ini?Saat pikirannya mulai melayang-layang, Anggi bertanya, "Pagi ini makan apa?"Pria itu berpikir sejenak, "Ubi rambat.""Cuma ubi rambat saja?""Iya.""Anggota keluarga lain makan juga?""Nggak, itu sisa dari yang dikukus waktu tahun baru. Diletakkan dekat tungku sudah terlalu lama, jadi saya sendiri yang makan. Saya nggak membiarkan keluarga ikut makan."Mendengar hal itu, Anggi bertanya lagi, "Apa kamu muntah dan buang air terus-menerus?"Wajah pria itu langsung pucat pasi, "Iya ...."Sampai di sini, Anggi sudah bisa memastikan bahwa pria itu mengalami diare akibat makanan basi. Dia segera menuliskan resep, lalu menyuruh seorang murid dari Balai Peng
Dengan adanya penghiburan dari Luis, rasa kesal dalam hati Anggi perlahan-lahan mereda. Dia mengangguk, lalu berkata dengan lembut, "Mau." Mana mungkin dia sanggup mengecewakan ketulusan hati pria itu?Seperti apa Luis sebenarnya?Melihat senyum tipis yang terangkat di sudut bibirnya, hati Luis yang tadinya sempat sedikit cemas pun langsung merasa lega.Tanggal 27.Anggi mengunjungi Balai Pengobatan Afiat langsung untuk menangani pasien. Begitu melihat bahwa tabib yang bertugas adalah seorang wanita, banyak orang yang langsung ragu dan berhenti melangkah masuk.Untuk menangani pasien, Anggi meminta Faisal untuk datang empat jam lebih lambat dari biasanya ke toko obat.Mina pun berdeham, lalu berdiri dan berseru ke arah kerumunan, "Hadirin sekalian, ini adalah istri dari Pangeran Selatan, Anggi, yang telah belajar ilmu pengobatan sejak kecil. Nggak perlu meragukan kemampuannya. Bahkan Pangeran sendiri juga dirawat langsung oleh Putri saat ini!""Hari ini pengobatan gratis dan harga obat
Emosi yang tidak stabil seperti ini, sebenarnya sudah lama tidak kambuh sejak Luis menikah dengan Anggi."Pangeram, saat ini Putri sedang sendirian di kamar." Apakah Pangeran ingin menenangkannya?Luis tersenyum pahit, "Dia sekarang justru butuh waktu sendiri." Waktu dan ruang yang sepenuhnya jadi miliknya.Setelah berpikir sejenak, Luis berkata, "Suruh bagian dapur untuk menyiapkan dua jenis makanan penutup tambahan hari ini. Waktu makan malam nanti, mungkin Putri akan menyukainya.""Baik." Torus pun keluar dari ruang kerja, sambil menutup pintunya dengan pelan.Sementara itu, Luis mencoba mengambil buku strategi militer yang ada di atas meja, tapi tak satu pun kalimat bisa dia cerna. Yang muncul dalam benaknya, hanyalah bayangan saat gadis itu diam-diam menangis. Penampilannya terlihat begitu menyentuh dan membuat orang iba.Hanya membayangkan pemandangan itu saja ... Luis sudah merasa tubuhnya tidak nyaman. Tadi dia memang berbicara dengan sangat tenang dan rasional, mengatakan bahw
"Putri tenang saja, hamba pasti akan menjelaskannya." Dimas memberi hormat dengan sikap yang sangat sopan."Bagus kalau begitu. Jangan sampai niat baikku malah diberikan pada orang yang nggak tahu berterima kasih." Usai bicara, Anggi menyuruh Mina menyerahkan botol obat itu kepada Dimas. Setelah itu, dia pun berbalik dan kembali masuk ke dalam kediaman.Dimas menatap punggung Anggi yang perlahan menjauh, lalu menunduk melihat botol obat di tangannya. Rasa curiganya kini makin jelas.Jika benar dupa penenang itu dibuat oleh Wulan, mengapa sudah didesak sekian lama tapi tak kunjung bisa dia keluarkan? Sedangkan Anggi bisa langsung memberikannya dengan mudah?Jika semua dugaannya benar, berarti Wulan hanyalah seorang pembohong besar selama ini .... Dia bahkan merasa takut untuk membayangkannya.Setelah Anggi kembali ke kediaman utama, dia menerima lagi sebuah surat penghinaan dari Yohan. Kali ini, Torus bahkan tidak selesai membacakannya dan langsung berhenti di tengah jalan.Anggi tertaw
Luis menggenggam tangan Anggi semakin erat. Seberapa dalam luka yang pernah dialami Anggi, sampai-sampai tidak bisa percaya padanya, bahkan mengucapkan kata-kata sesuram itu?Tangan Luis sempat sedikit bergetar, lalu dia menenangkan diri dan berkata, "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Kamu akan selalu menjadi istriku."Anggi tersenyum tipis, "Saya berterima kasih pada Pangeran."Dilihat dari mata pria itu, mungkin untuk saat ini dia memang bersungguh-sungguh.Di kehidupan ini, Anggi hanya ingin dirinya dan Luis hidup dengan baik. Dia ingin membalas budi karena Luis telah menguburkan jasadnya di kehidupan sebelumnya. Selain itu, dia tidak akan berharap yang lebih.Anggi selesai mengoleskan obat untuk Luis.Keduanya lalu bermain catur dua ronde di dalam kamar. Tak lama kemudian, Torus datang membawa surat dari Dimas yang dikirim langsung oleh orangnya.Luis menoleh ke Anggi, lalu meletakkan bidak caturnya dan berkata, "Gigi pasti dulunya orang yang sangat mudah diajak bicara. Sampa
"Jadi ... begitu rupanya." Anggi sedikit tertegun. Ternyata Luis begitu cermat dan cerdas. Sekilas tampak tenang, tapi sebenarnya mengamati dengan sangat teliti.Memikirkan hal itu, Anggi kembali berkata, "Karena berjudi, rumah dan apoteknya sampai habis. Apa Pangeran nggak khawatir dia akan buat masalah lagi?" Hari ini dikirim ke barak, besok sudah berangkat ke medan perang untuk membasmi perampok. Kecepatannya luar biasa, sampai membuat orang terkejut.Luis memandang Anggi sambil tersenyum tipis, lalu berseru memanggil Dika. Begitu suara pintu terdengar terbuka, dalam sekejap Dika sudah muncul di hadapan mereka dan memberi salam sambil mengepalkan tangan."Lapor Putri, kemarin saat hamba pergi untuk mengurus pembelian toko, hamba juga sudah menyelidiki. Daud sebenarnya tidak jahat, hanya saja terlalu setia kawan. Dia dijebak oleh teman sendiri dan orang-orang dari kasino. Mereka berpura-pura bertengkar di depan Daud untuk menipunya, akhirnya seluruh hartanya habis.""Kali ini, wakil
Mina mengerucutkan bibirnya. Tadi dia sebenarnya ingin mengingatkan, tapi Anggi sama sekali tidak meliriknya. Memikirkannya, Anggi menghela napas.Sura berkata, "Tinggal di sisi Putri sebagai kusir juga bukan masalah, nanti hamba akan ajarkan dia sedikit ilmu bela diri. Lagi pula, kalau Putri berkenan membantu dan membicarakannya dengan Pangeran, mungkin saja Pangeran akan setuju."Anggi mengernyit. Dia ... akan setuju?"Aku juga nggak bisa mengaturnya." Anak kesayangan orang lain disuruh jadi kusir, memangnya Faisal akan setuju?Tak lama kemudian, Faisal benar-benar datang membawa anak kebanggaannya. Pria itu bertubuh tinggi, sepertinya usianya hanya satu atau dua tahun di bawah Luis. Begitu melihat Anggi, dia langsung berlutut.Anggi buru-buru mengangkat tangannya, "Berdiri dulu. Nanti aku akan membawamu kembali ke kediaman, tapi soal apakah Pangeran mau menemui dan menerima kamu, aku juga nggak tahu. Bagaimanapun, kamu pasti tahu, Pangeran sekarang bukan lagi dewa perang seperti dul
Naira dan Sura menyerahkan salep yang dibawa oleh Anggi kepada Faisal. "Ini adalah salep hasil racikanku sendiri. Di medan perang, salep ini terbukti cukup ampuh."Faisal menerima, lalu mencium aromanya, mengamati teksturnya dengan teliti. "Tak kusangka Putri juga menguasai ilmu medis." Kalau begitu, kenapa dulu masih menyuruhnya mengobati Pangeran?Anggi menjawab, "Aku hanya menguasai sedikit. Aku ingin minta bantuan Tabib Faisal kali ini.""Silakan, Putri. Katakan saja.""Setiap tanggal tujuh, aku akan datang ke Balai Pengobatan Afiat untuk melakukan pengobatan gratis. Nggak akan dipungut biaya sepeser pun."Sebagai pemilik baru, tentu dia harus punya strategi untuk menarik perhatian.Faisal pun bertanya, "Hanya Putri yang memberi pengobatan gratis atau seluruh Balai Pengobatan Afiat?"Anggi menjawab, "Fokusnya tetap padaku. Tapi selama hari itu, seluruh balai pengobatan akan buka layanan pengobatan gratis. Kecuali biaya bahan obat."Dia tersenyum, lalu menatap Faisal dan meneruskan,