Share

Bab 16

Penulis: Lilia
"Anggi!" Wulan mulai panik. "Kamu ... kenapa kamu ngomong begini!"

Melihat Wulan yang mulai cemas, Anggi langsung mengerti semuanya. Sejak awal, neneknya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan ketika Anggi membuat dupa penenang, neneknya bahkan tidak mau melihatnya sedikit pun.

Kemudian, Wulan mengklaim bahwa dialah yang membuat dupa tersebut. Saat dupa itu berhasil menyembuhkan insomnia neneknya, Wulan langsung menjadi pahlawan besar di Keluarga Suharjo.

Setelah itu, semua obat luka yang dia buat, selalu diserahkan kepada Wulan. Kemudian, Wulan menyerahkannya kepada Ayah dan kakak-kakaknya.

Wulan punya banyak kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, dia tidak pernah melakukannya. Tujuannya sangat jelas.

"Nggak ada lagi yang bisa dibicarakan. Aku nggak akan kasih kamu obat ini!" Anggi berdiri dan hendak mengusir tamu.

Wulan berkata dengan panik, "Kakak! Kakak, apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberiku dupa penenang?"

Jika dia tidak bisa mendapatkan dupa itu, Nenek pasti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 17

    Langit semakin gelap dan salju terus turun tanpa henti. Wulan dan Fani akhirnya mendapatkan botol dupa penenang itu dan segera meninggalkan Kediaman Pangeran, lalu naik ke dalam kereta kuda mereka.Wajah mereka berdua pucat pasi karena kedinginan."Nona Anggi keterlaluan sekali!" Saking kesalnya, Fani meneteskan air mata.Wulan juga merasa kesal, tetapi merasa tidak berdaya. Dia hanya berkata pada Fani, "Apa boleh buat? Aku masih membutuhkannya.""Tapi, bukankah Nona selama ini yang paling baik padanya? Di rumah, hanya Nona yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak kecil, tapi dia malah nggak tahu diri! Orang seperti dia yang nggak tahu berterima kasih pada keluarga sendiri, cepat atau lambat akan dihukum langit!""Dihukum langit?" Wulan melihat Fani. "Langit terlalu sibuk untuk mengurus dia .... Kecuali seseorang sengaja mengatur semuanya."Sengaja mengatur semuanya? Fani kebingungan.Sorot mata Wulan yang lembut selama ini, berkilat penuh kekejaman. "Setelah pulang nanti, suruh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 18

    "Putri!" Melihat darah yang mengalir, hati Luis langsung mencelos. Pada saat inilah, dia baru menyadari bahwa pembunuh ini bukan suruhan Dika.Luis merangkul Anggi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berbalik dengan cepat dan menghantam dua pembunuh hingga terpental jauh. "Kamu nggak apa-apa?"Anggi mengerutkan alis. Tangannya menekan luka di bahunya dan wajahnya pucat menahan sakit. "Sakit sekali ...."Luis mengernyitkan alisnya. "Kalau tahu sakit, kenapa masih nekat menerjang ke depan?""Aku ... aku cuma takut mereka akan melukaimu," jawab Anggi dengan suara lemah.Kalau si tokoh antagonis mati di sini, lalu siapa yang bisa dia jadikan sekutu untuk menghancurkan dunia bobrok yang dibuat oleh si penulis sialan dan menggulingkan pasangan protagonis menjijikkan itu?"Kamu ... kamu cuma takut mereka akan melukaiku?" tanya Luis."Ya."Luis membuka mulutnya, seketika suasana hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Selain para pengawal bayangannya, Anggi adalah orang pertama ya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 19

    "Lalu kenapa dia masih belum sadar?"Faisal menjawab, "Pil penawar baru saja diminum. Sebelum jam 11 malam, dia pasti akan sadar."Mendengar jawaban Faisal yang yakin, entah mengapa Luis merasa lega. Sampai sekarang, dia masih merasa agak linglung. Mengapa Anggi, seorang Wanita yang begitu mencintai Putra Bangsawan Aneksasi, rela mengadang tebasan pedang demi dirinya?Memikirkan hal itu, Luis mengepalkan tangannya dengan erat. Dia merasa menyesal karena telah menguji Anggi di saat kritis seperti itu ….Setelah menyampaikan beberapa pesan yang harus diperhatikan, Faisal pun Kembali ke istana.Setelah Faisal pergi, Dika masuk ke ruangan dan berlutut di hadapan Luis. "Pangeran, hamba bersalah. Hamba mengira …."Luis mengulurkan tangannya untuk mencegah Dika melanjutkan perkataannya. Dia hanya berkata, "Selidiki, siapa yang punya nyali sebesar itu!" Berani-beraninya mereka menyerang istrinya."Baik, Pangeran."Begitu Dika pergi, Luis menyuruh semua pelayan di ruangan itu untuk bubar. Dia d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 20

    "Tidak ada, Pangeran.""Apa Putri pernah menyinggung seseorang?"Dika menjawab, "Di kalangan perempuan, yang bisa menjadi musuhnya kemungkinan besar hanya orang-orang di dalam rumah tangga. Lagi pula, bukankah sebelumnya Wulan datang menemui Putri dan dipermalukan olehnya?"Jari Luis mengetuk-ngetuk pegangan kursi rodanya, matanya tampak dingin. "Wulan ...."Bagaimanapun juga, Anggi adalah putri sulung Keluarga Suharjo. Namun, di keluarganya sendiri, Anggi tidak diperlakukan dengan baik. Bisa dibayangkan betapa sulit hidupnya selama ini."Awasi Keluarga Suharjo dengan ketat, terutama Wulan. Jangan biarkan satu petunjuk pun terlewatkan!""Baik!"....Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.15 malam.Melihat Anggi masih belum sadarkan diri, Luis merasa khawatir dan segera memerintahkan seseorang untuk memanggil Faisal.Faisal berkata, "Pangeran jangan cemas, demam Putri sudah turun. Tadi saya telah memeriksa nadinya dan menemukan bahwa semua kondisi vitalnya telah pulih seperti semula.""Lalu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 21

    Anggi hampir mengucapkan sesuatu. Namun, sebelum sempat berbicara, Luis sudah lebih dulu berkata, "Pikirkan baik-baik, sebaiknya kamu jangan berani bohongi aku!""Hamba tidak berani, hamba tidak berhubungan baik sama Wulan."Tidak berhubungan baik, artinya mereka bermusuhan."Baik, aku mengerti." Sebelumnya, dia berniat mencari kesempatan untuk membunuh semua anggota Keluarga Suharjo, termasuk Anggi. Namun saat ini, dia memutuskan bahwa terlepas dari apakah Anggi pernah menyelamatkannya atau tidak, dia akan membiarkan Anggi hidup.Luis mendorong kursi rodanya keluar dan memanggil Mina untuk masuk dan melayaninya. Anggi menatap ke arah kepergiannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Luis mengatakan bahwa dia mengerti.Namun, apa yang sebenarnya dia pahami?Setelah masuk ke ruangan, Mina berkata kepada Anggi, "Putri, tabib mengatakan bahwa Anda terluka, jadi sebaiknya makan makanan yang lebih hambar. Hamba telah menyiapkan bubur sayuran dengan daging tanpa lemak serta sup biji teratai.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 22

    Malam hari, salju turun lagi dengan lebatnya. Butiran salju jatuh berhamburan, menutupi ranting-ranting pohon.Anggi berbaring di ranjang sambil berpikir dalam hati, 'Setelah kejadian ini, Luis seharusnya akan percaya padaku, bukan?'Saat dia masih merenung, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Sepertinya Luis datang. Dia segera menutup matanya dan berpura-pura tidur.Tak lama kemudian, embusan angin dingin menyelinap masuk ke ruangan, diikuti suara roda kursi yang berhenti di samping tempat tidurnya. Setelah terdengar suara yang gemerisik sejenak, seorang pria naik ke atas ranjang."Putri." Suaranya dingin dan tenang.Anggi terkejut. Kenapa Luis memanggilnya? Apakah dia harus membuka mata?"Saat salju ini reda, ikutlah bersamaku ke istana untuk menemui Ayahanda dan Ibunda."Luis benar-benar sedang bicara padanya! Anggi tidak bisa lagi berpura-pura tidur. Dia membuka matanya dengan agak canggung. "Saya akan mengikuti perintah Pangeran."Anggi terlihat begitu patuh. Tatapan matanya yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 23

    Anggi duduk di tepi jendela. Dia membukanya sedikit untuk melihat para pelayan bermain salju.Mina tersenyum dan berkata, "Naira dan yang lainnya selalu membuat manusia salju setiap tahun, seolah-olah nggak pernah merasa cukup."Anggi menatap mereka dengan tenang. "Bagus, dong."Setidaknya mereka benar-benar bahagia.Orang luar selalu mengatakan bahwa Luis memiliki kepribadian yang tidak menentu. Namun, kenapa para pelayan di kediamannya malah begitu ceria?Memikirkan hal itu, Anggi bergumam, "Kalau begitu, sepertinya Pangeran nggak sesulit yang dikatakan orang, bukan?"Mina tertawa kecil. "Kekejaman Pangeran hanya ditujukan pada orang luar dan musuhnya." Dia kemudian menatap Anggi. Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang benar-benar tidur seranjang dengan Luis.Mina berpikir, 'Mungkin kali ini, Pangeran benar-benar akan memiliki seseorang di sisinya.'"Hanya terhadap musuh?"Mina mengangguk. "Ya. Suasana hati Pangeran memang sering berubah, tapi dia nggak akan marah tanpa a

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 24

    Kedua orang itu berjalan lebih dekat, lalu memberi hormat kepada Dariani. Dariani tersenyum seraya meletakkan kitab suci yang sedang dibacanya, lalu mengangkat tangan. "Nggak usah sungkan.""Terima kasih, Permaisuri."Matanya menatap Anggi dengan saksama. Setelah bangkit dari memberi salam, tangan Anggi langsung bertumpu pada kursi roda Luis, seolah-olah dia tidak merasa risih sedikit pun terhadap kondisi Luis.Wajah mungilnya yang indah tampak memerah karena terkena angin dingin di perjalanan. Tak heran jika putranya mulai memandang Anggi dengan cara yang berbeda.Dariani mempersilakan mereka duduk dan segera menyuruh Gina membawa beberapa kue yang dibuat oleh dapur kecil istana."Beberapa hari yang lalu, Ayahandamu masih bertanya kapan kamu akan membawa istrimu ke istana. Nggak disangka, hari ini akhirnya kamu datang," ujar Dariani dengan nada lembut.Anggi segera berdiri dan memberi hormat. "Terima kasih atas perhatian Ayahanda dan Ibunda."Luis hanya menjawab dengan tenang, mengata

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 100

    Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 99

    Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 98

    Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 97

    Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 96

    "Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 95

    Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 94

    "Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 93

    Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 92

    Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status