Share

Bab 110

Author: Lilia
"Dia pingsan?"

"Mm. Mungkin karena kedinginan sampai nggak sadarkan diri."

Anggi menghela napas, "Dia memang cukup gigih."

Luis menoleh padanya, "Anggi, kamu mulai merasa iba?"

"Nggak, aku ...." Anggi menatap Luis dengan sorot serius. Setelah terdiam lama, barulah dia berkata, "Pangeran, hatiku ini bukan hati yang lembut."

Anggi hanya ingin memberi Luis sedikit peringatan agar bersiap. Karena ke depannya, dia mungkin akan benar-benar menjadi kejam.

Luis terdiam.

Dulu, dia selalu merasa bahwa hidupnya adalah yang paling pahit. Rasa kecewa dan ketidakadilan telah membuat dirinya berubah menjadi sedikit lebih dingin dan kejam. Namun, kini dia tersenyum, "Kebetulan sekali, aku juga sama sepertimu."

Anggi menatapnya dan mereka saling menatap dalam diam cukup lama. "Pangeran ...." Pria ini benar-benar selalu terus memakluminya.

Untuk sesaat, Anggi merasa ujung hidungnya terasa panas. Kenapa Luis bisa sebaik ini?

Di kehidupan sebelumnya, pria ini yang mengurus jasadnya dan satu-satunya orang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 111

    Anggi tersenyum memahami maksudnya. Saat hendak beranjak pergi, Luis menahannya. "Tunggu sebentar.""Eh?"Luis berkata, "Tunggu sekitar 15 menit."Kenapa harus menunggu 15 menit?Sampai ketika daun telinga dan wajah Luis memerah, serta pandangannya jatuh ke arah selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, Anggi baru menyadari sesuatu.Wajahnya langsung merah padam. Setelah sekian lama mereka sering berinteraksi, hubungan antara mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk saling terbuka. Anggi berjalan melewati partisi dan duduk di meja bagian luar.Sampai Luis akhirnya berkata, "Gigi, panggil Dika masuk."Anggi menanggapinya, lalu membuka pintu dan langsung berpapasan dengan Torus dan Dika."Pangeran memanggilmu masuk," katanya pada Dika.Dika mengepalkan tangan memberi hormat, "Baik." Kemudian, dia masuk bersama Anggi ke ruang utama.Dengan bantuan Dika, Luis berdiri. Rasa sakit langsung membuat keringat dingin mengucur di keningnya, tapi dia menggertakkan gigi dan tetap bertahan.Dika

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 112

    "Aku ...." Wulan tercekat.Pratama mengibaskan lengan bajunya dengan kesal, seolah kecewa berat pada putrinya yang tak kunjung jadi seperti yang dia harapkan. Ayunda segera datang setelah mendapat kabar. Melihat putrinya yang tampak lemah dan berlinang air mata, tubuhnya langsung melemas hingga nyaris jatuh."Kondisi tubuhmu nggak sehat, kenapa kamu keluar juga?" bentak Pratama.Ayunda menekan sudut matanya dengan saputangan dan berusaha menghapus air mata. "Kalau aku nggak datang, apa kamu mau memakan Lanlan hidup-hidup?"Wulan menangis dengan suara lirih, "Ibu ....""Kamu masih saja melindunginya! Kalau dulu kamu peduli sedikit saja sama Anggi, hari ini nggak akan seperti ini."Hari ini, Pratama baru saja memohon pada Kaisar, dan Kaisar juga mengatakan sebuah kalimat. Asalkan Anggi mau memohon deminya, demi menghargai Pangeran Selatan, perintah pernikahan itu pasti bisa ditarik kembali.Namun, sayangnya, Anggi memang ingin melihat Wulan menikah dengan tidak bahagia.Ayunda yang dimar

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 113

    Ayunda sempat terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Dia pun tersenyum kaku lalu memberi jalan, "Baik, Ibu akan coba cari cara lain."Wulan pun pergi bersama Fani.Ibunya itu memang tidak pandai berpikir. Sampai saat ini, Wulan tiba-tiba merasa, lebih baik dia mengandalkan diri sendiri daripada harus menggantungkan harapan pada orang lain.Namun, saat dia akhirnya berhasil menemui Satya dan sempat bermesraan sejenak, Wulan bertanya, "Kak Satya, aku sudah nggak punya jalan lain. Tolong bantu aku, ya?"Satya yang sudah berpakaian rapi, menoleh ke arah gadis itu. Rambutnya sedikit berantakan, dia menunduk malu sambil memainkan ujung selimut dengan gelisah.Satya terdiam sejenak. Dia teringat kembali wajah ayahnya saat memarahinya. Akhirnya, dia duduk di tepi ranjang dan menarik Wulan ke dalam pelukannya. "Lanlan ...."Dia hanya memanggil sekali, lalu terdiam sangat lama.Wulan merasa tidak tenang. Matanya yang berkaca-kaca memandang Satya dengan penuh rasa takut. "Kak Satya ... mau bilang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 114

    Kabar bahwa Wulan pergi ke Kediaman Pangeran Aneksasi tidak luput dari pengawasan Sura dan yang lainnya. Saat mereka melapor kepada Luis, Anggi hanya berkata, "Dia pasti sudah gila karena putus asa."Sura menambahkan, "Kasim pribadi Satya membawa seseorang keluar dari pintu belakang. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi kelihatannya cukup kacau. Pelayan pribadi Nona Wulan sampai terduduk di tanah karena terkejut. Sampai lama sekali baru bisa kembali sadar."Anggi mengernyit. Namun setelah lama terdiam, dia hanya berkata, "Fani itu memang setia."Luis berkata, "Besok, Keluarga Suharjo akan mengadakan jamuan."Tanggal sembilan, pernikahan resmi dilaksanakan. Pangeran Pradipta akan datang menjemput pengantin."Benar, kita juga harus pergi menghadiri jamuan.""Kalau kamu nggak ingin pergi ....""Saya justru ingin pergi," belum selesai Anggi berbicara, Satya berkata, "Kalau begitu, kita pergi."Anggi menggeleng, "Kita ke kediaman Pangeran Pradipta saja untuk memberi selamat. Bagaima

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 115

    Pengantin wanita menangis sepanjang jalan.Anggi membayangkan pemandangan itu. Pangeran Pradipta yang bertubuh gemuk dan berwajah lebar menggendong Wulan yang menangis tersedu ke atas kuda .... Pemandangan seperti itu memang tidak sulit untuk dibayangkan.Luis berkata, "Kalau begitu, kita juga sebaiknya segera berangkat."Dalam hati, Anggi berpikir, sayang sekali dia tidak bisa melihat Wulan saat bersujud di upacara pernikahan. Entah bagaimana jadinya adegan itu.Tanggal sembilan bulan Januari. Setelah keluar rumah, terlihat jalanan kota yang dipenuhi suasana meriah. Setiap rumah menempelkan pasangan kaligrafi merah dan menggantungkan lentera merah. Suasana penuh kebahagiaan di mana-mana.Di depan kediaman Pangeran Pradipta, lantai dipenuhi sisa-sisa kertas petasan berwarna merah menyala. Musik suling dan seruling tradisional dimainkan bergantian.Anggi mendorong kursi roda Luis. Saat menaiki tangga, Dika pun membantu menopangnya.Satya yang melihat Luis datang dengan mengenakan topeng

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 116

    Mendengar dari mulut orang lain tentu tidak bisa dibandingkan dengan sensasi saat melihatnya dengan mata kepala sendiri?Namun, melihat sorot mata penuh harap dari Luis, Anggi mengangguk pelan. "Baiklah."Pria itu tersenyum tipis.Saat Anggi berdiri dan mendorong Luis, tatapan Satya yang kelam dan sulit ditebak menatap ke arahnya. Pandangan itu lembut, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu.Ingin mengatakan sesuatu? Anggi merasa geli. Apa lagi yang ingin dikatakan pria ini padanya?Dia teringat malam tahun baru itu, saat pria ini bicara dengannya. Itu tidak lain karena takut Luis punya keturunan yang bisa membahayakan posisi mereka di Kediaman Bangsawan Aneksasi."Anggi ...." Luis jelas merasakan bahwa dia didorong, tetapi kenapa mereka malah berhenti? Saat menoleh, dia melihat Anggi dan Satya saling menatap. Ada keresahan dalam hatinya.Anggi membungkuk sedikit. "Pangeran?" Kenapa memanggilnya?"Ayo."Benar juga, apa menariknya Kediaman Pangeran Pradipta ini?Anggi terus mendorong pria

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 117

    Aska menatap papan catur sambil terkekeh-kekeh. Permainan mereka barusan seimbang. Namun, begitu Luis meletakkan bidaknya yang terakhir, dia langsung memenangkan permainan. Memang benar, keberuntungan sedang berpihak padanya.Luis bertanya, "Apa kamu juga percaya pada rumor kalau Wulan adalah wanita yang terlahir dengan takdir menjadi permaisuri?"Aska menjawab, "Tentu saja. Pangeran mungkin belum tahu, pendeta tua yang menyebarkan kabar itu adalah mantan kepala Biro Falak yang dulu meramalkan nasibmu juga.""Serius?""Tentu saja. Masa saya menjelekkan nama guru saya sendiri?"Luis tertawa kecil. "Pantas saja selama ini, setiap kali aku minta kamu meramal nasibku, kamu selalu menghindar."Aska tertawa kaku. "Bukan begitu. Saya sudah pernah meramalnya, hanya saja hasilnya selalu buruk. Sampai Pangeran menikahi putri sulung dari Keluarga Suharjo, baru takdir Pangeran mulai berubah.""Maksudmu, Anggi mengubah nasibku?""Kemungkinan besar begitu." Aska melemparkan bidak catur ke dalam kota

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 118

    Luis berdeham, lalu menatap Aska dengan ekspresi datar. "Apa kamu punya nasihat khusus untuk kami?"Aska tertawa dengan canggung. "Nggak, nggak sama sekali.""Atau mungkin makanannya nggak sesuai selera?""Enak, sangat enak."Kalau sangat enak, kenapa matamu terus tertuju pada Anggi? Lihat saja makananmu itu!"Baguslah. Kalau begitu, jangan sungkan." Dalam hati, Luis telah memutuskan untuk tidak mengajak Aska makan di kediamannya lagi.Aska hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, tanpa berkata apa-apa. Tadi, dia hanya mengamati wajah Anggi. Melihat dari bintang nasib saja membuatnya masih agak ragu. Namun, setelah melihat wajah aslinya, efeknya benar-benar mengejutkan.Kalau hanya dari bentuk wajah, dia mungkin hanya terlihat seperti wanita cantik biasa. Namun, tanpa riasan pun, wajahnya tampak anggun dan berkelas. Pakaiannya sederhana tetapi sangat rapi, setiap gerak-geriknya membawa aura seorang permaisuri.Bagus! Sekarang dia bisa menjalin hubungan baik dengan Luis tanpa kekhawatir

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 138

    Kediaman Jenderal Musafir.Hidayat kembali dan menyampaikan informasi yang berhasil dia kumpulkan kepada Dimas, "Hari ini Nona Anggi mengadakan pengobatan gratis. Banyak pasien yang memuji keahlian medisnya tanpa henti.""Memuji tanpa henti ...," gumam Dimas dengan nada tak percaya."Benar, dan Pangeran Selatan pun mengizinkan Nona untuk mengadakan pengobatan gratis. Mulai sekarang, setiap tanggal yang ada tujuhnya akan ada kegiatan yang sama."Dimas mengusap dagunya, menimbang-nimbang setiap kata sebelum bertanya, "Jadi maksudmu, Anggi akan mengadakan pengobatan gratis setiap tanggal 7, 17, dan 27?""Benar," Hidayat menjawab dengan pasti, meskipun wajahnya tetap bingung. "Tuan, tapi sejak kapan Nona Anggi bisa mengobati orang? Bukankah yang selama ini dikenal ahli pengobatan adalah Nona Wulan?"Dimas menarik napas panjang, lalu menatap ke arah langit cerah di luar jendela dan bergumam, "Mungkin ini adalah rahasia besar yang selama ini disembunyikan."Hidayat pun mulai merasa ada sesua

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 137

    Tangan pria itu sempat sedikit ditarik, tapi langsung ditekan oleh Anggi. "Jangan bergerak."Melihat sikapnya yang begitu serius, pria itu pun tidak berani banyak bertingkah. Namun, dalam hatinya muncul keraguan. Bagaimanapun, Putri memeriksa nadi langsung dengan tangan telanjang. Apakah Pangeran Selatan benar-benar akan mendukung hal ini?Saat pikirannya mulai melayang-layang, Anggi bertanya, "Pagi ini makan apa?"Pria itu berpikir sejenak, "Ubi rambat.""Cuma ubi rambat saja?""Iya.""Anggota keluarga lain makan juga?""Nggak, itu sisa dari yang dikukus waktu tahun baru. Diletakkan dekat tungku sudah terlalu lama, jadi saya sendiri yang makan. Saya nggak membiarkan keluarga ikut makan."Mendengar hal itu, Anggi bertanya lagi, "Apa kamu muntah dan buang air terus-menerus?"Wajah pria itu langsung pucat pasi, "Iya ...."Sampai di sini, Anggi sudah bisa memastikan bahwa pria itu mengalami diare akibat makanan basi. Dia segera menuliskan resep, lalu menyuruh seorang murid dari Balai Peng

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 136

    Dengan adanya penghiburan dari Luis, rasa kesal dalam hati Anggi perlahan-lahan mereda. Dia mengangguk, lalu berkata dengan lembut, "Mau." Mana mungkin dia sanggup mengecewakan ketulusan hati pria itu?Seperti apa Luis sebenarnya?Melihat senyum tipis yang terangkat di sudut bibirnya, hati Luis yang tadinya sempat sedikit cemas pun langsung merasa lega.Tanggal 27.Anggi mengunjungi Balai Pengobatan Afiat langsung untuk menangani pasien. Begitu melihat bahwa tabib yang bertugas adalah seorang wanita, banyak orang yang langsung ragu dan berhenti melangkah masuk.Untuk menangani pasien, Anggi meminta Faisal untuk datang empat jam lebih lambat dari biasanya ke toko obat.Mina pun berdeham, lalu berdiri dan berseru ke arah kerumunan, "Hadirin sekalian, ini adalah istri dari Pangeran Selatan, Anggi, yang telah belajar ilmu pengobatan sejak kecil. Nggak perlu meragukan kemampuannya. Bahkan Pangeran sendiri juga dirawat langsung oleh Putri saat ini!""Hari ini pengobatan gratis dan harga obat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 135

    Emosi yang tidak stabil seperti ini, sebenarnya sudah lama tidak kambuh sejak Luis menikah dengan Anggi."Pangeram, saat ini Putri sedang sendirian di kamar." Apakah Pangeran ingin menenangkannya?Luis tersenyum pahit, "Dia sekarang justru butuh waktu sendiri." Waktu dan ruang yang sepenuhnya jadi miliknya.Setelah berpikir sejenak, Luis berkata, "Suruh bagian dapur untuk menyiapkan dua jenis makanan penutup tambahan hari ini. Waktu makan malam nanti, mungkin Putri akan menyukainya.""Baik." Torus pun keluar dari ruang kerja, sambil menutup pintunya dengan pelan.Sementara itu, Luis mencoba mengambil buku strategi militer yang ada di atas meja, tapi tak satu pun kalimat bisa dia cerna. Yang muncul dalam benaknya, hanyalah bayangan saat gadis itu diam-diam menangis. Penampilannya terlihat begitu menyentuh dan membuat orang iba.Hanya membayangkan pemandangan itu saja ... Luis sudah merasa tubuhnya tidak nyaman. Tadi dia memang berbicara dengan sangat tenang dan rasional, mengatakan bahw

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 134

    "Putri tenang saja, hamba pasti akan menjelaskannya." Dimas memberi hormat dengan sikap yang sangat sopan."Bagus kalau begitu. Jangan sampai niat baikku malah diberikan pada orang yang nggak tahu berterima kasih." Usai bicara, Anggi menyuruh Mina menyerahkan botol obat itu kepada Dimas. Setelah itu, dia pun berbalik dan kembali masuk ke dalam kediaman.Dimas menatap punggung Anggi yang perlahan menjauh, lalu menunduk melihat botol obat di tangannya. Rasa curiganya kini makin jelas.Jika benar dupa penenang itu dibuat oleh Wulan, mengapa sudah didesak sekian lama tapi tak kunjung bisa dia keluarkan? Sedangkan Anggi bisa langsung memberikannya dengan mudah?Jika semua dugaannya benar, berarti Wulan hanyalah seorang pembohong besar selama ini .... Dia bahkan merasa takut untuk membayangkannya.Setelah Anggi kembali ke kediaman utama, dia menerima lagi sebuah surat penghinaan dari Yohan. Kali ini, Torus bahkan tidak selesai membacakannya dan langsung berhenti di tengah jalan.Anggi tertaw

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 133

    Luis menggenggam tangan Anggi semakin erat. Seberapa dalam luka yang pernah dialami Anggi, sampai-sampai tidak bisa percaya padanya, bahkan mengucapkan kata-kata sesuram itu?Tangan Luis sempat sedikit bergetar, lalu dia menenangkan diri dan berkata, "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Kamu akan selalu menjadi istriku."Anggi tersenyum tipis, "Saya berterima kasih pada Pangeran."Dilihat dari mata pria itu, mungkin untuk saat ini dia memang bersungguh-sungguh.Di kehidupan ini, Anggi hanya ingin dirinya dan Luis hidup dengan baik. Dia ingin membalas budi karena Luis telah menguburkan jasadnya di kehidupan sebelumnya. Selain itu, dia tidak akan berharap yang lebih.Anggi selesai mengoleskan obat untuk Luis.Keduanya lalu bermain catur dua ronde di dalam kamar. Tak lama kemudian, Torus datang membawa surat dari Dimas yang dikirim langsung oleh orangnya.Luis menoleh ke Anggi, lalu meletakkan bidak caturnya dan berkata, "Gigi pasti dulunya orang yang sangat mudah diajak bicara. Sampa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 132

    "Jadi ... begitu rupanya." Anggi sedikit tertegun. Ternyata Luis begitu cermat dan cerdas. Sekilas tampak tenang, tapi sebenarnya mengamati dengan sangat teliti.Memikirkan hal itu, Anggi kembali berkata, "Karena berjudi, rumah dan apoteknya sampai habis. Apa Pangeran nggak khawatir dia akan buat masalah lagi?" Hari ini dikirim ke barak, besok sudah berangkat ke medan perang untuk membasmi perampok. Kecepatannya luar biasa, sampai membuat orang terkejut.Luis memandang Anggi sambil tersenyum tipis, lalu berseru memanggil Dika. Begitu suara pintu terdengar terbuka, dalam sekejap Dika sudah muncul di hadapan mereka dan memberi salam sambil mengepalkan tangan."Lapor Putri, kemarin saat hamba pergi untuk mengurus pembelian toko, hamba juga sudah menyelidiki. Daud sebenarnya tidak jahat, hanya saja terlalu setia kawan. Dia dijebak oleh teman sendiri dan orang-orang dari kasino. Mereka berpura-pura bertengkar di depan Daud untuk menipunya, akhirnya seluruh hartanya habis.""Kali ini, wakil

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 131

    Mina mengerucutkan bibirnya. Tadi dia sebenarnya ingin mengingatkan, tapi Anggi sama sekali tidak meliriknya. Memikirkannya, Anggi menghela napas.Sura berkata, "Tinggal di sisi Putri sebagai kusir juga bukan masalah, nanti hamba akan ajarkan dia sedikit ilmu bela diri. Lagi pula, kalau Putri berkenan membantu dan membicarakannya dengan Pangeran, mungkin saja Pangeran akan setuju."Anggi mengernyit. Dia ... akan setuju?"Aku juga nggak bisa mengaturnya." Anak kesayangan orang lain disuruh jadi kusir, memangnya Faisal akan setuju?Tak lama kemudian, Faisal benar-benar datang membawa anak kebanggaannya. Pria itu bertubuh tinggi, sepertinya usianya hanya satu atau dua tahun di bawah Luis. Begitu melihat Anggi, dia langsung berlutut.Anggi buru-buru mengangkat tangannya, "Berdiri dulu. Nanti aku akan membawamu kembali ke kediaman, tapi soal apakah Pangeran mau menemui dan menerima kamu, aku juga nggak tahu. Bagaimanapun, kamu pasti tahu, Pangeran sekarang bukan lagi dewa perang seperti dul

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 130

    Naira dan Sura menyerahkan salep yang dibawa oleh Anggi kepada Faisal. "Ini adalah salep hasil racikanku sendiri. Di medan perang, salep ini terbukti cukup ampuh."Faisal menerima, lalu mencium aromanya, mengamati teksturnya dengan teliti. "Tak kusangka Putri juga menguasai ilmu medis." Kalau begitu, kenapa dulu masih menyuruhnya mengobati Pangeran?Anggi menjawab, "Aku hanya menguasai sedikit. Aku ingin minta bantuan Tabib Faisal kali ini.""Silakan, Putri. Katakan saja.""Setiap tanggal tujuh, aku akan datang ke Balai Pengobatan Afiat untuk melakukan pengobatan gratis. Nggak akan dipungut biaya sepeser pun."Sebagai pemilik baru, tentu dia harus punya strategi untuk menarik perhatian.Faisal pun bertanya, "Hanya Putri yang memberi pengobatan gratis atau seluruh Balai Pengobatan Afiat?"Anggi menjawab, "Fokusnya tetap padaku. Tapi selama hari itu, seluruh balai pengobatan akan buka layanan pengobatan gratis. Kecuali biaya bahan obat."Dia tersenyum, lalu menatap Faisal dan meneruskan,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status