Di dalam aula utama, bisikan para pejabat benar-benar membuat tidak nyaman.Namun, Anggi tetap tenang dan percaya diri saat mendorong kursi roda Luis. Di bawah panduan para pelayan istana, mereka pun duduk di posisi sebelah kiri bagian depan. Itu adalah tempat duduk yang seharusnya milik Putra Mahkota.Namun sekarang, Negara Cakrabirawa tidak memiliki Putra Mahkota. Sebagai satu-satunya anak Kaisar, Dariani menempatkan Luis di posisi itu dan tak ada satu orang pun yang berani berkomentar.Bahkan di tahun-tahun sebelumnya saat Luis tak hadir dalam jamuan, tempat itu tetap dibiarkan kosong khusus untuknya.Pratama dan Dimas yang duduk di barisan tamu, memandangi Anggi yang perlahan mendorong Luis melewati mereka. Hati mereka terasa aneh dan tak bisa dijelaskan.Dulu, kalau ada banyak orang bergosip seperti ini, wajah Anggi pasti sudah merah padam dan malu tak karuan. Namun malam ini, dia melangkah tegap dan penuh percaya diri.Tak jauh dari sana, Burhan dan Satya menyaksikan semua itu de
Tak lama kemudian, Kepala Kasim Istana, Wawan, mengumumkan bahwa jamuan malam tahun baru resmi dimulai. Para pelayan istana pun masuk beriringan sambil membawa aneka buah-buahan, hidangan, dan makanan lezat.Anggur manis dalam cawan berkilau. Aneka hidangan dari selatan hingga utara, semuanya tersedia.Alunan musik lembut mulai terdengar dan para penari cantik dari divisi hiburan istana mulai menari. Mereka mengenakan pakaian tari yang tipis meski di musim dingin dan menampilkan gerakan yang anggun.Dalam sekejap, Istana Kasih pun menjadi meriah luar biasa."Pangeran Selatan, Putri." Tiba-tiba seseorang datang memberi hormat sambil membawa anggur.Anggi mengangkat pandangan, ternyata itu Parlin."Paman." Luis mengangkat cawan anggurnya dengan santai. Biasanya dia enggan menyapa Parlin, tapi orang seperti itu ... siapa tahu suatu hari bisa berguna.Anggi juga menyapa dengan sopan.Parlin sempat tertegun melihat kecantikan Anggi. Hanya saja, meskipun dia dikenal sebagai pria mesum, dia t
Dimas melirik ke arah Luis dan Anggi. Keduanya tampak harmonis dan serasi. Pria itu mengenakan topeng perak, berjubah hitam pekat, dab duduk dengan tenang dengan sudut bibir yang menyunggingkan senyuman.Pangeran Selatan, Luis.Jika saja dia tidak mengalami luka parah di wajah, jika saja dia tidak menjadi cacat ....Anggi benar-benar bisa dikatakan mendapat keuntungan di balik musibah.Mendapat keuntungan di balik musibah ....Alis Dimas tiba-tiba berkerut. Kalau Luis tidak mengalami cacat, mungkinkah giliran Anggi yang dinikahkan dengannya?Kini, Anggi tidak menunjukkan sedikit pun perasaan kekeluargaan terhadap Keluarga Suharjo. Kalau tidak, waktu dia datang ke kediaman pangeran itu, Anggi takkan bersikap setega dan sekeras itu.Dia mengepalkan tangan dan pamit meninggalkan tempat. Saat melewati Parlin, pria itu dengan seenaknya memanggilnya, "Adik ipar ...."Kepalan tangan Dimas mengencang beberapa kali, tapi akhirnya dia memilih untuk menahan diri.Hari ini malam tahun baru. Hanya
"Anggi?" Luis mulai terlihat cemas.Begitu menoleh, dia mendapati gadis itu sedang menatapnya dengan pandangan kosong dan terpana. Dia menghela napas seolah kehabisan kesabaran, lalu mengisyaratkan lewat tatapan mata. 'Itu calon ayah mertua, eh bukan, maksudku Jenderal Pratama masih menunggu'.Anggi menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Yang saya benci adalah perlakuan mereka yang nggak adil. Mereka nggak pernah benar-benar menyayangi saya. Bukan karena mereka mengirim saya menggantikan calon pengantin ke kediaman pangeran."Meskipun dia tidak tahu pasti apa yang ada di dalam hati Luis, Anggi merasa perlu menjelaskan. Dia tak ingin Luis salah paham. Mendengar ucapan itu, Luis tak bisa menahan senyum di sudut bibirnya, "Kamu ... benaran?"Sepasang mata yang biasanya penuh kegelapan itu, kali ini masih setajam biasa. Namun, saat menatap Anggi, ada sedikit kelembutan yang menguar.Anggi mengangguk pelan, "Mm." Apa yang dia katakan memang berasal dari lubuk hatinya. Luis memang orang y
Torus selalu bisa membaca pikiran Luis. Dia segera menutup pintu kereta.Sementara itu, Dika langsung mengambil kendali cambuk. Saat dia mengayunkannya, ujung cambuk nyaris mengenai Pratama. Pratama terkejut sampai wajahnya pucat pasi dan buru-buru menyingkir ke samping.Tapak kaki kuda berdentum, roda kereta berputar, dan lonceng hias berdenting semakin lama semakin menjauh.Pratama memandangi kereta yang makin lama makin kecil dalam pandangan. Tiba-tiba, bulu kuduknya meremang. Ketika pintu kereta ditutup, dia sempat melihat sorot mata Anggi. Dingin bagaikan es, membawa aura yang mencekam.Tepat seperti yang dikatakan Dimas, Anggi yang sekarang sudah bukan lagi gadis lemah lembut yang dulu mudah dipermainkan di Keluarga Suharjo.Dia ....Pratama merasakan sesak yang begitu menekan di dadanya.Dulu dia memang tidak terlalu baik pada Anggi, tapi apakah Anggi pernah kekurangan apa pun di Keluarga Suharjo?Di dalam kereta, Luis menggenggam tangan gadis itu dan bertanya lembut, "Pertanyaa
Mungkin ini satu-satunya hal yang baik yang diberikan langit untuknya.Malam tahun baru, sebagian besar rakyat jelata masih belum beristirahat. Di sepanjang jalan yang mereka lewati, masih banyak pedagang kaki lima, kedai arak pun belum menutup toko. Suara kembang api sesekali meledak di langit malam, membuat seluruh ibu kota tampak begitu hidup dan meriah.Anggi menyibak tirai kereta, memandangi hiruk-pikuk kota. Meski salju menumpuk cukup tebal, orang-orang tetap bersemangat menyambut malam pergantian tahun.Saat mereka kembali ke kediaman Pangeran Selatan, waktu sudah menunjukkan tengah malam.Kembang api meledak semakin sering dan terang. Luis meminta Anggi menemaninya duduk di depan gerbang utama istana mereka.Tak lama kemudian, Torus bersama beberapa pelayan datang membawa banyak kembang api dan petasan. Saat dinyalakan, seluruh langit di atas kediaman Pangeran Selatan seolah mekar oleh cahaya.Banyak orang berhenti untuk menyaksikan pesta kembang api.Para pelayan dan dayang di
"Dia pingsan?""Mm. Mungkin karena kedinginan sampai nggak sadarkan diri."Anggi menghela napas, "Dia memang cukup gigih."Luis menoleh padanya, "Anggi, kamu mulai merasa iba?""Nggak, aku ...." Anggi menatap Luis dengan sorot serius. Setelah terdiam lama, barulah dia berkata, "Pangeran, hatiku ini bukan hati yang lembut."Anggi hanya ingin memberi Luis sedikit peringatan agar bersiap. Karena ke depannya, dia mungkin akan benar-benar menjadi kejam.Luis terdiam.Dulu, dia selalu merasa bahwa hidupnya adalah yang paling pahit. Rasa kecewa dan ketidakadilan telah membuat dirinya berubah menjadi sedikit lebih dingin dan kejam. Namun, kini dia tersenyum, "Kebetulan sekali, aku juga sama sepertimu."Anggi menatapnya dan mereka saling menatap dalam diam cukup lama. "Pangeran ...." Pria ini benar-benar selalu terus memakluminya.Untuk sesaat, Anggi merasa ujung hidungnya terasa panas. Kenapa Luis bisa sebaik ini?Di kehidupan sebelumnya, pria ini yang mengurus jasadnya dan satu-satunya orang
Anggi tersenyum memahami maksudnya. Saat hendak beranjak pergi, Luis menahannya. "Tunggu sebentar.""Eh?"Luis berkata, "Tunggu sekitar 15 menit."Kenapa harus menunggu 15 menit?Sampai ketika daun telinga dan wajah Luis memerah, serta pandangannya jatuh ke arah selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, Anggi baru menyadari sesuatu.Wajahnya langsung merah padam. Setelah sekian lama mereka sering berinteraksi, hubungan antara mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk saling terbuka. Anggi berjalan melewati partisi dan duduk di meja bagian luar.Sampai Luis akhirnya berkata, "Gigi, panggil Dika masuk."Anggi menanggapinya, lalu membuka pintu dan langsung berpapasan dengan Torus dan Dika."Pangeran memanggilmu masuk," katanya pada Dika.Dika mengepalkan tangan memberi hormat, "Baik." Kemudian, dia masuk bersama Anggi ke ruang utama.Dengan bantuan Dika, Luis berdiri. Rasa sakit langsung membuat keringat dingin mengucur di keningnya, tapi dia menggertakkan gigi dan tetap bertahan.Dika
Kediaman Jenderal Musafir.Hidayat kembali dan menyampaikan informasi yang berhasil dia kumpulkan kepada Dimas, "Hari ini Nona Anggi mengadakan pengobatan gratis. Banyak pasien yang memuji keahlian medisnya tanpa henti.""Memuji tanpa henti ...," gumam Dimas dengan nada tak percaya."Benar, dan Pangeran Selatan pun mengizinkan Nona untuk mengadakan pengobatan gratis. Mulai sekarang, setiap tanggal yang ada tujuhnya akan ada kegiatan yang sama."Dimas mengusap dagunya, menimbang-nimbang setiap kata sebelum bertanya, "Jadi maksudmu, Anggi akan mengadakan pengobatan gratis setiap tanggal 7, 17, dan 27?""Benar," Hidayat menjawab dengan pasti, meskipun wajahnya tetap bingung. "Tuan, tapi sejak kapan Nona Anggi bisa mengobati orang? Bukankah yang selama ini dikenal ahli pengobatan adalah Nona Wulan?"Dimas menarik napas panjang, lalu menatap ke arah langit cerah di luar jendela dan bergumam, "Mungkin ini adalah rahasia besar yang selama ini disembunyikan."Hidayat pun mulai merasa ada sesua
Tangan pria itu sempat sedikit ditarik, tapi langsung ditekan oleh Anggi. "Jangan bergerak."Melihat sikapnya yang begitu serius, pria itu pun tidak berani banyak bertingkah. Namun, dalam hatinya muncul keraguan. Bagaimanapun, Putri memeriksa nadi langsung dengan tangan telanjang. Apakah Pangeran Selatan benar-benar akan mendukung hal ini?Saat pikirannya mulai melayang-layang, Anggi bertanya, "Pagi ini makan apa?"Pria itu berpikir sejenak, "Ubi rambat.""Cuma ubi rambat saja?""Iya.""Anggota keluarga lain makan juga?""Nggak, itu sisa dari yang dikukus waktu tahun baru. Diletakkan dekat tungku sudah terlalu lama, jadi saya sendiri yang makan. Saya nggak membiarkan keluarga ikut makan."Mendengar hal itu, Anggi bertanya lagi, "Apa kamu muntah dan buang air terus-menerus?"Wajah pria itu langsung pucat pasi, "Iya ...."Sampai di sini, Anggi sudah bisa memastikan bahwa pria itu mengalami diare akibat makanan basi. Dia segera menuliskan resep, lalu menyuruh seorang murid dari Balai Peng
Dengan adanya penghiburan dari Luis, rasa kesal dalam hati Anggi perlahan-lahan mereda. Dia mengangguk, lalu berkata dengan lembut, "Mau." Mana mungkin dia sanggup mengecewakan ketulusan hati pria itu?Seperti apa Luis sebenarnya?Melihat senyum tipis yang terangkat di sudut bibirnya, hati Luis yang tadinya sempat sedikit cemas pun langsung merasa lega.Tanggal 27.Anggi mengunjungi Balai Pengobatan Afiat langsung untuk menangani pasien. Begitu melihat bahwa tabib yang bertugas adalah seorang wanita, banyak orang yang langsung ragu dan berhenti melangkah masuk.Untuk menangani pasien, Anggi meminta Faisal untuk datang empat jam lebih lambat dari biasanya ke toko obat.Mina pun berdeham, lalu berdiri dan berseru ke arah kerumunan, "Hadirin sekalian, ini adalah istri dari Pangeran Selatan, Anggi, yang telah belajar ilmu pengobatan sejak kecil. Nggak perlu meragukan kemampuannya. Bahkan Pangeran sendiri juga dirawat langsung oleh Putri saat ini!""Hari ini pengobatan gratis dan harga obat
Emosi yang tidak stabil seperti ini, sebenarnya sudah lama tidak kambuh sejak Luis menikah dengan Anggi."Pangeram, saat ini Putri sedang sendirian di kamar." Apakah Pangeran ingin menenangkannya?Luis tersenyum pahit, "Dia sekarang justru butuh waktu sendiri." Waktu dan ruang yang sepenuhnya jadi miliknya.Setelah berpikir sejenak, Luis berkata, "Suruh bagian dapur untuk menyiapkan dua jenis makanan penutup tambahan hari ini. Waktu makan malam nanti, mungkin Putri akan menyukainya.""Baik." Torus pun keluar dari ruang kerja, sambil menutup pintunya dengan pelan.Sementara itu, Luis mencoba mengambil buku strategi militer yang ada di atas meja, tapi tak satu pun kalimat bisa dia cerna. Yang muncul dalam benaknya, hanyalah bayangan saat gadis itu diam-diam menangis. Penampilannya terlihat begitu menyentuh dan membuat orang iba.Hanya membayangkan pemandangan itu saja ... Luis sudah merasa tubuhnya tidak nyaman. Tadi dia memang berbicara dengan sangat tenang dan rasional, mengatakan bahw
"Putri tenang saja, hamba pasti akan menjelaskannya." Dimas memberi hormat dengan sikap yang sangat sopan."Bagus kalau begitu. Jangan sampai niat baikku malah diberikan pada orang yang nggak tahu berterima kasih." Usai bicara, Anggi menyuruh Mina menyerahkan botol obat itu kepada Dimas. Setelah itu, dia pun berbalik dan kembali masuk ke dalam kediaman.Dimas menatap punggung Anggi yang perlahan menjauh, lalu menunduk melihat botol obat di tangannya. Rasa curiganya kini makin jelas.Jika benar dupa penenang itu dibuat oleh Wulan, mengapa sudah didesak sekian lama tapi tak kunjung bisa dia keluarkan? Sedangkan Anggi bisa langsung memberikannya dengan mudah?Jika semua dugaannya benar, berarti Wulan hanyalah seorang pembohong besar selama ini .... Dia bahkan merasa takut untuk membayangkannya.Setelah Anggi kembali ke kediaman utama, dia menerima lagi sebuah surat penghinaan dari Yohan. Kali ini, Torus bahkan tidak selesai membacakannya dan langsung berhenti di tengah jalan.Anggi tertaw
Luis menggenggam tangan Anggi semakin erat. Seberapa dalam luka yang pernah dialami Anggi, sampai-sampai tidak bisa percaya padanya, bahkan mengucapkan kata-kata sesuram itu?Tangan Luis sempat sedikit bergetar, lalu dia menenangkan diri dan berkata, "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Kamu akan selalu menjadi istriku."Anggi tersenyum tipis, "Saya berterima kasih pada Pangeran."Dilihat dari mata pria itu, mungkin untuk saat ini dia memang bersungguh-sungguh.Di kehidupan ini, Anggi hanya ingin dirinya dan Luis hidup dengan baik. Dia ingin membalas budi karena Luis telah menguburkan jasadnya di kehidupan sebelumnya. Selain itu, dia tidak akan berharap yang lebih.Anggi selesai mengoleskan obat untuk Luis.Keduanya lalu bermain catur dua ronde di dalam kamar. Tak lama kemudian, Torus datang membawa surat dari Dimas yang dikirim langsung oleh orangnya.Luis menoleh ke Anggi, lalu meletakkan bidak caturnya dan berkata, "Gigi pasti dulunya orang yang sangat mudah diajak bicara. Sampa
"Jadi ... begitu rupanya." Anggi sedikit tertegun. Ternyata Luis begitu cermat dan cerdas. Sekilas tampak tenang, tapi sebenarnya mengamati dengan sangat teliti.Memikirkan hal itu, Anggi kembali berkata, "Karena berjudi, rumah dan apoteknya sampai habis. Apa Pangeran nggak khawatir dia akan buat masalah lagi?" Hari ini dikirim ke barak, besok sudah berangkat ke medan perang untuk membasmi perampok. Kecepatannya luar biasa, sampai membuat orang terkejut.Luis memandang Anggi sambil tersenyum tipis, lalu berseru memanggil Dika. Begitu suara pintu terdengar terbuka, dalam sekejap Dika sudah muncul di hadapan mereka dan memberi salam sambil mengepalkan tangan."Lapor Putri, kemarin saat hamba pergi untuk mengurus pembelian toko, hamba juga sudah menyelidiki. Daud sebenarnya tidak jahat, hanya saja terlalu setia kawan. Dia dijebak oleh teman sendiri dan orang-orang dari kasino. Mereka berpura-pura bertengkar di depan Daud untuk menipunya, akhirnya seluruh hartanya habis.""Kali ini, wakil
Mina mengerucutkan bibirnya. Tadi dia sebenarnya ingin mengingatkan, tapi Anggi sama sekali tidak meliriknya. Memikirkannya, Anggi menghela napas.Sura berkata, "Tinggal di sisi Putri sebagai kusir juga bukan masalah, nanti hamba akan ajarkan dia sedikit ilmu bela diri. Lagi pula, kalau Putri berkenan membantu dan membicarakannya dengan Pangeran, mungkin saja Pangeran akan setuju."Anggi mengernyit. Dia ... akan setuju?"Aku juga nggak bisa mengaturnya." Anak kesayangan orang lain disuruh jadi kusir, memangnya Faisal akan setuju?Tak lama kemudian, Faisal benar-benar datang membawa anak kebanggaannya. Pria itu bertubuh tinggi, sepertinya usianya hanya satu atau dua tahun di bawah Luis. Begitu melihat Anggi, dia langsung berlutut.Anggi buru-buru mengangkat tangannya, "Berdiri dulu. Nanti aku akan membawamu kembali ke kediaman, tapi soal apakah Pangeran mau menemui dan menerima kamu, aku juga nggak tahu. Bagaimanapun, kamu pasti tahu, Pangeran sekarang bukan lagi dewa perang seperti dul
Naira dan Sura menyerahkan salep yang dibawa oleh Anggi kepada Faisal. "Ini adalah salep hasil racikanku sendiri. Di medan perang, salep ini terbukti cukup ampuh."Faisal menerima, lalu mencium aromanya, mengamati teksturnya dengan teliti. "Tak kusangka Putri juga menguasai ilmu medis." Kalau begitu, kenapa dulu masih menyuruhnya mengobati Pangeran?Anggi menjawab, "Aku hanya menguasai sedikit. Aku ingin minta bantuan Tabib Faisal kali ini.""Silakan, Putri. Katakan saja.""Setiap tanggal tujuh, aku akan datang ke Balai Pengobatan Afiat untuk melakukan pengobatan gratis. Nggak akan dipungut biaya sepeser pun."Sebagai pemilik baru, tentu dia harus punya strategi untuk menarik perhatian.Faisal pun bertanya, "Hanya Putri yang memberi pengobatan gratis atau seluruh Balai Pengobatan Afiat?"Anggi menjawab, "Fokusnya tetap padaku. Tapi selama hari itu, seluruh balai pengobatan akan buka layanan pengobatan gratis. Kecuali biaya bahan obat."Dia tersenyum, lalu menatap Faisal dan meneruskan,