"Anggi!" Wulan mulai panik. "Kamu ... kenapa kamu ngomong begini!"Melihat Wulan yang mulai cemas, Anggi langsung mengerti semuanya. Sejak awal, neneknya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan ketika Anggi membuat dupa penenang, neneknya bahkan tidak mau melihatnya sedikit pun.Kemudian, Wulan mengklaim bahwa dialah yang membuat dupa tersebut. Saat dupa itu berhasil menyembuhkan insomnia neneknya, Wulan langsung menjadi pahlawan besar di Keluarga Suharjo.Setelah itu, semua obat luka yang dia buat, selalu diserahkan kepada Wulan. Kemudian, Wulan menyerahkannya kepada Ayah dan kakak-kakaknya.Wulan punya banyak kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, dia tidak pernah melakukannya. Tujuannya sangat jelas."Nggak ada lagi yang bisa dibicarakan. Aku nggak akan kasih kamu obat ini!" Anggi berdiri dan hendak mengusir tamu.Wulan berkata dengan panik, "Kakak! Kakak, apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberiku dupa penenang?"Jika dia tidak bisa mendapatkan dupa itu, Nenek pasti
Langit semakin gelap dan salju terus turun tanpa henti. Wulan dan Fani akhirnya mendapatkan botol dupa penenang itu dan segera meninggalkan Kediaman Pangeran, lalu naik ke dalam kereta kuda mereka.Wajah mereka berdua pucat pasi karena kedinginan."Nona Anggi keterlaluan sekali!" Saking kesalnya, Fani meneteskan air mata.Wulan juga merasa kesal, tetapi merasa tidak berdaya. Dia hanya berkata pada Fani, "Apa boleh buat? Aku masih membutuhkannya.""Tapi, bukankah Nona selama ini yang paling baik padanya? Di rumah, hanya Nona yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak kecil, tapi dia malah nggak tahu diri! Orang seperti dia yang nggak tahu berterima kasih pada keluarga sendiri, cepat atau lambat akan dihukum langit!""Dihukum langit?" Wulan melihat Fani. "Langit terlalu sibuk untuk mengurus dia .... Kecuali seseorang sengaja mengatur semuanya."Sengaja mengatur semuanya? Fani kebingungan.Sorot mata Wulan yang lembut selama ini, berkilat penuh kekejaman. "Setelah pulang nanti, suruh
"Putri!" Melihat darah yang mengalir, hati Luis langsung mencelos. Pada saat inilah, dia baru menyadari bahwa pembunuh ini bukan suruhan Dika.Luis merangkul Anggi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berbalik dengan cepat dan menghantam dua pembunuh hingga terpental jauh. "Kamu nggak apa-apa?"Anggi mengerutkan alis. Tangannya menekan luka di bahunya dan wajahnya pucat menahan sakit. "Sakit sekali ...."Luis mengernyitkan alisnya. "Kalau tahu sakit, kenapa masih nekat menerjang ke depan?""Aku ... aku cuma takut mereka akan melukaimu," jawab Anggi dengan suara lemah.Kalau si tokoh antagonis mati di sini, lalu siapa yang bisa dia jadikan sekutu untuk menghancurkan dunia bobrok yang dibuat oleh si penulis sialan dan menggulingkan pasangan protagonis menjijikkan itu?"Kamu ... kamu cuma takut mereka akan melukaiku?" tanya Luis."Ya."Luis membuka mulutnya, seketika suasana hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Selain para pengawal bayangannya, Anggi adalah orang pertama ya
"Lalu kenapa dia masih belum sadar?"Faisal menjawab, "Pil penawar baru saja diminum. Sebelum jam 11 malam, dia pasti akan sadar."Mendengar jawaban Faisal yang yakin, entah mengapa Luis merasa lega. Sampai sekarang, dia masih merasa agak linglung. Mengapa Anggi, seorang Wanita yang begitu mencintai Putra Bangsawan Aneksasi, rela mengadang tebasan pedang demi dirinya?Memikirkan hal itu, Luis mengepalkan tangannya dengan erat. Dia merasa menyesal karena telah menguji Anggi di saat kritis seperti itu ….Setelah menyampaikan beberapa pesan yang harus diperhatikan, Faisal pun Kembali ke istana.Setelah Faisal pergi, Dika masuk ke ruangan dan berlutut di hadapan Luis. "Pangeran, hamba bersalah. Hamba mengira …."Luis mengulurkan tangannya untuk mencegah Dika melanjutkan perkataannya. Dia hanya berkata, "Selidiki, siapa yang punya nyali sebesar itu!" Berani-beraninya mereka menyerang istrinya."Baik, Pangeran."Begitu Dika pergi, Luis menyuruh semua pelayan di ruangan itu untuk bubar. Dia d
"Tidak ada, Pangeran.""Apa Putri pernah menyinggung seseorang?"Dika menjawab, "Di kalangan perempuan, yang bisa menjadi musuhnya kemungkinan besar hanya orang-orang di dalam rumah tangga. Lagi pula, bukankah sebelumnya Wulan datang menemui Putri dan dipermalukan olehnya?"Jari Luis mengetuk-ngetuk pegangan kursi rodanya, matanya tampak dingin. "Wulan ...."Bagaimanapun juga, Anggi adalah putri sulung Keluarga Suharjo. Namun, di keluarganya sendiri, Anggi tidak diperlakukan dengan baik. Bisa dibayangkan betapa sulit hidupnya selama ini."Awasi Keluarga Suharjo dengan ketat, terutama Wulan. Jangan biarkan satu petunjuk pun terlewatkan!""Baik!"....Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.15 malam.Melihat Anggi masih belum sadarkan diri, Luis merasa khawatir dan segera memerintahkan seseorang untuk memanggil Faisal.Faisal berkata, "Pangeran jangan cemas, demam Putri sudah turun. Tadi saya telah memeriksa nadinya dan menemukan bahwa semua kondisi vitalnya telah pulih seperti semula.""Lalu
Anggi hampir mengucapkan sesuatu. Namun, sebelum sempat berbicara, Luis sudah lebih dulu berkata, "Pikirkan baik-baik, sebaiknya kamu jangan berani bohongi aku!""Hamba tidak berani, hamba tidak berhubungan baik sama Wulan."Tidak berhubungan baik, artinya mereka bermusuhan."Baik, aku mengerti." Sebelumnya, dia berniat mencari kesempatan untuk membunuh semua anggota Keluarga Suharjo, termasuk Anggi. Namun saat ini, dia memutuskan bahwa terlepas dari apakah Anggi pernah menyelamatkannya atau tidak, dia akan membiarkan Anggi hidup.Luis mendorong kursi rodanya keluar dan memanggil Mina untuk masuk dan melayaninya. Anggi menatap ke arah kepergiannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Luis mengatakan bahwa dia mengerti.Namun, apa yang sebenarnya dia pahami?Setelah masuk ke ruangan, Mina berkata kepada Anggi, "Putri, tabib mengatakan bahwa Anda terluka, jadi sebaiknya makan makanan yang lebih hambar. Hamba telah menyiapkan bubur sayuran dengan daging tanpa lemak serta sup biji teratai.
Malam hari, salju turun lagi dengan lebatnya. Butiran salju jatuh berhamburan, menutupi ranting-ranting pohon.Anggi berbaring di ranjang sambil berpikir dalam hati, 'Setelah kejadian ini, Luis seharusnya akan percaya padaku, bukan?'Saat dia masih merenung, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Sepertinya Luis datang. Dia segera menutup matanya dan berpura-pura tidur.Tak lama kemudian, embusan angin dingin menyelinap masuk ke ruangan, diikuti suara roda kursi yang berhenti di samping tempat tidurnya. Setelah terdengar suara yang gemerisik sejenak, seorang pria naik ke atas ranjang."Putri." Suaranya dingin dan tenang.Anggi terkejut. Kenapa Luis memanggilnya? Apakah dia harus membuka mata?"Saat salju ini reda, ikutlah bersamaku ke istana untuk menemui Ayahanda dan Ibunda."Luis benar-benar sedang bicara padanya! Anggi tidak bisa lagi berpura-pura tidur. Dia membuka matanya dengan agak canggung. "Saya akan mengikuti perintah Pangeran."Anggi terlihat begitu patuh. Tatapan matanya yang
Anggi duduk di tepi jendela. Dia membukanya sedikit untuk melihat para pelayan bermain salju.Mina tersenyum dan berkata, "Naira dan yang lainnya selalu membuat manusia salju setiap tahun, seolah-olah nggak pernah merasa cukup."Anggi menatap mereka dengan tenang. "Bagus, dong."Setidaknya mereka benar-benar bahagia.Orang luar selalu mengatakan bahwa Luis memiliki kepribadian yang tidak menentu. Namun, kenapa para pelayan di kediamannya malah begitu ceria?Memikirkan hal itu, Anggi bergumam, "Kalau begitu, sepertinya Pangeran nggak sesulit yang dikatakan orang, bukan?"Mina tertawa kecil. "Kekejaman Pangeran hanya ditujukan pada orang luar dan musuhnya." Dia kemudian menatap Anggi. Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang benar-benar tidur seranjang dengan Luis.Mina berpikir, 'Mungkin kali ini, Pangeran benar-benar akan memiliki seseorang di sisinya.'"Hanya terhadap musuh?"Mina mengangguk. "Ya. Suasana hati Pangeran memang sering berubah, tapi dia nggak akan marah tanpa a
"Dia pingsan?""Mm. Mungkin karena kedinginan sampai nggak sadarkan diri."Anggi menghela napas, "Dia memang cukup gigih."Luis menoleh padanya, "Anggi, kamu mulai merasa iba?""Nggak, aku ...." Anggi menatap Luis dengan sorot serius. Setelah terdiam lama, barulah dia berkata, "Pangeran, hatiku ini bukan hati yang lembut."Anggi hanya ingin memberi Luis sedikit peringatan agar bersiap. Karena ke depannya, dia mungkin akan benar-benar menjadi kejam.Luis terdiam.Dulu, dia selalu merasa bahwa hidupnya adalah yang paling pahit. Rasa kecewa dan ketidakadilan telah membuat dirinya berubah menjadi sedikit lebih dingin dan kejam. Namun, kini dia tersenyum, "Kebetulan sekali, aku juga sama sepertimu."Anggi menatapnya dan mereka saling menatap dalam diam cukup lama. "Pangeran ...." Pria ini benar-benar selalu terus memakluminya.Untuk sesaat, Anggi merasa ujung hidungnya terasa panas. Kenapa Luis bisa sebaik ini?Di kehidupan sebelumnya, pria ini yang mengurus jasadnya dan satu-satunya orang
Mungkin ini satu-satunya hal yang baik yang diberikan langit untuknya.Malam tahun baru, sebagian besar rakyat jelata masih belum beristirahat. Di sepanjang jalan yang mereka lewati, masih banyak pedagang kaki lima, kedai arak pun belum menutup toko. Suara kembang api sesekali meledak di langit malam, membuat seluruh ibu kota tampak begitu hidup dan meriah.Anggi menyibak tirai kereta, memandangi hiruk-pikuk kota. Meski salju menumpuk cukup tebal, orang-orang tetap bersemangat menyambut malam pergantian tahun.Saat mereka kembali ke kediaman Pangeran Selatan, waktu sudah menunjukkan tengah malam.Kembang api meledak semakin sering dan terang. Luis meminta Anggi menemaninya duduk di depan gerbang utama istana mereka.Tak lama kemudian, Torus bersama beberapa pelayan datang membawa banyak kembang api dan petasan. Saat dinyalakan, seluruh langit di atas kediaman Pangeran Selatan seolah mekar oleh cahaya.Banyak orang berhenti untuk menyaksikan pesta kembang api.Para pelayan dan dayang di
Torus selalu bisa membaca pikiran Luis. Dia segera menutup pintu kereta.Sementara itu, Dika langsung mengambil kendali cambuk. Saat dia mengayunkannya, ujung cambuk nyaris mengenai Pratama. Pratama terkejut sampai wajahnya pucat pasi dan buru-buru menyingkir ke samping.Tapak kaki kuda berdentum, roda kereta berputar, dan lonceng hias berdenting semakin lama semakin menjauh.Pratama memandangi kereta yang makin lama makin kecil dalam pandangan. Tiba-tiba, bulu kuduknya meremang. Ketika pintu kereta ditutup, dia sempat melihat sorot mata Anggi. Dingin bagaikan es, membawa aura yang mencekam.Tepat seperti yang dikatakan Dimas, Anggi yang sekarang sudah bukan lagi gadis lemah lembut yang dulu mudah dipermainkan di Keluarga Suharjo.Dia ....Pratama merasakan sesak yang begitu menekan di dadanya.Dulu dia memang tidak terlalu baik pada Anggi, tapi apakah Anggi pernah kekurangan apa pun di Keluarga Suharjo?Di dalam kereta, Luis menggenggam tangan gadis itu dan bertanya lembut, "Pertanyaa
"Anggi?" Luis mulai terlihat cemas.Begitu menoleh, dia mendapati gadis itu sedang menatapnya dengan pandangan kosong dan terpana. Dia menghela napas seolah kehabisan kesabaran, lalu mengisyaratkan lewat tatapan mata. 'Itu calon ayah mertua, eh bukan, maksudku Jenderal Pratama masih menunggu'.Anggi menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Yang saya benci adalah perlakuan mereka yang nggak adil. Mereka nggak pernah benar-benar menyayangi saya. Bukan karena mereka mengirim saya menggantikan calon pengantin ke kediaman pangeran."Meskipun dia tidak tahu pasti apa yang ada di dalam hati Luis, Anggi merasa perlu menjelaskan. Dia tak ingin Luis salah paham. Mendengar ucapan itu, Luis tak bisa menahan senyum di sudut bibirnya, "Kamu ... benaran?"Sepasang mata yang biasanya penuh kegelapan itu, kali ini masih setajam biasa. Namun, saat menatap Anggi, ada sedikit kelembutan yang menguar.Anggi mengangguk pelan, "Mm." Apa yang dia katakan memang berasal dari lubuk hatinya. Luis memang orang y
Dimas melirik ke arah Luis dan Anggi. Keduanya tampak harmonis dan serasi. Pria itu mengenakan topeng perak, berjubah hitam pekat, dab duduk dengan tenang dengan sudut bibir yang menyunggingkan senyuman.Pangeran Selatan, Luis.Jika saja dia tidak mengalami luka parah di wajah, jika saja dia tidak menjadi cacat ....Anggi benar-benar bisa dikatakan mendapat keuntungan di balik musibah.Mendapat keuntungan di balik musibah ....Alis Dimas tiba-tiba berkerut. Kalau Luis tidak mengalami cacat, mungkinkah giliran Anggi yang dinikahkan dengannya?Kini, Anggi tidak menunjukkan sedikit pun perasaan kekeluargaan terhadap Keluarga Suharjo. Kalau tidak, waktu dia datang ke kediaman pangeran itu, Anggi takkan bersikap setega dan sekeras itu.Dia mengepalkan tangan dan pamit meninggalkan tempat. Saat melewati Parlin, pria itu dengan seenaknya memanggilnya, "Adik ipar ...."Kepalan tangan Dimas mengencang beberapa kali, tapi akhirnya dia memilih untuk menahan diri.Hari ini malam tahun baru. Hanya
Tak lama kemudian, Kepala Kasim Istana, Wawan, mengumumkan bahwa jamuan malam tahun baru resmi dimulai. Para pelayan istana pun masuk beriringan sambil membawa aneka buah-buahan, hidangan, dan makanan lezat.Anggur manis dalam cawan berkilau. Aneka hidangan dari selatan hingga utara, semuanya tersedia.Alunan musik lembut mulai terdengar dan para penari cantik dari divisi hiburan istana mulai menari. Mereka mengenakan pakaian tari yang tipis meski di musim dingin dan menampilkan gerakan yang anggun.Dalam sekejap, Istana Kasih pun menjadi meriah luar biasa."Pangeran Selatan, Putri." Tiba-tiba seseorang datang memberi hormat sambil membawa anggur.Anggi mengangkat pandangan, ternyata itu Parlin."Paman." Luis mengangkat cawan anggurnya dengan santai. Biasanya dia enggan menyapa Parlin, tapi orang seperti itu ... siapa tahu suatu hari bisa berguna.Anggi juga menyapa dengan sopan.Parlin sempat tertegun melihat kecantikan Anggi. Hanya saja, meskipun dia dikenal sebagai pria mesum, dia t
Di dalam aula utama, bisikan para pejabat benar-benar membuat tidak nyaman.Namun, Anggi tetap tenang dan percaya diri saat mendorong kursi roda Luis. Di bawah panduan para pelayan istana, mereka pun duduk di posisi sebelah kiri bagian depan. Itu adalah tempat duduk yang seharusnya milik Putra Mahkota.Namun sekarang, Negara Cakrabirawa tidak memiliki Putra Mahkota. Sebagai satu-satunya anak Kaisar, Dariani menempatkan Luis di posisi itu dan tak ada satu orang pun yang berani berkomentar.Bahkan di tahun-tahun sebelumnya saat Luis tak hadir dalam jamuan, tempat itu tetap dibiarkan kosong khusus untuknya.Pratama dan Dimas yang duduk di barisan tamu, memandangi Anggi yang perlahan mendorong Luis melewati mereka. Hati mereka terasa aneh dan tak bisa dijelaskan.Dulu, kalau ada banyak orang bergosip seperti ini, wajah Anggi pasti sudah merah padam dan malu tak karuan. Namun malam ini, dia melangkah tegap dan penuh percaya diri.Tak jauh dari sana, Burhan dan Satya menyaksikan semua itu de
Selain itu, angin juga bertiup cukup kencang. Jangan-jangan malam tahun baru nanti akan turun salju?"Putri, kita nggak kembali ke Istana Harmoni?" tanya Mina saat melihat Anggi malah berjalan menyusuri jalan kecil di sisi lain menuju taman bunga plum.Anggi berkata, "Masa aku harus membatalkan menikmati bunga plum hanya karena dia datang menggangguku?"Kalau kembali sekarang, Permaisuri Dariani sedang beristirahat. Dia sendirian di Istana Harmoni, duduk ataupun berdiri rasanya akan tetap tak nyaman."Baik," Mina pun ikut masuk ke dalam Taman Asri bersamanya.Sekitar setengah jam kemudian, salju pun mulai turun dari langit dengan lembut. Saat mereka berdua dalam perjalanan kembali ke Istana Harmoni, salju turun semakin lebat di tengah jalan.Mina merasa bersalah, "Semuanya salah hamba, lupa membawa payung."Anggi mendongak memandangi salju yang turun perlahan dari langit, lalu berkata dengan tenang, "Bukan salahmu, malah terasa menyenangkan."Angin dan salju yang dingin, justru membuat
Melihat ekspresi wajah gadis itu yang begitu hidup, Satya sempat terpana sejenak. Seseorang yang dulu pernah bersamanya begitu lama, kenapa baru sekarang dia menyadari bahwa Anggi ternyata bisa semenarik ini?Apa mungkin, karena sekarang Anggi sudah menjadi istri orang, jadi dia tidak lagi menyembunyikan diri dengan malu?Bagaimanapun juga, Satya merasa sebaiknya dia menenangkan dulu hati Anggi. Dia pun berkata, "Kalau begitu, nanti aku akan cari cara agar kamu bisa jadi istri sahku?""Saya bisa jadi istri utama Tuan?""Kalau kamu mau ... kamu bahkan bisa menjadi permaisuri Putra Mahkota."Permaisuri Putra Mahkota! Ini jadi menarik.Benar saja, ternyata keluarga Pangeran Aneksasi memang berambisi pada takhta kekaisaran.Anggi merenung sejenak lalu mengangguk, "Bagus sih, tapi kalau nanti Tuan mengingkari, saya harus lapor pada siapa?""Lalu kamu mau bagaimana?"Anggi berkata, "Buatkan surat perjanjian untukku.""Nggak bisa." Kalau sampai membuat surat perjanjian, lalu ternyata Anggi ha