Lyra berpaling ke arah suami dengan tatapan sendu. “Tetapi, aku tidak mau menyerahkan tubuhku kepada orang yang tidak mencintaiku, John. Kau juga harus ingat bahwa kita akan berpisah setelah satu tahun. Apa kau tidak kasihan kepada anak kita jika melihat kedua orang tuanya berpisah?”Dengan suara beratnya, John menjawab, “Kalau begitu, kita tidak perlu berpisah. Masalah selesai.”Lyra ternganga sambil mendesah kasar. Tak habis pikir jika pemikiran John begitu sederhana, tetapi juga merepotkan.“Kemarilah.” John merentangkan tangan. Menanti Lyra menyambutnya. Tetapi, Lyra hanya diam saja sambil menatap ragu tangan itu.“A-ada apa?”John tersenyum samar. “Mari kita berlatih malam ini.”Lyra menampik tangan John dengan kasar. Rasa marahnya kembali mencuat ke permukaan dada.Dia menyambar bantal, lalu melempar ke sofa. Malam ini, Lyra memutuskan tidak tidur di ranjang yang sama dengan John. Takut pria itu akan diam-diam ‘menyerangnya’ demi mendapat keturunan.‘Aku baru saja terlepas dari
Wanita itu duduk tanpa dipersilakan. Kemudian, dia menaruh kotak berwarna merah di atas meja.“Aku mampir untuk memberikan kado pernikahan untukmu, Nyonya Lydia.” Suara wanita itu begitu halus dan nyaman didengarkan. Akan tetapi, kata terakhir yang salah memanggil Lyra dengan nama lain tersebut berhasil mengusiknya.Wajah Lyra sontak mengernyit. “Maaf, siapa Lydia?”Wanita itu tampak kebingungan. “Huh? Bukankah kau istri John Foster?”“Benar, Nyonya. Tetapi, nama saya Lyra Bell. Bukan Lydia.”Derap langkah kaki tergesa terdengar mendekat. Asher Smith memasuki ruangan dengan tampang panik. “Sayang, kenapa kau tidak menungguku?”“Kau terlalu lama di kamar mandi.” Laura Smith menarik Asher duduk di sebelahnya. “Bukankah Tuan John menikah dengan Lydia? Wanita yang dicintainya selama bertahun-tahun itu? Tetapi, kenapa nama istrinya berbeda?”Meski sambil berbisik, Lyra mendengar jelas ucapan wanita cantik itu. Jantungnya mendadak terasa seperti ditusuk-tutuk, berdebar tak beraturan yang m
Meski terlihat tenang, Lyra sejak tadi menahan rasa penasaran, kesal, dan panas dalam dada yang tak kunjung mereda. Sikap John justru semakin membuat Lyra murka entah apa sebabnya.“T-tidak. Kenapa aku harus mengenal pelanggan Smith Group?” John menyeka mulut dengan napkin tanpa mau menatap sang istri. “Aku sudah selesai makan.” John segera meninggalkan ruang makan tanpa menunggu Lyra.Lyra memicingkan mata tatkala melihat punggung John menjauh.John Foster selama ini tak pernah menunjukkan ekspresi yang berarti dan terkadang membuat Lyra bertanya-tanya dengan apa yang sedang pria itu pikirkan. Tetapi, ketika nama Lydia disebut, John tampak sangat gugup dan menghindar darinya.‘Jadi, satu set perhiasan cantik itu sama dengan milik kekasih, John.’Lyra memegang kalung yang melingkar di leher. Lehernya terasa seperti tercekik dan dia ingin segera melepas kalung itu.DRT!Getaran ponsel di saku celana membuyarkan pikiran Lyra. Dia segera membuka email dari Belle yang berisikan informasi
Lyra meneguk ludah susah payah. Lidahnya terasa kelu sehingga kesulitan menjawab pertanyaan itu.“A-aku hanya–”John merebut ponsel itu dari tangan Lyra yang berkeringat gugup. Kemudian melepas tangan Lyra dan beranjak pergi ke arah pintu.“M-maaf, John … aku—”BLAM!Lyra terlonjak tatkala mendengar pintu ditutup dengan kencang. Dia menyesal telah melakukan tindakan yang tak sesuai dengan dirinya.‘Untuk apa aku mencari tahu tentang mantan kekasih, John? Kenapa aku jadi terusik oleh wanita yang bernama Lydia itu?’ batin Lyra merasa ada kejanggalan dalam hatinya.John tidak kembali lagi ke kamar selama beberapa jam Lyra menanti. Lyra pun tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan kesalahannya terus-menerus.“Apa dia sedang mengenang mantan kekasihnya?”Jam tiga pagi, Lyra beranjak dari kasur yang nyaman karena John belum kembali. Menengok satu persatu setiap ruangan untuk mencari keberadaan sang suami.Sebelum hubungan mereka memburuk dan John mungkin akan melancarkan rencana rahasi
“Aku sedang bekerja, Lyra,” tegas John, menyiratkan dirinya sedang tak ingin diganggu.Lyra tersadar dari lamunan sendu setelah mendengar suara ketus sang suami. Dia kini sadar dengan posisinya dan tak mau lagi mencampuri urusan John Foster.Dengan gerakan kasar oleh kekesalan, Lyra mengambil makanan dari troli dan menaruhnya di meja kerja. Manik kecokelatan itu tiba-tiba terpaku pada laci meja yang sedikit terbuka. Terlihatlah bingkai foto yang dipegang John semalam. Foto mantan kekasih John ….Tekad yang baru saja dia kumpulkan untuk tidak mencampuri urusan John, mendadak lenyap. Berganti oleh ketertarikan untuk melihat foto itu lebih dekat.‘Itu pasti Lydia!’Sayang, hanya terlihat rambut panjang cokelat muda wanita itu dari sela laci. Lyra ingin melihat wajah Lydia seluruhnya, tetapi dia langsung menegur diri sendiri dalam hati. Pikiran dan hatinya saling bertentangan hanya karena ingin mengetahui wanita yang bernama Lydia itu.‘Aku perlu tahu wajahnya. Bukan karena ingin tahu mas
Lyra Bell sedang menikmati pengalaman pertama bercumbu dan mendapatkan kenikmatan dari sentuhan pria. Hingga dia melupakan tujuan untuk melihat foto Lydia.Jangankan ingat ingin melihat wajah wanita itu, Lyra yang katanya tak ingin melakukan kontak fisik, kini sedang menelusuri tubuh John dengan jemarinya sambil mencium rakus bibir yang selalu menjadi pusat perhatiannya.“Uh …,” erang Lyra tertahan kala John mengangkat tubuhnya hingga duduk di meja.Lyra antusias menantikan tindakan John selanjutnya. Mengapa dia harus didudukkan di meja? Apa yang akan John lakukan setelahnya?Sayang, semua yang dia nantikan tak ada satu pun yang terjadi. John melepaskan Lyra, tetapi wanita itu maju ke depan ingin meraih lagi bibir sang suami dengan gerakan lambat.Mereka bertatapan secara intens dan saling mendamba. Seolah terdapat magnet kuat yang menarik Lyra agar selalu mendekat untuk menangkap bibir mereka dan kembali menyatu.Mendadak, ibu jari John Foster menghentikan bibir Lyra dengan lembut. S
Lyra juga tak kalah bingung. Ada atau tidak ada dirinya, tak berpengaruh apa pun bagi John, bukan? Bukankah Asher juga mengetahui tentang Lydia? Lantas, kenapa Asher mengatakan bahwa John bahagia selama ada Lyra di sisinya? “Aku bukan Lydia ….” Lyra tak sengaja melontarkan isi hatinya. Rupanya, Asher mendengar ucapan lirih itu. “Astaga, Lyra! Kudengar, kau adalah wanita pintar. Kenapa kau tidak mencari tahu lebih dulu tentang Lydia? Bagaimana hubungan wanita itu dengan John?” “Aku sudah mencari tahu. Tetapi, seolah ada orang yang menghalangi.” Asher menanggapi dengan tenang, “Kau sungguh pintar.” Sebab, Asher Smith yang telah menghancurkan semua bukti tentang wanita bernama Lydia karena kesalahan Laura. “Jadi, memang benar … Nyonya Laura tidak keliru memanggilku sebagai istri Tuan John lain yang dia kenal ….” Sakit …. Dada Lyra terasa nyeri tanpa sebab. Ternyata, wanita bernama Lydia itu benar-benar ada. Lyra sempat berharap akan menemukan foto ibu John yang ada di laci meja
John tampak terkejut oleh pertanyaan itu. Dia sepertinya tak menyangka jika Lyra akan membicarakan menyebut nama Lydia. Namun, pria itu memiliki sejuta jawaban untuk membungkam Lyra dengan kata-katanya. “Selama aku masih menjadi suamimu, aku hanya akan setia padamu. Kau khawatir aku akan melanggar kesepakatan kita, atau … mungkinkah, kau cemburu dengan Lydia?”Darah di sekujur tubuh Lyra mendidih. John seolah memutar kata-kata untuk tidak menjawab pertanyaannya. Lyra bahkan tak mengindahkan kata cemburu yang mungkin memang sedang dia rasakan.“Jadi, kau akan kembali bersamanya setelah tidak bersamaku lagi?” Lyra mengulang lagi pertanyaannya dengan nada tegas.John menjawab tanpa sedikit pun keraguan, “Benar. Aku akan bersatu dengannya suatu saat nanti. Karena hanya dia wanita yang aku inginkan.”Kini, Lyra benar-benar bungkam. Yang dia rasakan hanyalah rongga dada yang semakin terimpit oleh gejolak rasa asing yang membuatnya semakin panas.Manik hijau yang menatap dirinya itu tak menu
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t