Home / Romansa / Pelukis Buta Milik Sang CEO / 64. Bunga untuk siapa?

Share

64. Bunga untuk siapa?

Author: Piemar
last update Last Updated: 2023-01-30 23:22:40

Zaara sudah kembali pulang ke rumah dan menjalani aktifitasnya seperti biasa. Enin sudah dinyatakan pulih sebulan yang lalu. Berkat bantuan Zaara dan teman-teman kerja Embun, akhirnya Enin bisa menjalani rawat jalan untuk penyakit kronis yang dideritanya yaitu jantung.

Hari ini Zaara seperti biasa menyiapkan sarapan pagi untuk Fatimah dan Hamid. Mereka sudah tidak melarang-larang lagi Zaara untuk beraktifitas layaknya orang normal karena dia telah membuktikan. Bukan sekedar angan atau harapan belaka tetapi sebuah kenyataan.

Perlahan Zaara mulai melupakan sosok Haikal yang tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi. Semenjak pertemuannya di rumah sakit, Haikal yang begitu bersemangat dan ingin bertemu Zaara tiba-tiba melakukan ghosting. Sesuai dugaannya, Haikal memang lelaki playboy seperti kebanyakan.

Dalam balutan apron berwarna putih berenda Zaara tengah asyik memasak ayam balado. Harum aroma cabai merah menguar memenuhi dinding dapur minimalis hingga menusuk hidung Fatimah dan Hamid
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   65. Membuka hati

    Zaara tersenyum sendiri seraya memeluk buket bunga yang begitu indah pemberian dari seseorang, siapa lagi kalau bukan Haikal Harun. Sesekali dia menghidunya dengan penuh takzim, menikmati aroma bunga yang menenangkan perasaannya.Entahlah, perasaannya campur aduk. Satu sisi dia begitu bahagia mendapat hadiah buket bunga yang terkesan romantis. Jauh dalam lubuk hatinya, dia pun menaruh perasaan yang sama pada Haikal Harun. Dia menutupi perasaannya karena merasa gengsi.Hanya saja, di sisi lain Zaara masih merasa ragu apakah benar yang dikatakan oleh Haikal bahwa dia memang telah putus dengan kekasihnya. Haikal terdengar jujur saat mengatakan hal penting tersebut. Namun yang membuat hatinya gamang ialah mengapa Safira, yang mengaku tunangannya mengancam Zaara untuk menjauhi Haikal. Hingga sejauh itu, tega melakukan perbuatan yang tak sepatutnya.Haruskah Zaara mengatakan itu semua pada Haikal, mengenai tunangannya yang seorang model tersebut telah mengancamnya bahkan dengan kuasanya Zaa

    Last Updated : 2023-02-01
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   66. Diikuti penguntit

    Selepas latihan melukis di teras rumah, Zaara duduk beristirahat sembari sesekali menikmati secangkir kopi hitam dan makan ubi Cilembu yang sangat legit. Dengan lihai tangannya mengupas ubi hingga begitu bersih. Dia benar-benar seperti orang normal pada umumnya.Zaara menikmati ubi dengan penuh syukur. Lalu kini tangannya menyingkirkan wadah berisi ubi dengan satu set pensil. Dia meraut pensil itu dengan begitu sabar. Lalu dia merapikan cat akrilik sesuai dengan warnanya. Zaara memiliki ide brilian dengan memberi cat dengan aroma bebungaan agar Zaara dengan mudah menghafal warnanya. Dia menajamkan indera penciumannya. Padahal Hamid telah membuatkannya sebuah kotak cat yang diatur sedemikian rupa untuk mempermudah Zaara mengenali warna.Fatimah yang memperhatikan gerak-gerik Zaara tersenyum dengan damai. Kelegaan memenuhi relung hatinya. Dengan kemampuan Zaara yang semakin bertambah kian hari, mengurangi rasa cemas Fatimah pada diri Zaara. “Kenapa hanya mematung di situ, Ibu?”Zaara

    Last Updated : 2023-02-03
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   67. Foto

    “Seta*! Anjin*!” Segala umpatan terlontar dari bibir Mae yang bergincu merah. Dia melajukan kendaraannya seperti orang mabuk.“Awas Mae! Hati-hati! Nanti kamu bisa nabrak orang,” omel Zaara sembari memegangi kursi. Dia terlihat ketakutan saat mobil melaju dengan cepat di jalan yang berkelok-kelok. Tubuhnya nyaris terhuyung ke kanan dan ke kiri.“Woi! Seta*! Fuckin shit!” umpat Mae sembari menunjukan jari tengahnya melalui kaca spion pada salah satu pengendara motor di sebelah kanannya yang sudah tertinggal jauh.Akhirnya Mae dan Zaara berhasil kabur dari aksi kejar-kejaran dua motor penguntit di belakang mereka.Mae memarkirkan mobilnya di sebuah lapangan sepak bola yang sepi. Namun beruntung dekat pemukiman warga sehingga mereka istirahat di sana karena cukup aman.“Mae, sebetulnya mereka siapa?” tanya Zaara dengan penasaran. Jantungnya seakan mau copot melalui aksi gila-gilaan, kejar-kejaran seperti di film action yang pernah Zaara tonton.“Mana aku tahu, Zaara. Aku juga tidak tahu

    Last Updated : 2023-02-04
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   78. Kejahatan terencana

    Di sebuah rumah berlokasi di perumahan elit Safira tengah menikmati sarapannya dengan takzim, dia menikmati oatmeal, salad buah dan segelas susu rendah lemak. Cara dia menikmati makanan mirip seorang bangsawan wanita yang terlahir di istana Buckingham Palace. Soal table manner tak usah diragukan lagi.Setelah sarapan usai, dia mengelap bibirnya yang merah merona dengan sehelai tisu dengan sangat hati-hati tentunya. Tak ingin merusak pewarna bibir yang sedari tadi dia lukis. Dia menengok arloji mewah nya yang bertaburan kristal. Cantik dan mahal. Masih setengah jam lagi.Dia sedang bersiap-siap hari ini karena akan melakukan fitting gaun pengantin. Merasa rencananya sudah berhasil. Haikal pasti sudah menyerah dan mau tak mau dia akan kembali padanya. Safira mendapat dukungan penuh oleh Elia, ibunda Haikal. Namun saat ini Elia tidak mengetahui ihwal persoalan yang terjadi di antara putranya, Safira dan Zaara.Safira memilih bungkam dan memutuskan cara tersendiri untuk mengatasi persoala

    Last Updated : 2023-02-06
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   69. Haikal siapa?

    Mae terlihat kebingungan ketika tak melihat Zaara di manapun. Salahnya sendiri, saat mereka akan menyeberang jalan, tiba-tiba Mae melepas genggaman tangan Zaara dan berlari kembali untuk menemui seorang pria yang diduga pacarnya yang tengah berjalan kaki bersama selingkuhannya.Mae akhirnya menangis tersedu sedan seperti seorang anak kecil yang kehilangan ibunya.“Zaara kamu di mana?” Mae bergumam sendiri. Lantas dia mencari Zaara di gedung pameran dengan perasaan cemas. Mae takut Zaara menghilang atau ada yang menculik mengingat kondisi Zaara yang seorang tunanetra. Apalagi saat ini tengah marak penculikan yang terjadi baik yang menimpa pada anak-anak maupun orang dewasa. Yang mengerikan penjualan organ tubuh manusia. Bagaimana jika Zaara pulang hanya membawa nama.Mae bergidik ngeri mengingat hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Dan, bagaimana nanti dia menghadap Fatimah, menjelaskannya padanya bahwasanya, Zaara telah menghilang. Dan, dia dituduh telah menghilangkan anak orang.Niat

    Last Updated : 2023-02-07
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   70. Rencana ke dua

    Harum aroma ayam bakar tercium hingga ke ruang tamu sebuah apartemen tipe studio. Semakin membuat penghuninya tak sabar untuk segera mencicipi masakan tersebut.Dari jarak jauh Haikal memandangi sebuah dapur minimalis di mana ada seorang gadis tengah asik membakar ayam lalu mengolesnya bagian atasnya dengan mentega. Begitu beberapa kali dia melakukannya.Dengan lihai tangannya yang terampil menaruh potongan ayam bakar di atas piring porselen putih dengan ornamen bebungaan kecil di meja makan. Sesekali dia mengomel sebab dia sedang menerima hukuman akibat nge-frank Haikal. Zaara senang saat berhasil berpura-pura amnesia, tak mengenal Haikal.Pasalnya karena Haikal yang duluan mengambil kesempatan memeluk Zaara saat dia tak sadar. Oleh karena itu Zaara mengerjainya. Dan, bisa-bisanya Haikal percaya dan panik jika Zaara terbentur sesuatu sehingga menyebabkan kepalanya bermasalah.Meskipun sambil menggerutu Zaara tetap menyediakan makan siang untuk Haikal. Atas permintaan Haikal.“Mas, a

    Last Updated : 2023-02-10
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   71. Ancaman

    Kean hanya bisa menunduk saat menerima amukan sang nona muda. Atau, dirinya pasrah jika ditelan hidup-hidup oleh gadis pujaan hatinya tersebut. Dia akan terima dengan lapang dada sebab murni kesalahannya.“Kamu begitu saja tak becus, Kean!” teriak Safira, naik beberapa oktaf. Dia kemudian mendengus kesal, berbalik memunggungi Kean.Kean pemuda yang jujur sehingga dia dipercaya menjadi seorang pengawal safira sejak lama. Biasanya Kean datang mengawal Safira saat dibutuhkan sesuai perintahnya. Paling sering Kean menemani Safira saat melaksanakan fashion show ke luar negeri.Kean mengatakan pada Safira bahwa dia gagal menjalankan misinya, mencelakai Zaara Nadira. Ada seseorang yang terus mengamati Zaara dari kejauhan, seseorang yang berusaha melindungi gadis tersebut. Andai Safira tahu siapa guardian angel Zaara.Safira menggoyangkan gelas berisi minuman berwarna merah lalu melemparnya ke dinding hingga pecah.Prang!Kean mendongak dan terkejut melihat sikap Safira akhir-akhir ini yang t

    Last Updated : 2023-02-11
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   72. Melamar kerja

    Zaara merasa terkejut mendapat telepon berisi ancaman yang mengatasnamakan orang suruhan Safira. Dia menyesal telah mengangkat telepon tersebut.Pantas saja nada deringnya berbeda dari nada dering yang biasa dia dengar. Untuk memudahkan mengangkat telepon dan mengetahui siapa yang menghubunginya, Mae membantunya dengan menggunakan nada dering berbeda untuk setiap nomor yang masuk.“Zaara, siapa yang telepon?” tanya Mae saat melihat Zaara terdiam setelah menerima telepon.“Oh, itu sepertinya salah sambung, Mae,” dusta Zaara. Dia tak ingin membuat temannya tersebut ikut khawatir.“Mae, kamu bisa pulang, terima kasih atas hari-hari yang indah nonton pameran dan dikejar leasing,” ucap Zaara terkekeh, berusaha untuk menghibur dirinya.“Aish! Masih diungkit-ungkit lagi,” timpal Mae dengan bibir yang mengerucut. “Canda, Mae!” desis Zaara.“Bukan hanya dikejar leasing aja kali. Aku dikejar anjing labrador,” kata Mae dengan mendengus kesal. Andai Zaara tahu apa yang Mae rasakan saat anjing it

    Last Updated : 2023-02-12

Latest chapter

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   122. Pengantin pengganti (tamat)

    Kediamaan Harun malam ini begitu indah, dihiasi bebungaan berwarna warni dan lampu-lampu kristal yang menggantung indah. Halaman rumah yang begitu luas tersebut telah disulap menjadi sebuah venue pernikahan garden party yang hangat dan romantis.Malam ini akan diadakan malam di mana seorang pria dan wanita akan melepas masa lajangnya dengan mengadakan walimah dan dihadiri oleh keluarga inti dan kerabat terdekat.Acara walimah aqad ijab qabul akan diadakan di sebuah pelaminan yang hanya dihadiri oleh calon mempelai pria, wali, saksi dan penghulu. Pengantin wanita menunggu di ruangan terpisah. Zaara kini terlihat cantik dengan penampilan pengantin ala Sunda, mengenakan kebaya berwarna putih tulang dan tetap memakai kerudung yang dipadupadankan dengan hiasan siger di kepalanya. Dia terlihat sangat cantik dan berbeda setelah dirias oleh seorang MUA profesional.Namun Zaara bersedih saat yang sama. Ada banyak kesedihan yang dia rasakan malam ini. Pertama dia sedih karena harus menikah den

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   121. Meminta restu

    Suatu malam yang hening, Zaara tengah duduk di taman depan rumahnya. Dia tengah termenung menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.Harum semerbak anggrek bulan yang tengah mekar menyapa indera penciumannya. Zaara merasa tenang saat menghidunya.Namun ada aroma parfum yang dia kenal familiar tiba-tiba muncul. Hanya satu orang yang dia tahu suka memakai parfum mahal dan mewah berasal dari Paris tersebut, parfum beraroma woody floral musk. Seketika Zaara berdiri dan berusaha mencari sang pemilik aroma tersebut.Mata Zaara berembun tatkala kakinya dengan begitu saja melangkah menghampiri pemuda yang begitu dia rindukan. Namun sosok pemuda yang berdiri di hadapannya memilih melangkah mundur, menghindari Zaara hingga membuat Zaara terlihat sedih dan kecewa.“Mas Haikal, kau kah itu?”Zaara spontan menyebutkan nama sang empunya aroma yang familier tersebut. Pria yang Zaara dekati memilih diam dengan pikiran yang gelisah.“Mas Haikal kenapa diam? Kenapa Mas selalu mempermainkan h

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   120. Lamaran Haidar

    “Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   119. Gamang

    “Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   118. Selamat

    Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   117. Aksi heroik

    Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   116. Tak ada pilihan

    “Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   115. Diculik

    Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   114. Bahaya yang mengancam

    Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m

DMCA.com Protection Status