Zaara sudah kembali pulang ke rumah dan menjalani aktifitasnya seperti biasa. Enin sudah dinyatakan pulih sebulan yang lalu. Berkat bantuan Zaara dan teman-teman kerja Embun, akhirnya Enin bisa menjalani rawat jalan untuk penyakit kronis yang dideritanya yaitu jantung.Hari ini Zaara seperti biasa menyiapkan sarapan pagi untuk Fatimah dan Hamid. Mereka sudah tidak melarang-larang lagi Zaara untuk beraktifitas layaknya orang normal karena dia telah membuktikan. Bukan sekedar angan atau harapan belaka tetapi sebuah kenyataan.Perlahan Zaara mulai melupakan sosok Haikal yang tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi. Semenjak pertemuannya di rumah sakit, Haikal yang begitu bersemangat dan ingin bertemu Zaara tiba-tiba melakukan ghosting. Sesuai dugaannya, Haikal memang lelaki playboy seperti kebanyakan.Dalam balutan apron berwarna putih berenda Zaara tengah asyik memasak ayam balado. Harum aroma cabai merah menguar memenuhi dinding dapur minimalis hingga menusuk hidung Fatimah dan Hamid
Zaara tersenyum sendiri seraya memeluk buket bunga yang begitu indah pemberian dari seseorang, siapa lagi kalau bukan Haikal Harun. Sesekali dia menghidunya dengan penuh takzim, menikmati aroma bunga yang menenangkan perasaannya.Entahlah, perasaannya campur aduk. Satu sisi dia begitu bahagia mendapat hadiah buket bunga yang terkesan romantis. Jauh dalam lubuk hatinya, dia pun menaruh perasaan yang sama pada Haikal Harun. Dia menutupi perasaannya karena merasa gengsi.Hanya saja, di sisi lain Zaara masih merasa ragu apakah benar yang dikatakan oleh Haikal bahwa dia memang telah putus dengan kekasihnya. Haikal terdengar jujur saat mengatakan hal penting tersebut. Namun yang membuat hatinya gamang ialah mengapa Safira, yang mengaku tunangannya mengancam Zaara untuk menjauhi Haikal. Hingga sejauh itu, tega melakukan perbuatan yang tak sepatutnya.Haruskah Zaara mengatakan itu semua pada Haikal, mengenai tunangannya yang seorang model tersebut telah mengancamnya bahkan dengan kuasanya Zaa
Selepas latihan melukis di teras rumah, Zaara duduk beristirahat sembari sesekali menikmati secangkir kopi hitam dan makan ubi Cilembu yang sangat legit. Dengan lihai tangannya mengupas ubi hingga begitu bersih. Dia benar-benar seperti orang normal pada umumnya.Zaara menikmati ubi dengan penuh syukur. Lalu kini tangannya menyingkirkan wadah berisi ubi dengan satu set pensil. Dia meraut pensil itu dengan begitu sabar. Lalu dia merapikan cat akrilik sesuai dengan warnanya. Zaara memiliki ide brilian dengan memberi cat dengan aroma bebungaan agar Zaara dengan mudah menghafal warnanya. Dia menajamkan indera penciumannya. Padahal Hamid telah membuatkannya sebuah kotak cat yang diatur sedemikian rupa untuk mempermudah Zaara mengenali warna.Fatimah yang memperhatikan gerak-gerik Zaara tersenyum dengan damai. Kelegaan memenuhi relung hatinya. Dengan kemampuan Zaara yang semakin bertambah kian hari, mengurangi rasa cemas Fatimah pada diri Zaara. “Kenapa hanya mematung di situ, Ibu?”Zaara
“Seta*! Anjin*!” Segala umpatan terlontar dari bibir Mae yang bergincu merah. Dia melajukan kendaraannya seperti orang mabuk.“Awas Mae! Hati-hati! Nanti kamu bisa nabrak orang,” omel Zaara sembari memegangi kursi. Dia terlihat ketakutan saat mobil melaju dengan cepat di jalan yang berkelok-kelok. Tubuhnya nyaris terhuyung ke kanan dan ke kiri.“Woi! Seta*! Fuckin shit!” umpat Mae sembari menunjukan jari tengahnya melalui kaca spion pada salah satu pengendara motor di sebelah kanannya yang sudah tertinggal jauh.Akhirnya Mae dan Zaara berhasil kabur dari aksi kejar-kejaran dua motor penguntit di belakang mereka.Mae memarkirkan mobilnya di sebuah lapangan sepak bola yang sepi. Namun beruntung dekat pemukiman warga sehingga mereka istirahat di sana karena cukup aman.“Mae, sebetulnya mereka siapa?” tanya Zaara dengan penasaran. Jantungnya seakan mau copot melalui aksi gila-gilaan, kejar-kejaran seperti di film action yang pernah Zaara tonton.“Mana aku tahu, Zaara. Aku juga tidak tahu
Di sebuah rumah berlokasi di perumahan elit Safira tengah menikmati sarapannya dengan takzim, dia menikmati oatmeal, salad buah dan segelas susu rendah lemak. Cara dia menikmati makanan mirip seorang bangsawan wanita yang terlahir di istana Buckingham Palace. Soal table manner tak usah diragukan lagi.Setelah sarapan usai, dia mengelap bibirnya yang merah merona dengan sehelai tisu dengan sangat hati-hati tentunya. Tak ingin merusak pewarna bibir yang sedari tadi dia lukis. Dia menengok arloji mewah nya yang bertaburan kristal. Cantik dan mahal. Masih setengah jam lagi.Dia sedang bersiap-siap hari ini karena akan melakukan fitting gaun pengantin. Merasa rencananya sudah berhasil. Haikal pasti sudah menyerah dan mau tak mau dia akan kembali padanya. Safira mendapat dukungan penuh oleh Elia, ibunda Haikal. Namun saat ini Elia tidak mengetahui ihwal persoalan yang terjadi di antara putranya, Safira dan Zaara.Safira memilih bungkam dan memutuskan cara tersendiri untuk mengatasi persoala
Mae terlihat kebingungan ketika tak melihat Zaara di manapun. Salahnya sendiri, saat mereka akan menyeberang jalan, tiba-tiba Mae melepas genggaman tangan Zaara dan berlari kembali untuk menemui seorang pria yang diduga pacarnya yang tengah berjalan kaki bersama selingkuhannya.Mae akhirnya menangis tersedu sedan seperti seorang anak kecil yang kehilangan ibunya.“Zaara kamu di mana?” Mae bergumam sendiri. Lantas dia mencari Zaara di gedung pameran dengan perasaan cemas. Mae takut Zaara menghilang atau ada yang menculik mengingat kondisi Zaara yang seorang tunanetra. Apalagi saat ini tengah marak penculikan yang terjadi baik yang menimpa pada anak-anak maupun orang dewasa. Yang mengerikan penjualan organ tubuh manusia. Bagaimana jika Zaara pulang hanya membawa nama.Mae bergidik ngeri mengingat hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Dan, bagaimana nanti dia menghadap Fatimah, menjelaskannya padanya bahwasanya, Zaara telah menghilang. Dan, dia dituduh telah menghilangkan anak orang.Niat
Harum aroma ayam bakar tercium hingga ke ruang tamu sebuah apartemen tipe studio. Semakin membuat penghuninya tak sabar untuk segera mencicipi masakan tersebut.Dari jarak jauh Haikal memandangi sebuah dapur minimalis di mana ada seorang gadis tengah asik membakar ayam lalu mengolesnya bagian atasnya dengan mentega. Begitu beberapa kali dia melakukannya.Dengan lihai tangannya yang terampil menaruh potongan ayam bakar di atas piring porselen putih dengan ornamen bebungaan kecil di meja makan. Sesekali dia mengomel sebab dia sedang menerima hukuman akibat nge-frank Haikal. Zaara senang saat berhasil berpura-pura amnesia, tak mengenal Haikal.Pasalnya karena Haikal yang duluan mengambil kesempatan memeluk Zaara saat dia tak sadar. Oleh karena itu Zaara mengerjainya. Dan, bisa-bisanya Haikal percaya dan panik jika Zaara terbentur sesuatu sehingga menyebabkan kepalanya bermasalah.Meskipun sambil menggerutu Zaara tetap menyediakan makan siang untuk Haikal. Atas permintaan Haikal.“Mas, a
Kean hanya bisa menunduk saat menerima amukan sang nona muda. Atau, dirinya pasrah jika ditelan hidup-hidup oleh gadis pujaan hatinya tersebut. Dia akan terima dengan lapang dada sebab murni kesalahannya.“Kamu begitu saja tak becus, Kean!” teriak Safira, naik beberapa oktaf. Dia kemudian mendengus kesal, berbalik memunggungi Kean.Kean pemuda yang jujur sehingga dia dipercaya menjadi seorang pengawal safira sejak lama. Biasanya Kean datang mengawal Safira saat dibutuhkan sesuai perintahnya. Paling sering Kean menemani Safira saat melaksanakan fashion show ke luar negeri.Kean mengatakan pada Safira bahwa dia gagal menjalankan misinya, mencelakai Zaara Nadira. Ada seseorang yang terus mengamati Zaara dari kejauhan, seseorang yang berusaha melindungi gadis tersebut. Andai Safira tahu siapa guardian angel Zaara.Safira menggoyangkan gelas berisi minuman berwarna merah lalu melemparnya ke dinding hingga pecah.Prang!Kean mendongak dan terkejut melihat sikap Safira akhir-akhir ini yang t