“Seta*! Anjin*!” Segala umpatan terlontar dari bibir Mae yang bergincu merah. Dia melajukan kendaraannya seperti orang mabuk.“Awas Mae! Hati-hati! Nanti kamu bisa nabrak orang,” omel Zaara sembari memegangi kursi. Dia terlihat ketakutan saat mobil melaju dengan cepat di jalan yang berkelok-kelok. Tubuhnya nyaris terhuyung ke kanan dan ke kiri.“Woi! Seta*! Fuckin shit!” umpat Mae sembari menunjukan jari tengahnya melalui kaca spion pada salah satu pengendara motor di sebelah kanannya yang sudah tertinggal jauh.Akhirnya Mae dan Zaara berhasil kabur dari aksi kejar-kejaran dua motor penguntit di belakang mereka.Mae memarkirkan mobilnya di sebuah lapangan sepak bola yang sepi. Namun beruntung dekat pemukiman warga sehingga mereka istirahat di sana karena cukup aman.“Mae, sebetulnya mereka siapa?” tanya Zaara dengan penasaran. Jantungnya seakan mau copot melalui aksi gila-gilaan, kejar-kejaran seperti di film action yang pernah Zaara tonton.“Mana aku tahu, Zaara. Aku juga tidak tahu
Di sebuah rumah berlokasi di perumahan elit Safira tengah menikmati sarapannya dengan takzim, dia menikmati oatmeal, salad buah dan segelas susu rendah lemak. Cara dia menikmati makanan mirip seorang bangsawan wanita yang terlahir di istana Buckingham Palace. Soal table manner tak usah diragukan lagi.Setelah sarapan usai, dia mengelap bibirnya yang merah merona dengan sehelai tisu dengan sangat hati-hati tentunya. Tak ingin merusak pewarna bibir yang sedari tadi dia lukis. Dia menengok arloji mewah nya yang bertaburan kristal. Cantik dan mahal. Masih setengah jam lagi.Dia sedang bersiap-siap hari ini karena akan melakukan fitting gaun pengantin. Merasa rencananya sudah berhasil. Haikal pasti sudah menyerah dan mau tak mau dia akan kembali padanya. Safira mendapat dukungan penuh oleh Elia, ibunda Haikal. Namun saat ini Elia tidak mengetahui ihwal persoalan yang terjadi di antara putranya, Safira dan Zaara.Safira memilih bungkam dan memutuskan cara tersendiri untuk mengatasi persoala
Mae terlihat kebingungan ketika tak melihat Zaara di manapun. Salahnya sendiri, saat mereka akan menyeberang jalan, tiba-tiba Mae melepas genggaman tangan Zaara dan berlari kembali untuk menemui seorang pria yang diduga pacarnya yang tengah berjalan kaki bersama selingkuhannya.Mae akhirnya menangis tersedu sedan seperti seorang anak kecil yang kehilangan ibunya.“Zaara kamu di mana?” Mae bergumam sendiri. Lantas dia mencari Zaara di gedung pameran dengan perasaan cemas. Mae takut Zaara menghilang atau ada yang menculik mengingat kondisi Zaara yang seorang tunanetra. Apalagi saat ini tengah marak penculikan yang terjadi baik yang menimpa pada anak-anak maupun orang dewasa. Yang mengerikan penjualan organ tubuh manusia. Bagaimana jika Zaara pulang hanya membawa nama.Mae bergidik ngeri mengingat hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Dan, bagaimana nanti dia menghadap Fatimah, menjelaskannya padanya bahwasanya, Zaara telah menghilang. Dan, dia dituduh telah menghilangkan anak orang.Niat
Harum aroma ayam bakar tercium hingga ke ruang tamu sebuah apartemen tipe studio. Semakin membuat penghuninya tak sabar untuk segera mencicipi masakan tersebut.Dari jarak jauh Haikal memandangi sebuah dapur minimalis di mana ada seorang gadis tengah asik membakar ayam lalu mengolesnya bagian atasnya dengan mentega. Begitu beberapa kali dia melakukannya.Dengan lihai tangannya yang terampil menaruh potongan ayam bakar di atas piring porselen putih dengan ornamen bebungaan kecil di meja makan. Sesekali dia mengomel sebab dia sedang menerima hukuman akibat nge-frank Haikal. Zaara senang saat berhasil berpura-pura amnesia, tak mengenal Haikal.Pasalnya karena Haikal yang duluan mengambil kesempatan memeluk Zaara saat dia tak sadar. Oleh karena itu Zaara mengerjainya. Dan, bisa-bisanya Haikal percaya dan panik jika Zaara terbentur sesuatu sehingga menyebabkan kepalanya bermasalah.Meskipun sambil menggerutu Zaara tetap menyediakan makan siang untuk Haikal. Atas permintaan Haikal.“Mas, a
Kean hanya bisa menunduk saat menerima amukan sang nona muda. Atau, dirinya pasrah jika ditelan hidup-hidup oleh gadis pujaan hatinya tersebut. Dia akan terima dengan lapang dada sebab murni kesalahannya.“Kamu begitu saja tak becus, Kean!” teriak Safira, naik beberapa oktaf. Dia kemudian mendengus kesal, berbalik memunggungi Kean.Kean pemuda yang jujur sehingga dia dipercaya menjadi seorang pengawal safira sejak lama. Biasanya Kean datang mengawal Safira saat dibutuhkan sesuai perintahnya. Paling sering Kean menemani Safira saat melaksanakan fashion show ke luar negeri.Kean mengatakan pada Safira bahwa dia gagal menjalankan misinya, mencelakai Zaara Nadira. Ada seseorang yang terus mengamati Zaara dari kejauhan, seseorang yang berusaha melindungi gadis tersebut. Andai Safira tahu siapa guardian angel Zaara.Safira menggoyangkan gelas berisi minuman berwarna merah lalu melemparnya ke dinding hingga pecah.Prang!Kean mendongak dan terkejut melihat sikap Safira akhir-akhir ini yang t
Zaara merasa terkejut mendapat telepon berisi ancaman yang mengatasnamakan orang suruhan Safira. Dia menyesal telah mengangkat telepon tersebut.Pantas saja nada deringnya berbeda dari nada dering yang biasa dia dengar. Untuk memudahkan mengangkat telepon dan mengetahui siapa yang menghubunginya, Mae membantunya dengan menggunakan nada dering berbeda untuk setiap nomor yang masuk.“Zaara, siapa yang telepon?” tanya Mae saat melihat Zaara terdiam setelah menerima telepon.“Oh, itu sepertinya salah sambung, Mae,” dusta Zaara. Dia tak ingin membuat temannya tersebut ikut khawatir.“Mae, kamu bisa pulang, terima kasih atas hari-hari yang indah nonton pameran dan dikejar leasing,” ucap Zaara terkekeh, berusaha untuk menghibur dirinya.“Aish! Masih diungkit-ungkit lagi,” timpal Mae dengan bibir yang mengerucut. “Canda, Mae!” desis Zaara.“Bukan hanya dikejar leasing aja kali. Aku dikejar anjing labrador,” kata Mae dengan mendengus kesal. Andai Zaara tahu apa yang Mae rasakan saat anjing it
Di sebuah gedung perkantoran, Haikal tampak berjalan wara-wiri, terlihat sedang memiliki banyak pikiran. Hal tersebut tentu mengusik konsentrasi Hasna yang tengah mengerjakan pekerjaannya.Protes adalah sebuah keniscayaan. Haikal seorang bos temperamen alasannya. Oleh karena itu Hasna hanya bisa mengelus dada dan menutup mata dan telinganya, berupaya memupuk rasa sabar yang tiada tara. Hasna akan merespon saat dibutuhkan.Terdengar derit suara pintu, Zul masuk ke ruangan yang sama. Mata Hasna langsung mengerjap bahagia melihat kedatangannya. Dia tersenyum sumringah pada Zul yang menatapnya.Semoga saja Zul memberi kabar yang indah untuk Haikal. Lama kelamaan Hasna merasa iba melihat bosnya seperti tertekan. Imbasnya aura yang menguar dari dirinya terasa mencekam dan Hasna merasa seperti seekor mangsa yang terancam oleh pemburunya.Beberapa pekan ini Haikal terlihat gelisah karena belum bisa menyelesaikan masalah finansial perusahaan. Satu-satunya cara agar perusahaan tetap bertahan ad
Malam ini Haikal memilih pulang ke apartemennya. Dia ingin menenangkan dirinya. Jika dia tetap tinggal di mansion orang tuanya maka dia semakin merasa tertekan dan terbebani. Selain masalah perusahaan kini Haikal harus berhadapan dengan drama sang ibu tentang pernikahannya dengan Safira.Sepanjang hari Elia terus berceloteh soal gaun pengantin yang dipilih Safira. Elia dan Safira memiliki selera berbeda soal fashion sehingga agak sukar menyatukan ide desain gaun tersebut.Safira yang bersikukuh memilih gaun pilihannya sebab dia yang akan mengenakannya sedangkan Elia yang tak kalah beradu otot, dia memilih gaun yang tak terlalu terbuka saat acara berlangsung karena merasa berhak sebagai calon mertua. Belum membahas soal resepsi dan memilih WO atau vendor.Lama kelamaan telinga Haikal merasa berdengung karena sikap mereka, yang sudah lebih dulu percaya diri jika Haikal akan mengangkat ke dua tangannya, menyerah demi menikah karena kepentingan bisnis.Sebelum beranjak tidur, Haikal memil