“Maaf, Pak, aku sebenarnya …”Zaara menjawab pertanyaan Hamid dengan sangat gugup. “Pergi dengan Haidar ke cafe,” sela Hamid yang mengetahui kepergian Zaara dengan Haidar secara diam-diam.“Bapak tahu dari mana?”Zaara meremat jari jemarinya dengan gelisah.“Tidak penting Bapak tahu dari mana.”Hamid mendengus kasar. Dia tidak suka didustai.“Maaf Pak, aku memang bertemu Mas Haidar untuk …”“Berkencan begitu?”“Astagfirullah, Pak. Aku tidak pergi berkencan Pak,” sergah Zaara tidak terima dengan tuduhan Hamid padanya.“Zaara, bagaimana bisa kau tidak menganggap bepergian berdua itu kencan?”“Tidak seperti itu Pak,”Zaara bersikukuh mengelak. Karena memang dia tidak berkencan dengan Haidar. Dia hanya minum kopi. “Aku hanya minum kopi dan berbincang seputar seni lukis, Pak.”“Kenapa berbohong kalau begitu? Kenapa kau tidak mengatakan jika kau pergi bersama Haidar ke cafe?”Glek,Tenggorokan Zaara merasa tersentak dengan serentet pertanyaan Hamid untuknya.“Kau tahu, kenapa alasan Bapak
Acara pelelangan lukisan yang diadakan oleh satu balai pelelangan swasta selesai tepat waktu sesuai dengan agenda acara yang direncanakan oleh panitia pelelangan. Riuh tepuk tangan membahana dari para peserta lelang memenuhi ruangan yang begitu luas tersebut.Para panitia acara berucap syukur karena hasil pelelangan lukisan sangat melampaui ekspektasi mereka di mana harga penawaran tertinggi nyaris menyentuh angka ratusan juta. Lukisan yang berhasil terjual dengan harga fantastis ialah lukisan milik Zaara Nadira yang berjudul Retrofilia.Hasil pelelangan dikumpulkan dan akan didonasikan khusus untuk yayasan penyandang difabel di daerah sekitar mereka. Para peserta pameran yang berasal dari kalangan kolektor seni satu per satu berangsur pulang termasuk para seniman yang hadir. Beberapa masih tersisa menyebar di berbagai koridor tempat pelelangan tersebut. Masih betah berlama-lama menikmati obrolan hangat mengenai seni rupa dan perkembangannya.Di salah satu koridor bangunan bercat puti
Sebelum pulang ke rumah, diantar Mae Zaara menyempatkan waktunya untuk pergi ke sebuah mall. Dia akan berbelanja kebutuhan bulanan dengan hasil pendapatannya sendiri dari hasil menjual lukisan lewat situs jual beli waralaba internasional.“Seharusnya kau bahagia dari kemarin lukisan mu laris manis tanjung priang,” ucap Mae dengan menggelayut pada tangan Zaara. Mereka berjalan bersisian menuju rak yang menjual buah-buahan. Tangan Mae dengan begitu lincah langsung mencomot satu per satu buah-buahan, memasukkannya ke dalam kantong plastik bening, menimbangnya dan memasukkannya ke dalam satu troli disatukan dengan milik Zaara Nadira.“Aku bahagia tetapi aku bersedih juga.”“Perasaan seperti apa itu? Bahagia dan sedih menyatu. Terdengar paradoks!”Mae memprotes keluhan Zaara. Satu tangannya mengambil beberapa ikat sayuran berwarna hijau pekat dan bumbu-bumbu dapur dan menaruhnya ke dalam troli.“Mae, tolong aku ingin bumbu rendang dan balado. Besok aku ingin memasak rendang daging sapi dan
Akhirnya Zaara, Mae, Haidar dan Shafeeya berempat duduk bersama di restoran seafood. Shafeeya memberanikan diri mulai angkat bicara karena merasa dialah yang pertama kali menemukan fakta pahit tentang insiden yang menimpa Zaara Nadira.Zaara dan Mae duduk di seberang Haidar dan Shafeeya. Zaara mengusap air mata yang berlinang dengan tisu karena dia juga masih berpikir logis, tak mungkin dia mengamuk ataupun menangis sesenggukan di restoran tersebut. Zaara mengatur nafasnya yang terasa sesak. Seolah ada bara api yang membakar jiwanya. Mengapa pria yang dia cintai ternyata pria yang melukainya dan menghancurkan segala mimpinya.Haidar yang merasa perih hatinya melihat kondisi Zaara merasa sangat bersalah. Mengapa kebenaran pahit sepahit empedu tersebut harus terkuak dengan cara seperti itu. Padahal Haidar sudah merencanakan untuk tidak mengungkapkan peristiwa itu dalam waktu dekat. Haidar hanya ingin Zaara kembali melihat seperti sedia kala. Alasannya satu karena Haidar mencintai Zaar
Mae menoleh ke arah Haidar menutup bibirnya dengan jari telunjuknya untuk tak bersuara. Haidar pun menuruti perintah Mae dan mengikuti arah pandangan Mae menuju semak belukar yang berukuran kurang lebih satu meteran sehingga bisa menutupi seseorang yang bersembunyi di belakangnya.Mae menarik lengan Haidar untuk menjauhi taman di mana Zaara bersembunyi. “Mas Haidar, Zaara butuh waktu sendiri jadi tolong tinggalkan kami berdua. Kau bisa pergi dulu. Aku akan berusaha membujuk Zaara setelah dia mulai tenang. Jika kita memaksanya sama saja kita melukai hatinya lagi.Mas, maaf, bayangkan Zaara mencintai Mas Haikal, mencintai orang yang melukainya dan menghancurkan mimpinya. Mas bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Zaara saat ini?”Mae menjelaskan pada Haidar kondisi Zaara saat ini.“Tapi …” Haidar tak terima mendengar saran Mae. Dia justru ingin menghampiri Zaara, merengkuhnya dan menenangkannya. “Tidak ada tapi-tapi! Mas tahu, Zaara pernah berada di titik nadir di mana dia berad
Flashback onDi sebuah restoran fine in dining, salah satu putra konglomerat Hantoro meminta bertemu dengan Eva, yang tak lain istrinya Alfian untuk membahas sesuatu yang teramat penting berkaitan dengan Zaara Nadira.Hantoro ialah seorang konglomerat yang merajai dunia bisnis property skala multinasional berasal dari Indonesia yang kini tinggal di Chicago. Dia memiliki empat orang putra, Buana, Aksara, Bagas dan Rakha. Aksara ialah ayah kandung Zaara Nadira. Aksara dibuang oleh keluarga karena memilih menikah dengan wanita miskin, seorang pelukis jalanan bernama Khansa yang tak lain ibu kandung Zaara Nadira. Aksara memilih keluar dari tirah keluarga dan menjalani hidup dengan aturan sendiri daripada hidup bergelimang harta tetapi penuh kepalsuan. Aksara juga sangat mencintai Khansa sehingga dia lebih memilihnya dan harus merelakan kehidupan mewahnya.Sebenarnya kisah Aksara dan Khansa mirip dengan kisah cinta yang dialami oleh Zaara dan Haikal di mana mereka diuji oleh status sosial
“Maaf, Pak Haikal sedang sibuk jadi tidak bisa diganggu,”Hasna sang sekretaris menghalangi langkah Haidar yang ingin masuk ke ruangannya. Haikal sedang mengadakan pertemuan dengan calon investor yang hendak mengucurkan dana untuk perusahaan tambang yang dikelolanya sepeninggal Edi Mahardika, PT Mineral Jaya. Haikal masih punya waktu untuk memperoleh suntikan dana demi menghindari pernikahannya dengan Safira.Haikal merasa frustrasi. Meskipun Zaara menolak mentah-mentah dirinya, dia tetap tak bisa melupakan Zaara. Usahanya melupakan Zaara sia-sia. Bahkan ketika Haikal mendongak dan berusaha mencari wanita yang lebih cantik dan lebih segala-galanya dari Zaara tetap saja dia tidak tertarik.Dengan mengerahkan segenap kemampuannya Haikal memperbaiki perusahaan termasuk urusan percintaannya. Solusinya sangatlah mudah, Haikal hanya butuh investasi maka semua urusan selesai. Haikal membatalkan pernikahannya dan melamar Zaara Nadira.Setelah Haikal melakukan negosiasi dengan melakukan sebuah
Haidar menyentuh dadanya yang terasa sesak. Baru pertama kalinya Haidar bersikap agresif dan frontal pada sang kakak seperti tadi. Haidar sudah menahan kemarahannya pada sang kakak semenjak Shafeeya memperlihatkan video sang kakak. Namun hari itu Haidar merasa sangat puas karena telah menghajar sang kakak yang telah menghancurkan gadis yang disukainya.“Sorry Mas, kau memang patut diberi pelajaran! Kau jangan jadi pecundang Mas!” gumam Haidar dengan kepala terantuk pada stir mobil.Haidar melajukan lagi kendaraannya menuju kediamannya dengan perasaan lega.Begitu Haidar tiba di kamarnya, seseorang menghubunginya.“Zaara?”Dari nama pemanggil Haidar melihat ada nomor yang masuk berasal dari Zaara Nadira. Zaara mengajak bertemu dengannya karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Haidar.***Setelah merenung semalaman Zaara akhirnya telah membuat sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Dia tak ingin menimbang untuk ke dua kali atau ke tiga kalinya. Keputusannya sudah bulat sime