Share

103. Sang maestro

“Maaf, Pak, aku sebenarnya …”

Zaara menjawab pertanyaan Hamid dengan sangat gugup.

“Pergi dengan Haidar ke cafe,” sela Hamid yang mengetahui kepergian Zaara dengan Haidar secara diam-diam.

“Bapak tahu dari mana?”

Zaara meremat jari jemarinya dengan gelisah.

“Tidak penting Bapak tahu dari mana.”

Hamid mendengus kasar. Dia tidak suka didustai.

“Maaf Pak, aku memang bertemu Mas Haidar untuk …”

“Berkencan begitu?”

“Astagfirullah, Pak. Aku tidak pergi berkencan Pak,” sergah Zaara tidak terima dengan tuduhan Hamid padanya.

“Zaara, bagaimana bisa kau tidak menganggap bepergian berdua itu kencan?”

“Tidak seperti itu Pak,”

Zaara bersikukuh mengelak. Karena memang dia tidak berkencan dengan Haidar. Dia hanya minum kopi. “Aku hanya minum kopi dan berbincang seputar seni lukis, Pak.”

“Kenapa berbohong kalau begitu? Kenapa kau tidak mengatakan jika kau pergi bersama Haidar ke cafe?”

Glek,

Tenggorokan Zaara merasa tersentak dengan serentet pertanyaan Hamid untuknya.

“Kau tahu, kenapa alasan Bapak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status