Keluarga Carter adalah keluarga terbesar ke 5 di Kota Verdansk. Mereka menguasai bisnis hiburan di Kota Verdansk. Mulai dari taman bermain, klub malam hingga memiliki arena tinju.Keluarga Carter disegani oleh keluarga besar lain, bukan hanya karena masuk 5 besar keluarga teratas Kota Verdansk tetapi juga karena dekat dengan kelompok bawah tanah, termasuk para mafia.Angeline memaksakan diri untuk bersikap baik kepada Ashton. Karena kondisi keluarga yang sedang goyang, dia tidak mau menambah imej buruk jika dia bersikap tidak sopan kepada Ashton.Angeline sadar, dengan menjentikan jari saja, Ashton bisa membuat keluarganya bisa hancur lebur.“Senang juga bertemu denganmu, Tuan Ashton!” ucap Angeline.Ashton melambaikan tangannya seraya tersenyum. “Cukup panggil nama saja.”Angeline mengangguk canggung.Mereka kemudian duduk kembali di sofa. Angeline dan Ashton duduk di sofa yang sama, sofa panjang. Namun Angeline menjaga jarak agar tidak terlalu dekat.“Pak Ashton sedang berkunjung ke
Lucas datang ke restoran milikmu Magdalena untuk menemui wanita itu. Dia ingin mengambil kembali sertifikat rumah yang telah dibawanya.“Di mana Magdalena? Di mana wanita itu?” tanya Lucas tanpa memberikan sikap sopannya.Satpam yang berjaga cukup terkejut dengan Lucas yang datang sambil marah-marah.“Bu Bos belum ke sini hari ini. Mungkin besok dia baru ke sini,” terang satpam.Satpam itu tidak lagi berani kepada Lucas karena kejadian beberapa hari yang lalu. Karena Lucas yang kuat dan juga ternyata kenal dengan Albin, membuat satpam tidak berani macam-macam.Lucas berkacak pinggang. Dia sangat kesal sekali kepada wanita itu.Pasalnya Magdalena telah menyeret ibunya dalam permasalahan ini. Itu yang tidak bisa diterima olehnya.“Kamu punya nomernya? Aku minta. Tenang, aku tidak akan bilang akali aku dapat nomernya darimu,” kata Lucas.Mau tidak mau, satpam itu pun memberikan nomor ponsel Magdalena. Dia benar-benar tidak mau berurusan panjang dengan Lucas karena tidak mau terluka kemba
Dalam kondisi seperti ini, Mirko nekat melawan Lucas. Sebab dia percaya jika Lucas tidak akan macam-macam kepadanya karena dia adalah seorang polisi “Sangat percaya diri sekali!” ucap Lucas dengan mimik wajah meremehkan.Kemudian Lucas melempar tubuh Mirko ke arah dinding yang ada di sebelah kiri. Buruk!.Mirko menghantam dinding dengan sangat keras.Lucas melempar Mirko seperti melempar anak kucing yang ringan. Terlihat begitu mudah sekali.Sopir taksi online sangat ketakutan. Dia menilai jika Lucas bukan orang biasa melainkan monster. Oleh sebab itu, dia pun langsung memundurkan mobilnya dengan cepat dan kabur.Sang sopir tidak memedulikan tentang bayarannya. Sebab yang dia pikirkan sekarang hanyalah keselamatan nyawanya saja.Kemudian Lucas bergerak dengan cepat dan kini sudah ada di depan Mirko. Kakinya menginjak bahu Lucas.“Jangankan polisi sepertimu, Panglima yang turun pun, aku sama sekali tidak takut!” ucap Lucas dengan bersungguh-sungguh.Lucas kemudian menekan bahu Mirko
Mendengarnya tentu saja membuat Angeline dan Lucas menjadi panik. Jika sandiwara mereka terbongkar, semuanya akan berantakan.“Magdalena, apa yang kamu katakan? Jangan macam-macam!” Lucas kesal sekali.“Macam-macam? Aku tidak macam-macam. Aku hanya berencana untuk memberitahu keluarga kalian saja, hanya satu macam, kok,” kata Magdalena dengan senyum kecil yang tersimpul di bibirnya.Angeline menatap tajam kedua mata Magdalena. Jelas sekali dia sangat tidak suka dengan Magdalena dan ingin menyingkirkannya.Namun untuk saat ini, dia tidak bisa bertindak gegabah. Masalahnya Magdalena memiliki kartu As yang dapat mematikan langkahnya. “Kamu mengancamku?” tanya Angeline.Wajah Angeline terlihat sangat tidak bersahabat. Tatapan matanya tajam dan auranya begitu dingin.“Aku tidak sedang mengancam siapapun. Memangnya kamu merasa diancam olehku?” tanya Magdalena dengan wajah yang tidak bersalah. Wanita itu benar-benar memancing amarah Lucas. Jika saja dia masih seperti yang dulu, Magdalena s
Angeline dan Lucas pun langsung menemui petugas pencatatan sipil di sebuah ruangan.Ternyata di dalam sana juga sudah ada petugas yang akan mengambil sumpah pernikahan.Angeline dan Lucas sama-sama gugup. Meskipun mereka yang merencanakan pernikahan sandiwara ini, namun rasanya seperti akan menikah sungguhan.“Aku deg-degan Bu Angeline. Rasanya ini seperti kita akan menikah beneran,” kata Lucas.Angeline yang sebenarnya juga merasa gugup, namun dia menunjukan ekspresi yang tenang karena ini adalah satu-satunya jalan.Orang suruhan Angeline benar-benar membantu dengan maksimal. Jadi, Angeline da Lucas pun hanya duduk saja dan semuanya beres.“Kalian hanya berdua saja? Apakah tidak ada orang tua, kerabat, maupun teman yang datang?” tanya petugas pencatat sipil.Angeline mengangguk sembari berkata, “Iya, kami datang berdua dan hanya dibantu oleh Todd.”“Baik kalau begitu. Sekarang kalian diwajibkan untuk mengambil sumpah pernikahan. Silakan!” ucap petugas pencatatan sipil yang seorang wa
Mendengar perintah Lucas, membuat Doni gemetaran tubuhnya. Dia sangat takut sekali akan dihajar oleh sang Raja Mafia.Namun Doni harus menuruti perintah Sang Raja Mafia. Jika tidak, maka sesuatu yang lebih buruk akan terjadi padanya.Dengan wajah yang menunduk, Doni berkata, “Mohon ampun, The Obsidian Blade.”“Ada dua kesalahan yang kamu perbuat; yang pertama adalah kamu meminta uang di muka. Seharusnya kamu memintanya saat dia pulang. Yang kedua, tarifnya terlalu mahal,” kata Lucas dengan serius.Doni langsung membungkukkan badannya sangat dalam. “Maafkan aku, Raja Mafia. Aku hanya mengikuti aturan yang telah dibuat sebelum aku bergabung.”“Jadi, hal ini sudah berlangsung lama?” tanya Lucas.“Iya, betul,” jawab Doni tanpa berani menatap wajah pria itu.Lucas menarik napas dalam-dalam. Lalu dia berkata, “Aku harus bicara dengan Julian.”Lucas kemudian membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju ke restoran.“Raja Mafia, tunggu!” ucap Doni.Lucas berhenti dan menoleh, “Ada apa
Viviana sangat senang sekali bisa bertemu dengan Lucas. Wajahnya begitu berseri ketika melihat pria yang sudah dianggap sebagai malaikat penyelamat.Namun, karena dia adalah wanita yang anggun dan santun, dia tidak bersikap berlebihan. Malah, dia malu-malu kepada Lucas.“Iya, Lucas. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi,” ucap Viviana dengan mata yang menatap ke lantai.Wajah Viviana begitu merah seperti tomat saat ini.“Aku juga senang sekali bisa bertemu denganmu, Viviana. Apalagi saat aku melihat kondisimu sekarang. Aku senang sekali!” ucap Lucas, bersungguh-sungguh.Viviana mengangguk.“Duduk lagi, Viviana. Katanya kamu sedang sakit kaki karena maksa jalan terus?”Viviana kembali duduk saat melihat Lucas juga duduk.“Iya, tadi pagi otot pahaku tertarik. Kata fisioterapis, ini akibat aku terlalu banyak jalan,” ungkap Viviana yang kini mulai berani menatap kedua mata Lucas meskipun hanya dua detik saja.Lucas tersenyum mendengarnya. Dia pun berkata, “Tulang dan otot-otot tubuhmu
Dalam kondisi seperti ini, tentu saja Lucas masih harus menyembunyikan identitasnya. Selain agar tidak menjadi sosok yang mencolok sehingga bisa melumpuhkan musuh dengan mudah, dia juga memikirkan tentang Angeline Jelas, wanita itu pasti tidak akan bisa menerima status Lucas sebagai Raja Mafia. Entah menolaknya atau tidak percaya.Daripada membuat semuanya menjadi berantakan, Lucas memilih untuk menyembunyikan identitasnya dengan rapat.Angeline langsung menoleh ke arah Lucas. Dia yakin jika yang diajak bicara oleh tukang parkir ilegal itu adalah Lucas.“Apa? Raja Mafia?” tanya Angeline seraya memandang wajah Doni dan Lucas secara bergantian.Lucas menatap tajam Doni, memberikan kode kepada anak buahnya itu untuk meluruskan. Namun Doni sepertinya tidak terlalu peka. Dia tidak mengerti dengan maksud dari Lucas.Tidak ada jawaban, Angeline kembali bertanya. Dia ingin rasa penasarannya tuntas.“Siapa yang kamu panggil Raja Mafia? Apakah Raja Mafia itu adalah Lucas?” tanya Angeline denga
Jeremy berdiri kaku di ruang tamu itu, peluh dingin mulai membasahi pelipisnya. Kata-kata Lucas barusan bagaikan pedang es yang menusuk jantungnya. Bukan hanya penolakan terhadap permintaannya, tetapi juga aura dingin dan dominasi yang terpancar dari mantan teman kuliahnya itu."Kamu tidak mengerti, Lucas!" ucap Jeremy yang tampak putus asa namun dia tetap mencoba sekali lagi menembus tembok ketidakpedulian di mata Lucas. "ini bukan hanya soal uang! Ini soal masa depan Angeline! Bayangkan jika Carlos membuat berita viral tentang Angeline. Karirnya, reputasinya, semuanya bisa hancur!"Lucas mendengus pelan. "Itu tidak akan terjadi. Semuanya akan baik-baik saja jika mereka mengerti akan bahaya yang ada di depan mereka jika nekat melanjutkannya.""Tapi Lucas, kasihan Angeline. Berkorbanlah sedikit demi istrimu,” kata Jeremy.“Kasihan Angeline atau kasihan kamu?” tanya Lucas seraya mengangkat sebelah bibirnya.Saat ketegangan di antara keduanya mencapai puncaknya, pintu dapur terbuka. Ros
Lucas membuka matanya. Masih gelap. Jam dinding di kamar menunjukkan pukul lima pagi.Dia diam sejenak, mendengarkan keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara napas lembut istrinya yang masih tertidur pulas di sampingnya.Namun di dadanya, ada sesuatu yang bergetar. Sebuah firasat buruk. Bukan ketakutan biasa. Ini adalah naluri bertahan hidup yang hanya muncul di ambang bahaya besar.Lucas duduk di pinggir ranjang. Ia menatap Angeline sejenak, memastikan istrinya baik-baik saja.Kemudian dia berbisik pada dirinya sendiri, "Ini sama seperti dulu, sebelum aku bertarung melawan raja mafia di Utara."Saat itu, Lucas hampir mati. Namun justru dari pertarungan itu, dia bangkit dan menjadi salah satu figur yang paling ditakuti di dunia bawah tanah.Lucas berdiri perlahan, mengenakan kaos dan celana training, lalu melangkah ke jendela.Langit di luar masih gelap. Kabut tipis menggantung di atas jalanan perumahan Montclair Manor.“Akan ada sesuatu yang datang … sebentar lagi,” pikirnya.Luca
Dario berdiri di pendopo, matanya menyala penuh amarah. Setelah mendengar penjelasan dari Xena, dadanya serasa terbakar."Aku akan membuat Lucas merasakan apa itu neraka di dunia ini," gumam Dario dengan suara serak.Dia tidak peduli siapa pun yang akan menghalangi. Bahkan kalau keluarga Lucas ikut terseret, itu bukan masalah. Satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya hanyalah membalas dendam.Ruben menatap sahabatnya itu dengan cemas. Perlahan, ia bertanya, "Dario, kau yakin bisa menghadapi dia?"Dario menoleh tajam.Ruben melanjutkan, "Aku dengar, Lucas bukan petarung biasa. Bahkan para pemimpin cabang organisasi besar di Verdansk kalah di tangannya."Dario mengepalkan tinjunya. "Aku tidak peduli."Ruben menghela napas berat. Ia sadar, Dario punya semangat, tapi dalam dunia nyata, semangat saja tidak cukup. Apalagi Dario baru berguru kepada Xena kurang lebih satu bulan. Waktu itu terlalu singkat untuk mengasah kemampuan tingkat tinggi.Xena yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.“Dia makin lama makin mengganggu,” ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. “Dia melakukan apa lagi?”“Dua hari ini dia datang menemuiku,” jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. “dia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.”Lucas mengernyit. “Membantu? Dengan cara apa?”Angeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. “Katanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.”Lucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. “Syarat?”“Dia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,” jawab Angeline pelan. “dia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.‘Akhirnya kamu menghubungiku juga,’ kata Jeremy dengan ringan.‘Aku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,’ jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.‘Hmmm … aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,’ kata Jeremy.‘Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,’ kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. “Aku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!” ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. “Dari mana saja kamu, Nak?”Lucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. “Dari danau. Sekadar jalan-jalan.”Rose memiringkan kepala. “Ah, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.”Lucas menoleh. “Ibu ingin ikut jalan-jalan?”Wajah Rose langsung berubah berseri. “Kalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
“Apakah musuhmu itu bernamaLucas?” bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Kalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.”Hector melirik Emilio. “Don Emilio, apa kau yakin?”Emilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. “Dia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.”Xena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, “Dia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.”Ruangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan Lucas…“Apa? Dia membunuh keponakanmu?” tanya Emilio.Xena menatapnya.
Langkah kaki ringan namun tegas terdengar mendekati aula utama markas organisasi Dominus Noctis. Aroma wewangian bunga magnolia mengalir lebih dulu, seolah menandakan kehadiran sosok luar biasa.Pintu dibuka oleh pengawal, dan masuklah seorang wanita.Tubuhnya tegap namun elegan. Rambut hitam berkilau digulung anggun di atas kepala. Wajahnya tidak muda, namun tiap lekuk dan guratannya memancarkan ketegasan serta keanggunan yang menakjubkan. Sepasang mata tajam menyorot sekeliling dengan rasa percaya diri yang luar biasa.“Xena,” ucap Don Emilio dengan nada hampir tak percaya.Ia langsung berdiri. Tatapannya berubah dari dingin menjadi hangat seketika, seolah beban puluhan tahun menguap begitu melihat wanita itu.Xena tersenyum saat melihat Emilio. “Masih mengenaliku?” tanya Xena.“Mana mungkin tidak mengenalimu?” Emilio melangkah cepat mendekati, lalu memeluk Xena dengan erat. “Tuhan. Ini benar-benar kamu. Sudah berapa lama sejak kita terakhir bertemu?”“Hmmm … dua puluh tahun, mungki
Carlos mengernyit. “Perjanjian kecil macam apa?”Jeremy menepuk lututnya pelan dan tersenyum seolah tengah menawarkan harta karun dengan nominal tak terhingga.“Aku ingin kalian berlima bergabung ke perusahaan Liquid. Perusahaan keluargaku,” ucap Jeremy dengan nada meyakinkan. “kalian akan langsung bekerja, punya jabatan, dan tentu saja, kalian akan mendapatkan uang besar.”Fabian langsung mendecak. “Perusahaan Liquid? Perusahaan kecil itu? Serius?”Jeremy tak tersinggung. Malah tertawa pelan. “Aku tahu kalian akan berkata begitu.”“Kami dipecat dari perusahaan raksasa,” sahut Fabian lagi. “sekarang kamu suruh kami balik ke perusahaan gurem yang bahkan belum pernah kami dengar di berita lokal? Aku tidak mau mengakhiri karirku di lubang sumur.”Jeremy mengangkat tangan sambil berkata, “Tenang dulu. Ini baru awal. Aku belum selesai bicara.”Lucca menyipitkan mata. “Jadi maksudmu bagaimana?”Jeremy menatap ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penasaran. Lalu dia berkata dengan pelan,