Viviana sangat senang sekali bisa bertemu dengan Lucas. Wajahnya begitu berseri ketika melihat pria yang sudah dianggap sebagai malaikat penyelamat.Namun, karena dia adalah wanita yang anggun dan santun, dia tidak bersikap berlebihan. Malah, dia malu-malu kepada Lucas.“Iya, Lucas. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi,” ucap Viviana dengan mata yang menatap ke lantai.Wajah Viviana begitu merah seperti tomat saat ini.“Aku juga senang sekali bisa bertemu denganmu, Viviana. Apalagi saat aku melihat kondisimu sekarang. Aku senang sekali!” ucap Lucas, bersungguh-sungguh.Viviana mengangguk.“Duduk lagi, Viviana. Katanya kamu sedang sakit kaki karena maksa jalan terus?”Viviana kembali duduk saat melihat Lucas juga duduk.“Iya, tadi pagi otot pahaku tertarik. Kata fisioterapis, ini akibat aku terlalu banyak jalan,” ungkap Viviana yang kini mulai berani menatap kedua mata Lucas meskipun hanya dua detik saja.Lucas tersenyum mendengarnya. Dia pun berkata, “Tulang dan otot-otot tubuhmu
Dalam kondisi seperti ini, tentu saja Lucas masih harus menyembunyikan identitasnya. Selain agar tidak menjadi sosok yang mencolok sehingga bisa melumpuhkan musuh dengan mudah, dia juga memikirkan tentang Angeline Jelas, wanita itu pasti tidak akan bisa menerima status Lucas sebagai Raja Mafia. Entah menolaknya atau tidak percaya.Daripada membuat semuanya menjadi berantakan, Lucas memilih untuk menyembunyikan identitasnya dengan rapat.Angeline langsung menoleh ke arah Lucas. Dia yakin jika yang diajak bicara oleh tukang parkir ilegal itu adalah Lucas.“Apa? Raja Mafia?” tanya Angeline seraya memandang wajah Doni dan Lucas secara bergantian.Lucas menatap tajam Doni, memberikan kode kepada anak buahnya itu untuk meluruskan. Namun Doni sepertinya tidak terlalu peka. Dia tidak mengerti dengan maksud dari Lucas.Tidak ada jawaban, Angeline kembali bertanya. Dia ingin rasa penasarannya tuntas.“Siapa yang kamu panggil Raja Mafia? Apakah Raja Mafia itu adalah Lucas?” tanya Angeline denga
Angeline ternganga mendengar apa yang dikatakan oleh Lucas. Dia tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Lucas.“Apa maksudmu dengan menggairahkan? Kamu sedang melecehkanku?” tanya Angeline dengan mata yang melotot karena marah.Angeline kini sangat menyeramkan. Dia seperti pembunuh berdarah dingin yang siap mengeksekusi musuhnya.Namun Lucas tidak takut sama sekali. Dia menganggap jika dirinya tidak bersalah.“Kenapa kamu marah? Aku sedang memujimu. Aku memuji tubuh indahmu. Seharusnya kamu berterima kasih kepadaku, bukannya marah-marah,” kata Lucas dengan ekspresi wajah yang tidak bersalah. “Tapi kamu berbicara seperti itu kepada seorang wanita. Kata-kata yang kamu katakan tadi, bukanlah sebuah pujian tapi pelecehan,” geram Angeline.Lucas menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan.“Bukankah kita ini adalah pasangan suami istri yang sah? Kenapa masih bisa berbicara kalau aku melecehkanmu dengan memuji tubuhmu yang indah?” tanya Lucas. “bahk
Victor menarik napas dalam-dalam. Dia khawatir jika Lucas memang orang yang menakutkan.Meskipun Stefano mengatakan kalau dia masih memiliki kemampuan di atas Lucas, namun tetap saja dia merasa cemas. Biasanya orang-orang yang memiliki kemampuan ilmu bela diri tingkat tinggi, memiliki banyak cara untuk mengalahkan musuhnya.“Aku melihatnya bertarung dengan seseorang yang menggunakan senjata api dan dia bisa menang dengan mudah. Dia memiliki kecepatan dan kekuatan yang patut diapresiasi,” terang Stefano.Victor merinding seketika. Pikirannya saat ini menggambarkan Lucas sebagai sosok yang tidak begitu hebat.“Berarti dia memang sangat hebat? Bagaimana jika tiba-tiba dia menyerang dan menghabisi seluruh keluargaku? Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk membalas dendam dan melindungi keluargaku?” tanya Victor.Stefano menunjuk ke arah korek elektrik yang tergeletak di atas meja. Dia memberikan isyarat kepada Daniel untuk mengambilkannya.Dengan sigap Daniel mengambilkan korek elektri
Victor mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jika Stefano tidak keberatan juga Rianti dibuat mabuk.Victor menoleh ke arah Daniel dan berkata, “Siapkan minuman-minuman dan suruh Rianti untuk bergabung di sini bersamaku dan Stefano.”“Siap melaksanakan, Tuan!” ucap Daniel.Setelah itu Daniel pun pergi untuk menjalankan perintah yang diberikan oleh Victor.Sekitar 10 menit kemudian, beberapa minuman sudah tersaji di atas meja.Ruang kerja Victor kini sudah seperti sebuah bar.“Sayang, Kamu memanggilku?” tanya Rianti ketika baru tiba. “Oh iya, sini, kita temani pak Stefano malam ini,” ucap Victor sambil memukul pelan sofa.Rianti yang juga sudah mengenal Stefano cukup lama, tidak memiliki kecurigaan apapun. Dia langsung duduk di samping suaminya dengan menunjukan wajah yang ceria.“Aku lagi pengen minum-minum dan sepertinya ditemani oleh kalian berdua itu sangat mengasyikkan,” kata Stefano sambil tersenyum dan menatap kedua mata Rianti dalam-dalam.“Oh, iya, tidak masalah. Kami pasti
Mendengar neneknya marah, membuat Angeline kembali bertanya-tanya tentang masalah apa yang baru saja dia lakukan.Panggilan suara langsung diakhiri oleh Lisa. Angeline pun meletakkan ponselnya di atas kabur.Angeline mencoba mengingat-ingat tentang apa yang terjadi kemarin namun dia tidak bisa menemukan kesalahan yang sudah dia buat. Satu-satunya kejadian yang bisa membuat sang nenek marah hanyalah pernikahannya dengan Lucas yang telah didaftarkan secara resmi. “Ah, mungkinkah tentang itu? Emangnya siapa yang memberitahu nenek aku dan Lucas yang sudah menikah secara resmi?” tanya Angeline pada dirinya sendiri.Setelah beberapa saat memikirkan tentang masalah yang telah dia perbuat yang membuat Losa marah, akhirnya Angeline memilih untuk mandi dan bersiap-siap ke kantor.Dia tidak banyak menghabiskan waktu di kamar mandi, pagi ini. Tidak seperti biasanya. Sebab, dia sudah sangat penasaran dengan apa yang akan dibahas oleh sang nenek.Jika memang nenek benar-benar marah kepadanya, seti
Sabrina memang seperti Bella. Dia selalu iri dengan Angeline karena selama ini Angeline selalu menjadi pusat perhatian, baik dari keluarga maupun dari luar, terutama dari pada pria.Di dalam keluarga, Angeline selalu diandalkan oleh sang nenek untuk menyelesaikan masalah-masalah perusahaan. Dan bahkan dia mendapatkan kedudukan yang tinggi sebagai seorang direktur, yang mana hanya Angeline saja seorang wanita di dalam keluarga yang diberikan jabatan sebagai Direktur. Namun kini dia merasa lebih berguna dibandingkan dengan Angeline, hanya karena dia diberi kepercayaan oleh sang nenek untuk bertemu dengan Ashton.Bukannya marah ataupun tersinggung, justru Angeline merasa senang. Sebab dia terhindar dari pria-pria yang menginginkannya untuk menjadi istri.“Wah, itu bagus sekali Sabrina. Mungkin saja kali ini kamu bisa benar-benar menyelamatkan keluarga. Jadi, kamu bisa membayar hutang budi kepada nenek karena bisa hidup enak selama ini,” ucap Angeline dengan ekspresi wajah yang bahagia.
Lucas sangat percaya diri karena memang perusahaan Golden Star adalah milik Organisasi Veleno yang dia bangun. Jadi, meskipun dia sudah tidak berada di ibukota dan menjadi pemimpin Organisasi Veleno, dia yakin pemimpin perusahaan pasti akan menerima dan mengabulkan keinginannya. Namun apa yang dikatakan oleh Lucas tersebut, dianggap omong kosong oleh Jeremy dan Lisa. Mereka menilai jika Lucas terlalu banyak berkhayal.Sebenarnya bukan hanya kedua orang itu saja yang tidak percaya dengan Lucas. Namun, Angeline juga merasa sangat ragu.“Apa? Kamu akan membawa investasi dari perusahaan Golden Star? Bagaimana caranya?” tanya Jeremy sambil tertawa.Jeremy menilai jika Lucas sedang melawak.“Aku sudah sangat lelah sekali dengan kalian. Sekarang, terserah kalian saja mau bagaimana. Tapi, jika kalian gagal membawa investasi dari perusahaan Golden Star atau jika keluarga Benedict datang dan menyeret keluarga Jordan, maka aku akan langsung mencoret Angeline dari daftar keluarga!” ucap Lisa de
“Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang itu!” seru Angeline, suaranya meninggi karena frustrasi. "Yang aku tahu, Lucas hanyalah seorang staf kontrak di perusahaan Liquid, lalu—kami menikah. Baru-baru ini dia membeli sasana Brotherhood. Itu saja!"Jeremy menatap Angeline dengan tatapan tidak percaya yang bercampur frustrasi."Bagaimana bisa kamu tidak tahu? Kamu istrinya! Seharusnya kamu yang paling tahu siapa dia sebenarnya!" Nada suara Jeremy meninggi, menyiratkan kekecewaan yang besar. "seandainya kamu jujur dari awal, semua ini tidak akan serumit sekarang!"“Aku benar-benar tidak tahu, Jeremy. Yang aku tahu, dia dulu staf kontrak di perusahaan Liquid. Setelah itu kami menikah. Dan dia memiliki sasana Brotherhood hasil dari menang pertarungan dengan pemilik sebelumnya,” kata Angeline.“Kalau begitu,” gumam Jeremy, “aku sudah bermain-main dengan seorang raja mafia tanpa sadar. Aku benar-benar tamat.”Suasana ruangan menegang. Udara terasa berat, seolah ada sesuatu yang belum teru
Julian menatap Lucas dengan penuh kecemasan. Dia sangat tahu, identitas Lucas harus disembunyikan demi kebaikan orang-orang di sekitar Lucas. Namun sekarang, "Biarkan saja," kata Lucas dingin, matanya masih terpaku pada mobil hitam yang semakin mendekat. "memang sudah waktunya beberapa kebenaran terungkap.”Lucas menarik napas dalam-dalam dan kemudian mengembuskannya dengan perlahan. Setelah itu, dia menatap Julian.“Ada kabar apa?" tanya Lucas dengan nada tenang yang kontras dengan situasi yang menegangkan.Julian menarik napas dalam-dalam dan menahannya untuk beberapa saat. "Aku baru saja mendapat kabar dari jaringan kita. Ini tentang organisasi Dominus Noctis. Don Emilio sudah mulai bergerak."Lucas mengangkat alis tipis. Lali dia bertanya, “Emilio bergerak? Apa itu artinya mereka sedang dalam perjalanan ke sini?”"Bukan seperti itu. Untuk mereka melakukan perjalanan ke sini, kita belum mendapatkan kepastiannya,” kata Julian.“Lalu, apa maksudmu?” tanya Lucas."Dari informasi, Don
Jeremy berdiri kaku di ruang tamu itu, peluh dingin mulai membasahi pelipisnya. Kata-kata Lucas barusan bagaikan pedang es yang menusuk jantungnya. Bukan hanya penolakan terhadap permintaannya, tetapi juga aura dingin dan dominasi yang terpancar dari mantan teman kuliahnya itu."Kamu tidak mengerti, Lucas!" ucap Jeremy yang tampak putus asa namun dia tetap mencoba sekali lagi menembus tembok ketidakpedulian di mata Lucas. "ini bukan hanya soal uang! Ini soal masa depan Angeline! Bayangkan jika Carlos membuat berita viral tentang Angeline. Karirnya, reputasinya, semuanya bisa hancur!"Lucas mendengus pelan. "Itu tidak akan terjadi. Semuanya akan baik-baik saja jika mereka mengerti akan bahaya yang ada di depan mereka jika nekat melanjutkannya.""Tapi Lucas, kasihan Angeline. Berkorbanlah sedikit demi istrimu,” kata Jeremy.“Kasihan Angeline atau kasihan kamu?” tanya Lucas seraya mengangkat sebelah bibirnya.Saat ketegangan di antara keduanya mencapai puncaknya, pintu dapur terbuka. Ros
Lucas membuka matanya. Masih gelap. Jam dinding di kamar menunjukkan pukul lima pagi.Dia diam sejenak, mendengarkan keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara napas lembut istrinya yang masih tertidur pulas di sampingnya.Namun di dadanya, ada sesuatu yang bergetar. Sebuah firasat buruk. Bukan ketakutan biasa. Ini adalah naluri bertahan hidup yang hanya muncul di ambang bahaya besar.Lucas duduk di pinggir ranjang. Ia menatap Angeline sejenak, memastikan istrinya baik-baik saja.Kemudian dia berbisik pada dirinya sendiri, "Ini sama seperti dulu, sebelum aku bertarung melawan raja mafia di Utara."Saat itu, Lucas hampir mati. Namun justru dari pertarungan itu, dia bangkit dan menjadi salah satu figur yang paling ditakuti di dunia bawah tanah.Lucas berdiri perlahan, mengenakan kaos dan celana training, lalu melangkah ke jendela.Langit di luar masih gelap. Kabut tipis menggantung di atas jalanan perumahan Montclair Manor.“Akan ada sesuatu yang datang … sebentar lagi,” pikirnya.Luca
Dario berdiri di pendopo, matanya menyala penuh amarah. Setelah mendengar penjelasan dari Xena, dadanya serasa terbakar."Aku akan membuat Lucas merasakan apa itu neraka di dunia ini," gumam Dario dengan suara serak.Dia tidak peduli siapa pun yang akan menghalangi. Bahkan kalau keluarga Lucas ikut terseret, itu bukan masalah. Satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya hanyalah membalas dendam.Ruben menatap sahabatnya itu dengan cemas. Perlahan, ia bertanya, "Dario, kau yakin bisa menghadapi dia?"Dario menoleh tajam.Ruben melanjutkan, "Aku dengar, Lucas bukan petarung biasa. Bahkan para pemimpin cabang organisasi besar di Verdansk kalah di tangannya."Dario mengepalkan tinjunya. "Aku tidak peduli."Ruben menghela napas berat. Ia sadar, Dario punya semangat, tapi dalam dunia nyata, semangat saja tidak cukup. Apalagi Dario baru berguru kepada Xena kurang lebih satu bulan. Waktu itu terlalu singkat untuk mengasah kemampuan tingkat tinggi.Xena yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.“Dia makin lama makin mengganggu,” ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. “Dia melakukan apa lagi?”“Dua hari ini dia datang menemuiku,” jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. “dia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.”Lucas mengernyit. “Membantu? Dengan cara apa?”Angeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. “Katanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.”Lucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. “Syarat?”“Dia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,” jawab Angeline pelan. “dia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.‘Akhirnya kamu menghubungiku juga,’ kata Jeremy dengan ringan.‘Aku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,’ jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.‘Hmmm … aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,’ kata Jeremy.‘Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,’ kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. “Aku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!” ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. “Dari mana saja kamu, Nak?”Lucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. “Dari danau. Sekadar jalan-jalan.”Rose memiringkan kepala. “Ah, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.”Lucas menoleh. “Ibu ingin ikut jalan-jalan?”Wajah Rose langsung berubah berseri. “Kalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
“Apakah musuhmu itu bernamaLucas?” bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Kalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.”Hector melirik Emilio. “Don Emilio, apa kau yakin?”Emilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. “Dia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.”Xena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, “Dia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.”Ruangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan Lucas…“Apa? Dia membunuh keponakanmu?” tanya Emilio.Xena menatapnya.