Arnold berpikir jika dia menjual nama para jenderal, Axel tidak akan berani untuk macam-macam dengannya. Namun, pikiran itu salah besar.Axel sama sekali tidak takut dengan ancaman Arnold itu.“Panggil saja mereka jika mereka bisa menyelamatkanmu!” tantang balik Axel.Arnold yang sudah merasa menang, terkejut mendengarnya. Dia tidak menyangka jika Axel masih berani dan malah menantangnya.“Apa kamu pikir aku bermain-main? Hah!” Arnold berbicara dengan nada suara yang tinggi.Arnold mengambil ponselnya. Lalu dia menunjukkan ponselnya, di mana pada layar tertera nama seorang jenderal.“Aku akan menghubunginya dan meminta dia datang untuk menangkapmu jika kamu tidak mau bersujud di kakiku!” seru Arnold, kembali mengancam.Ingin sekali Axel langsung membunuh Arnold saat ini juga. Tapi dia ingat dengan perintah yang diberikan oleh Raja Mafia, yang mana dirinya hanya diminta untuk membawa Arnold.Karena situasi semakin ramai, Axel pun memilih untuk langsung melumpuhkan Arnold dan membawanya
Mendengar polisi datang, membuat Arnold merasa lega. Masa depannya yang gelap kini muncul secercah harapan.Aku selamat!Lucas menoleh ke arah Axel dengan tatapan mata bingung.“Sialan! Apa mereka tidak tahu ini adalah tempatku!” geram Axel.“Urus mereka!” seru Lucas.“Siap laksanakan!” Axel pun langsung bergerak ke depan markas.Lucas mengembalikan pandangannya kepada Arnold masih dengan ekspresi wajah sedingin es.Kini Arnold tidak lagi merasa takut kepada Lucas. Bahkan dia mulai berani berbicara angkuh.“Bagaimana? Apakah kamu mau membebaskan aku?” tanya Arnold.Lucas diam saja. Dia tidak menjawab pertanyaan dari Arnold dan hanya menatap kedua mata pria itu dengan dingin.“Aku sudah katakan kalau aku berteman dengan banyak jenderal polisi. Buktinya sekarang, para polisi datang tanpa aku harus memintanya. Jadi, sebelum terlambat, lepaskan aku,” jaga Arnold dengan wajah yang kini tampak cerah.Lucas tertawa kecil. Dia kemudian mengambil rokok dan menyalakannya.Setelah beberapa hisap
Di dalam mobil, Ryan memarahi Mirko karena sudah bertindak gegabah dengan melawan Organisasi Veleno.“Mirko! Kamu benar-benar sembrono! Kenapa kamu tidak berpikir dulu sebelum berbicara? Mereka bisa dengan mudah membunuhmu. Paham!” omel Ryan.“Aku hanya berbicara sesuai dengan fakta. Lagi pula kita ke sana pun memang untuk membebaskan general manager Bank Vittese, ‘kan?” jawab Mirko.Ryan menarik napas dalam-dalam. Lalu dia mengembuskannya dengan sekali entakan.“Ya, memang seperti itu. Tapi yang sedang berhadapan dengan kita adalah Organisasi Veleno, organisasi mafia terbesar di negara kita. Mereka memiliki banyak koneksi dan pemimpin mereka adalah seorang raja mafia yang sangat segani bahkan di dalam dunia militer,” kata Ryan dengan nada suara yang tinggi. Mirko terdiam. Menurutnya, tidak ada gunanya jika berbicara dengan Ryan. Sebab, dia tidak akan pernah menang.“Lain kali, lebih baik kamu menutup mulutmu daripada membawa bahaya bagi dirimu sendiri maupun orang lain yang ada di s
Di rumah, Rose duduk di hadapan Magdalena yang terlihat angkuh dan tampak tidak nyaman berada di sana.Kondisi rumah yang sederhana membuat wanita itu merasa jijik. Padahal rumah Rose dalam keadaan bersih dan juga tidak terlihat kumuh. Hanya saja memang berada di tengah-tengah perkampungan saja.“Apakah dia masih lama? Aku sudah tidak nyaman berada di sini. Duh … jijik sekali,” kata Magdalena.“Biasanya memerlukan waktu 20 sampai 30 menit dari kantornya sampai ke rumah. Ditunggu saja,” jawab Rose dengan lembut.Magdalena menghela napas panjang. Baginya waktu 20-30 menit adalah waktu yang sangat lama.“Masih lama banget. Akun tidak bisa menunggunya. Aku sudah tidak tahan,” kata Magdalena.Rose bingung harus bagaimana. Sedangkan dia tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah Magdalena dengan Lucas.“Begini saja, aku minta sertifikat rumah ini saja sebagai jaminan. Jika dia bisa membayar 50 Juta, aku akan kembalikan lagi. Aku tidak bisa berlama-lama berada di sini,” kata Magdalena.Sebe
Keluarga Carter adalah keluarga terbesar ke 5 di Kota Verdansk. Mereka menguasai bisnis hiburan di Kota Verdansk. Mulai dari taman bermain, klub malam hingga memiliki arena tinju.Keluarga Carter disegani oleh keluarga besar lain, bukan hanya karena masuk 5 besar keluarga teratas Kota Verdansk tetapi juga karena dekat dengan kelompok bawah tanah, termasuk para mafia.Angeline memaksakan diri untuk bersikap baik kepada Ashton. Karena kondisi keluarga yang sedang goyang, dia tidak mau menambah imej buruk jika dia bersikap tidak sopan kepada Ashton.Angeline sadar, dengan menjentikan jari saja, Ashton bisa membuat keluarganya bisa hancur lebur.“Senang juga bertemu denganmu, Tuan Ashton!” ucap Angeline.Ashton melambaikan tangannya seraya tersenyum. “Cukup panggil nama saja.”Angeline mengangguk canggung.Mereka kemudian duduk kembali di sofa. Angeline dan Ashton duduk di sofa yang sama, sofa panjang. Namun Angeline menjaga jarak agar tidak terlalu dekat.“Pak Ashton sedang berkunjung ke
Lucas datang ke restoran milikmu Magdalena untuk menemui wanita itu. Dia ingin mengambil kembali sertifikat rumah yang telah dibawanya.“Di mana Magdalena? Di mana wanita itu?” tanya Lucas tanpa memberikan sikap sopannya.Satpam yang berjaga cukup terkejut dengan Lucas yang datang sambil marah-marah.“Bu Bos belum ke sini hari ini. Mungkin besok dia baru ke sini,” terang satpam.Satpam itu tidak lagi berani kepada Lucas karena kejadian beberapa hari yang lalu. Karena Lucas yang kuat dan juga ternyata kenal dengan Albin, membuat satpam tidak berani macam-macam.Lucas berkacak pinggang. Dia sangat kesal sekali kepada wanita itu.Pasalnya Magdalena telah menyeret ibunya dalam permasalahan ini. Itu yang tidak bisa diterima olehnya.“Kamu punya nomernya? Aku minta. Tenang, aku tidak akan bilang akali aku dapat nomernya darimu,” kata Lucas.Mau tidak mau, satpam itu pun memberikan nomor ponsel Magdalena. Dia benar-benar tidak mau berurusan panjang dengan Lucas karena tidak mau terluka kemba
Dalam kondisi seperti ini, Mirko nekat melawan Lucas. Sebab dia percaya jika Lucas tidak akan macam-macam kepadanya karena dia adalah seorang polisi “Sangat percaya diri sekali!” ucap Lucas dengan mimik wajah meremehkan.Kemudian Lucas melempar tubuh Mirko ke arah dinding yang ada di sebelah kiri. Buruk!.Mirko menghantam dinding dengan sangat keras.Lucas melempar Mirko seperti melempar anak kucing yang ringan. Terlihat begitu mudah sekali.Sopir taksi online sangat ketakutan. Dia menilai jika Lucas bukan orang biasa melainkan monster. Oleh sebab itu, dia pun langsung memundurkan mobilnya dengan cepat dan kabur.Sang sopir tidak memedulikan tentang bayarannya. Sebab yang dia pikirkan sekarang hanyalah keselamatan nyawanya saja.Kemudian Lucas bergerak dengan cepat dan kini sudah ada di depan Mirko. Kakinya menginjak bahu Lucas.“Jangankan polisi sepertimu, Panglima yang turun pun, aku sama sekali tidak takut!” ucap Lucas dengan bersungguh-sungguh.Lucas kemudian menekan bahu Mirko
Mendengarnya tentu saja membuat Angeline dan Lucas menjadi panik. Jika sandiwara mereka terbongkar, semuanya akan berantakan.“Magdalena, apa yang kamu katakan? Jangan macam-macam!” Lucas kesal sekali.“Macam-macam? Aku tidak macam-macam. Aku hanya berencana untuk memberitahu keluarga kalian saja, hanya satu macam, kok,” kata Magdalena dengan senyum kecil yang tersimpul di bibirnya.Angeline menatap tajam kedua mata Magdalena. Jelas sekali dia sangat tidak suka dengan Magdalena dan ingin menyingkirkannya.Namun untuk saat ini, dia tidak bisa bertindak gegabah. Masalahnya Magdalena memiliki kartu As yang dapat mematikan langkahnya. “Kamu mengancamku?” tanya Angeline.Wajah Angeline terlihat sangat tidak bersahabat. Tatapan matanya tajam dan auranya begitu dingin.“Aku tidak sedang mengancam siapapun. Memangnya kamu merasa diancam olehku?” tanya Magdalena dengan wajah yang tidak bersalah. Wanita itu benar-benar memancing amarah Lucas. Jika saja dia masih seperti yang dulu, Magdalena s
Semalaman, Lucas sama sekali tidak berbicara dengan Angeline. Sebab ketika dia pulang, Angeline sudah naik ke kasur dan dalam proses tidur. Angeline bahkan menolak berbicara meski Lucas hanya bertanya tentang kemana dia pergi.Namun Lucas mengerti. Dia pun memilih untuk mandi dan kemudian tidur. Dia tidak memaksa Angeline untuk bercerita karena masih merasa tidak enak hati akibat masalah Stella.Saat pergi ke kantor pun, tidak ada pembicaraan apapun. Mereka saling diam seperti tidak saling kenal.“Aku akan membantumu menyelesaikan laporan ini jika kamu berkenan,” kata Lucas saat tiba di ruang kerja direktur pemasaran, untuk membuka pembicaraan.“Ya, kamu bisa selesaikan itu. Aku akan mengerjakan yang lain,” kata Angeline.Ponsel yang tergeletak di meja berdering. Angeline meraihnya tanpa melihat siapa yang menelepon."Angeline." Suara Ashton terdengar di ponsel.Angeline, yang tengah menyelesaikan laporan keuangan di mejanya, melirik sekilas ke arah Lucas. Pria itu duduk di kursi di s
Pintu sebuah ruangan dibuka oleh pria tua itu. Dia pun kemudian mengulurkan tangannya ke dalam. “Silakan masuk!”Matteo pun melangkahkan kakinya masuk.Ruangan itu tampak seperti potongan waktu dari abad pertengahan, dengan sentuhan keanggunan yang menggambarkan kemewahan kaum aristokrat.Dinding-dindingnya dilapisi panel kayu ek yang berukir rumit, menampilkan pola daun akantus dan bunga lili khas kerajaan. Di atasnya, tergantung permadani besar yang menggambarkan perburuan abad pertengahan, warna-warnanya mulai pudar namun masih memancarkan keindahan.Matteo yang memiliki rumah modern dan futuristik, cukup berbanding terbalik pandangannya terhadap ruangan itu. Dia malah merasa heran kenapa ada orang yang memiliki selera seperti ini.Seorang pria paruh baya, berdiri dari kursinya dan melangkah maju. Langkah kakinya lambat namun begitu elegan, bagaikan seorang raja kerajaan besar.“Matteo Bellucci, senang bisa bertemu denganmu. Sebuah kehormatan dapat dikunjungi olehmu,” ucap Laurence
Gigio merasa jauh lebih tenang jika ada Lucas di belakangnya, meskipun yang akan dilawannya adalah Matteo.“Baik. Aku akan mengikuti semua perintahmu, Lucas. Aku percayakan semuanya padamu!” ucap Gigio.Albin juga mengangguk. Dia juga merasa percaya dengan Lucas.“Oh iya, maaf jika pembicaraanku menyimpang, tapi menurutku ini sangat penting juga,” ucap Albin.Lucas dan Gigio langsung menoleh ke arah Albin dan menatapnya.“Ada apa, Albin. Katakan saja!” ucap Lucas.“Aku baru saja mendapat laporan dari atasan. Dia mengatakan kalau masalah di sasana Dragon's Den menjadi perhatian lebih bagi institusi kepolisian. Sebab, banyak warga yang melihat kejadian dan banyak yang mempertanyakan tentang hal itu,” ungkap Albin.“Hasilnya, kepolisian mendapat banyak tekanan publik untuk mengungkap kejadian sebenarnya,” lanjutnya.Gigio terkejut mendengarnya. Dia pun menjadi cemas dan langsung menatap Lucas. Gigio tahu, jika ada beberapa oknum polisi yang bisa disogok, namun ada banyak pula yang tidak
Lucas baru saja akan keluar rumah, panggilan suara di ponselnya masuk. Dari Angeline. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkatnya. "Lucas, kamu di mana?" Suara Angeline di telepon terdengar tenang, namun tersirat keingintahuan yang kuat. Padahal Lucas belum sempat bertanya kepada Angeline. Napasnya terdengar berat, tetapi dia berusaha menjaga nada suaranya tetap datar. "Kamu dari mana saja? Kenapa tidak dijawab panggilanku?""Ah, aku hanya keluar sebentar. Sekarang aku sudah di rumah."Lucas menghela napas lega, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas."Aku di rumah Ibu sekarang." Lucas memutuskan untuk menyelipkan informasi itu, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak berbuat sesuatu yang mencurigakan."Rumah Ibu?" Suara Angeline terdengar sedikit cemas. "Kenapa tiba-tiba ke sana? Apa Ibu sakit?"Lucas menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya mengunjungi Ibu saja sebentar. Dia dalam kondisi sehat. Kamu jangan khawatir.”Ada keheningan di ujung sana sebelum Angeline akhirnya m
Ashton tersenyum kecil, seperti seseorang yang tahu lebih dari seharusnya."Hanya firasat, Angeline. Kamu kelihatan seperti orang yang sedang berusaha mengabaikan perasaanmu,” ucap Ashton.Dia tidak menjawab. Matanya kembali menatap cangkir kopi yang kini tinggal setengah."Kamu tahu, aku bisa membantumu," lanjut Ashton."Bantuan apa?" tanya Angeline, kali ini lebih tajam."Apa pun yang kamu butuhkan. Aku tahu kamu sedang menghadapi sesuatu yang besar. Jangan ragu meminta bantuanku. Kita tidak harus selalu berseberangan." Ashton menatap lekat Angeline, mencoba meyakinkan wanita di depannya.Angeline terkekeh pelan, tapi tanpa jejak humor. "Kamu berpikir bisa membantu tanpa tahu apa yang aku hadapi, itu sudah sangat memaksakan diri.""Ya kali aja. Aku tahu banyak tentang kamu, tentang keluargamu dan juga ... Lucas."Angeline mendadak diam, ekspresinya yang dingin mulai retak. "Apa yang kamu tahu tentang Lucas?""Lebih dari yang kamu kira." Ashton menjawab sambil melipat tangan di atas
Hani menoleh ke belakang. Wajahnya kembali menjadi sedih saat ini.“Yang meninggal adalah Kakakku,” terang Hani.Lucas menarik napasnya dalam-dalam setelah mendengar itu. “Jadi dia Kakakmu?”Hani mengangguk kecil. “Dia bahkan lebih dari seorang kakak bagi kami. Dia sudah seperti ayah. Semenjak ayah meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga. Baru beberapa bulan ini saja aku bisa membantu.”Hani kemarin menatap Lucas dengan air mata yang menggenang. “Dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Tapi api kenapa nasibnya begitu mengenaskan? Bahkan dia harus dibunuh dengan keji.”Lucas mengusap pundak Hani, berusaha untuk menenangkannya.“Ya, benar. Kakakmu adalah orang yang baik. Aku sangat kehilangannya,” ucap Lucas.Hani mengangguk sambil menyeka air mata yang terus keluar.“Kalau boleh tahu, sejak kapan Bapak kenal dengan kakakku? Sepertinya dia tidak pernah cerita jika punya teman seperti Bapak,” tanya Hani.“Sebenarnya aku baru bertemu dengannya. Aku adalah pemilik baru sasana Bro
Lucas mencoba untuk mendengarkan penjelasan dari Mike dulu. Dia tidak mau langsung berspekulasi dengan apa yang terjadi.‘Maaf The Obsidian Blade, aku sudah berusaha untuk membendung media agar tidak memberitakan apa yang terjadi di sasana Dragon's Den, namun sepertinya masih ada banyak kebocoran di sana-sini apalagi dari video amatir warga. Jadi, sekarang banyak berkeliaran video di mana Dragon's Den saat sedang dihancurkan,’ ungkap Mike.Lucas terdiam beberapa saat. Dia memutar otak bagaimana caranya agar semuanya menjadi baik-baik saja.Mike tentu saja bertambah cemas saat ini karena Lucas tidak memberikan reaksi apapun. Mike tidak tenang.‘Mohon maaf, The Obsidian Blade! Aku salah karena tidak maksimal dalam tugas kali ini. Tapi aku berjanji akan menyelesaikannya dengan cepat. Aku akan menambah tim untuk memutus penyebaran video-video itu,’ kata Mike dengan suara yang terdengar bersungguh-sungguh.‘Aku mengerti, Mike. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terima kasih karen
Amarah dan juga dendam yang ada di dalam diri Matteo tidak terbendung lagi. Dia sangat ingin melihat Lucas merangkak dan bersujud di kakinya untuk meminta maaf.Amarah dan dendam yang dimiliki oleh Matteo, jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Lucas.Jika Lucas marah dan dendam saat dia melihat anak buahnya menjadi korban, Matteo berbeda. Dia marah dan dendam kepada Lucas karena harga dirinya telah diinjak-injak. Selain itu, bisnisnya pun dirusak oleh Lucas.Matteo mementingkan dirinya sendiri.John mematung setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Matteo. Dia tidak bisa berkomentar apapun karena dia pun bingung.“Aku akan menemui Raja Verdansk secepatnya. Jika sudah mendapatkan jadwal bertemu, aku akan langsung pergi menemuinya,” kata Matteo.John mengangguk sambil berkata, “Jika masalah itu, aku serahkan semuanya padamu. Aku tidak bisa berpendapat apalagi sampai ikut memutuskan. Hanya saja, aku mau memberikanmu satu saran.”Matteo biasanya selalu memutuskan semuanya sendiri dan
"Dia tidak mengatakan apa-apa padaku," gumam Lucas lebih kepada dirinya sendiri."Tentu saja dia tidak mengatakan apa-apa," jawab Sabrina dingin. "Angeline tidak suka konfrontasi, apalagi soal perasaan. Dia lebih memilih pergi daripada harus berdebat denganmu atau, lebih buruk lagi, dengan Stella."Lucas mengangkat pandangannya, menatap Sabrina dengan mata yang penuh kebingungan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Sabrina mendekat, menatap Lucas dengan serius. "Cari dia, Lucas. Sebelum semuanya terlambat."Lucas menghela napas panjang, rasa bersalah perlahan menyelinap di hatinya. "Aku harus menjelaskan bagaimana?""Terserah, tapi jika kamu benar-benar peduli pada Angeline, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan."Lucas terdiam, tenggelam dalam pikirannya. Di saat yang sama, suara langkah seseorang bergema di lorong, menghentikan percakapan mereka. Stella muncul dari tikungan, matanya langsung tertuju pada Lucas."Aku mencarimu," kata Stella dengan nada lembut, bibirnya terse