Mendengar polisi datang, membuat Arnold merasa lega. Masa depannya yang gelap kini muncul secercah harapan.Aku selamat!Lucas menoleh ke arah Axel dengan tatapan mata bingung.“Sialan! Apa mereka tidak tahu ini adalah tempatku!” geram Axel.“Urus mereka!” seru Lucas.“Siap laksanakan!” Axel pun langsung bergerak ke depan markas.Lucas mengembalikan pandangannya kepada Arnold masih dengan ekspresi wajah sedingin es.Kini Arnold tidak lagi merasa takut kepada Lucas. Bahkan dia mulai berani berbicara angkuh.“Bagaimana? Apakah kamu mau membebaskan aku?” tanya Arnold.Lucas diam saja. Dia tidak menjawab pertanyaan dari Arnold dan hanya menatap kedua mata pria itu dengan dingin.“Aku sudah katakan kalau aku berteman dengan banyak jenderal polisi. Buktinya sekarang, para polisi datang tanpa aku harus memintanya. Jadi, sebelum terlambat, lepaskan aku,” jaga Arnold dengan wajah yang kini tampak cerah.Lucas tertawa kecil. Dia kemudian mengambil rokok dan menyalakannya.Setelah beberapa hisap
Di dalam mobil, Ryan memarahi Mirko karena sudah bertindak gegabah dengan melawan Organisasi Veleno.“Mirko! Kamu benar-benar sembrono! Kenapa kamu tidak berpikir dulu sebelum berbicara? Mereka bisa dengan mudah membunuhmu. Paham!” omel Ryan.“Aku hanya berbicara sesuai dengan fakta. Lagi pula kita ke sana pun memang untuk membebaskan general manager Bank Vittese, ‘kan?” jawab Mirko.Ryan menarik napas dalam-dalam. Lalu dia mengembuskannya dengan sekali entakan.“Ya, memang seperti itu. Tapi yang sedang berhadapan dengan kita adalah Organisasi Veleno, organisasi mafia terbesar di negara kita. Mereka memiliki banyak koneksi dan pemimpin mereka adalah seorang raja mafia yang sangat segani bahkan di dalam dunia militer,” kata Ryan dengan nada suara yang tinggi. Mirko terdiam. Menurutnya, tidak ada gunanya jika berbicara dengan Ryan. Sebab, dia tidak akan pernah menang.“Lain kali, lebih baik kamu menutup mulutmu daripada membawa bahaya bagi dirimu sendiri maupun orang lain yang ada di s
Di rumah, Rose duduk di hadapan Magdalena yang terlihat angkuh dan tampak tidak nyaman berada di sana.Kondisi rumah yang sederhana membuat wanita itu merasa jijik. Padahal rumah Rose dalam keadaan bersih dan juga tidak terlihat kumuh. Hanya saja memang berada di tengah-tengah perkampungan saja.“Apakah dia masih lama? Aku sudah tidak nyaman berada di sini. Duh … jijik sekali,” kata Magdalena.“Biasanya memerlukan waktu 20 sampai 30 menit dari kantornya sampai ke rumah. Ditunggu saja,” jawab Rose dengan lembut.Magdalena menghela napas panjang. Baginya waktu 20-30 menit adalah waktu yang sangat lama.“Masih lama banget. Akun tidak bisa menunggunya. Aku sudah tidak tahan,” kata Magdalena.Rose bingung harus bagaimana. Sedangkan dia tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah Magdalena dengan Lucas.“Begini saja, aku minta sertifikat rumah ini saja sebagai jaminan. Jika dia bisa membayar 50 Juta, aku akan kembalikan lagi. Aku tidak bisa berlama-lama berada di sini,” kata Magdalena.Sebe
Keluarga Carter adalah keluarga terbesar ke 5 di Kota Verdansk. Mereka menguasai bisnis hiburan di Kota Verdansk. Mulai dari taman bermain, klub malam hingga memiliki arena tinju.Keluarga Carter disegani oleh keluarga besar lain, bukan hanya karena masuk 5 besar keluarga teratas Kota Verdansk tetapi juga karena dekat dengan kelompok bawah tanah, termasuk para mafia.Angeline memaksakan diri untuk bersikap baik kepada Ashton. Karena kondisi keluarga yang sedang goyang, dia tidak mau menambah imej buruk jika dia bersikap tidak sopan kepada Ashton.Angeline sadar, dengan menjentikan jari saja, Ashton bisa membuat keluarganya bisa hancur lebur.“Senang juga bertemu denganmu, Tuan Ashton!” ucap Angeline.Ashton melambaikan tangannya seraya tersenyum. “Cukup panggil nama saja.”Angeline mengangguk canggung.Mereka kemudian duduk kembali di sofa. Angeline dan Ashton duduk di sofa yang sama, sofa panjang. Namun Angeline menjaga jarak agar tidak terlalu dekat.“Pak Ashton sedang berkunjung ke
Lucas datang ke restoran milikmu Magdalena untuk menemui wanita itu. Dia ingin mengambil kembali sertifikat rumah yang telah dibawanya.“Di mana Magdalena? Di mana wanita itu?” tanya Lucas tanpa memberikan sikap sopannya.Satpam yang berjaga cukup terkejut dengan Lucas yang datang sambil marah-marah.“Bu Bos belum ke sini hari ini. Mungkin besok dia baru ke sini,” terang satpam.Satpam itu tidak lagi berani kepada Lucas karena kejadian beberapa hari yang lalu. Karena Lucas yang kuat dan juga ternyata kenal dengan Albin, membuat satpam tidak berani macam-macam.Lucas berkacak pinggang. Dia sangat kesal sekali kepada wanita itu.Pasalnya Magdalena telah menyeret ibunya dalam permasalahan ini. Itu yang tidak bisa diterima olehnya.“Kamu punya nomernya? Aku minta. Tenang, aku tidak akan bilang akali aku dapat nomernya darimu,” kata Lucas.Mau tidak mau, satpam itu pun memberikan nomor ponsel Magdalena. Dia benar-benar tidak mau berurusan panjang dengan Lucas karena tidak mau terluka kemba
Dalam kondisi seperti ini, Mirko nekat melawan Lucas. Sebab dia percaya jika Lucas tidak akan macam-macam kepadanya karena dia adalah seorang polisi “Sangat percaya diri sekali!” ucap Lucas dengan mimik wajah meremehkan.Kemudian Lucas melempar tubuh Mirko ke arah dinding yang ada di sebelah kiri. Buruk!.Mirko menghantam dinding dengan sangat keras.Lucas melempar Mirko seperti melempar anak kucing yang ringan. Terlihat begitu mudah sekali.Sopir taksi online sangat ketakutan. Dia menilai jika Lucas bukan orang biasa melainkan monster. Oleh sebab itu, dia pun langsung memundurkan mobilnya dengan cepat dan kabur.Sang sopir tidak memedulikan tentang bayarannya. Sebab yang dia pikirkan sekarang hanyalah keselamatan nyawanya saja.Kemudian Lucas bergerak dengan cepat dan kini sudah ada di depan Mirko. Kakinya menginjak bahu Lucas.“Jangankan polisi sepertimu, Panglima yang turun pun, aku sama sekali tidak takut!” ucap Lucas dengan bersungguh-sungguh.Lucas kemudian menekan bahu Mirko
Mendengarnya tentu saja membuat Angeline dan Lucas menjadi panik. Jika sandiwara mereka terbongkar, semuanya akan berantakan.“Magdalena, apa yang kamu katakan? Jangan macam-macam!” Lucas kesal sekali.“Macam-macam? Aku tidak macam-macam. Aku hanya berencana untuk memberitahu keluarga kalian saja, hanya satu macam, kok,” kata Magdalena dengan senyum kecil yang tersimpul di bibirnya.Angeline menatap tajam kedua mata Magdalena. Jelas sekali dia sangat tidak suka dengan Magdalena dan ingin menyingkirkannya.Namun untuk saat ini, dia tidak bisa bertindak gegabah. Masalahnya Magdalena memiliki kartu As yang dapat mematikan langkahnya. “Kamu mengancamku?” tanya Angeline.Wajah Angeline terlihat sangat tidak bersahabat. Tatapan matanya tajam dan auranya begitu dingin.“Aku tidak sedang mengancam siapapun. Memangnya kamu merasa diancam olehku?” tanya Magdalena dengan wajah yang tidak bersalah. Wanita itu benar-benar memancing amarah Lucas. Jika saja dia masih seperti yang dulu, Magdalena s
Angeline dan Lucas pun langsung menemui petugas pencatatan sipil di sebuah ruangan.Ternyata di dalam sana juga sudah ada petugas yang akan mengambil sumpah pernikahan.Angeline dan Lucas sama-sama gugup. Meskipun mereka yang merencanakan pernikahan sandiwara ini, namun rasanya seperti akan menikah sungguhan.“Aku deg-degan Bu Angeline. Rasanya ini seperti kita akan menikah beneran,” kata Lucas.Angeline yang sebenarnya juga merasa gugup, namun dia menunjukan ekspresi yang tenang karena ini adalah satu-satunya jalan.Orang suruhan Angeline benar-benar membantu dengan maksimal. Jadi, Angeline da Lucas pun hanya duduk saja dan semuanya beres.“Kalian hanya berdua saja? Apakah tidak ada orang tua, kerabat, maupun teman yang datang?” tanya petugas pencatat sipil.Angeline mengangguk sembari berkata, “Iya, kami datang berdua dan hanya dibantu oleh Todd.”“Baik kalau begitu. Sekarang kalian diwajibkan untuk mengambil sumpah pernikahan. Silakan!” ucap petugas pencatatan sipil yang seorang wa
Viviana melihat wajah ayahnya yang tampak begitu cemas. Dia pun memegang tangan ayahnya dan mengusap punggung tangan yang sudah mulai keriput itu.“Aku akan bicara dengan kak Dario dari hati ke hati. Semoga saja dia bisa mengerti dan akhirnya berubah,” ucap Viviana mencoba untuk menenangkan ayahnya. “ya, meskipun tidak bisa instan tapi aku yakin dia bisa berubah.”Gigio tersenyum lebar. Melihat anak perempuannya yang sudah tumbuh besar dan bersikap dewasa, setidaknya sudah membuatnya senang.“Terima kasih, Sayang! Untungnya Ayah punya kamu,” ucap Gigio.Viviana menganggukan kepalanya dengan senyum lebar di wajah. Dia pun kemudian memandang ikan-ikan yang sedang berenang kesana-kemari seperti sedang berdansa.“Ayah, bagaimana dengan Lucas? Maksudku kabarnya. Aku dengar dia berkelahi kemarin,” tanya Viviana dengan mata yang masih memandang ke arah kolam.Gigio tertawa kecil setelah mengingat kembali apa yang terjadi kemarin. Viviana langsung menoleh dengan keras setelah mendengar ayahn
"Kamu sungguh tidak akan ngomong jujur?"Suara Angeline terdengar dingin, tetapi jelas mengandung kemarahan yang tertahan. Dia berdiri dengan tangan terlipat di dada, tatapannya tajam menembus punggung Lucas yang bersandar di tepi jendela ruangan."Aku hanya ingin tahu, sudah itu saja."Lucas tidak menoleh. Cahaya lampu kuning yang menerpa wajahnya menyorotkan garis-garis tegas di rahangnya. Dia hanya diam, napasnya dalam, seolah mencoba meredam sesuatu dalam dirinya."Lucas, aku bertanya!" Angeline meninggikan suaranya.Lucas memejamkan mata sesaat, lalu mengembuskan napas panjang. "Aku tidak mau membahasnya lagi. Tolong lupakan saja masalah ini."Nada suaranya datar, tetapi cukup untuk membuat Angeline meradang. Dia melangkah maju, berdiri hanya beberapa langkah di belakang Lucas."Apa yang tidak bisa dibahas? Aku hanya ingin kejelasan!" ucap Angeline dengan suara yang lebih keras.Lucas akhirnya menoleh, menatapnya dengan mata yang lelah. "Kejelasan apa yang kamu maksud, Angeline?
Malam harinya, Lucas baru sampai di rumah, ketika Angeline terlihat sudah menunggunya. "Lucas," panggil Angeline. Mukanya masam, cenderung cemberut. Lucas menarik napas, tidak menjawab panggilan Angeline. "Aku mendengar ada keributan di pertemuan Serikat Dagang," ujarnya dingin. "Dan kamu adalah dalangnya, bukan?""Aku baru saja pulang. Tidak bisakah aku mendapat sambutan yang lebih hangat?" Lucas melemparkan senyum tipis, mencoba mencairkan suasana. Dia menatap Angeline yang tampak tak sabar."Jawab dulu pertanyaanku!" Desak Angeline.Lucas menatapnya sebentar sebelum beranjak ke meja minuman, menuangkan segelas whiskey, lalu menyesapnya perlahan. "Keributan? Itu hanya diskusi bisnis yang sedikit memanas.""Bohong," potong Angeline cepat. "Aku tahu apa yang terjadi. Matteo dipermalukan, beberapa orang mulai meragukannya, dan entah bagaimana, kau duduk di kursi keluarga Jordan. Katakan padaku, bagaimana bisa?"Lucas menyesap minumannya tanpa menjawab Angeline."Katakan yang sejujur
Hak veto hanya bisa digunakan satu kali dalam satu tahun. Jadi, meskipun nanti ada sesuatu yang merugikan pemilik veto, namun jika sudah pernah digunakan sebelumnya, dia tetap tidak bisa menggunakannya.“Kamu yakin, Laurence?” tanya Gigio.“Ya, kenapa tidak. Aku juga ingin ada perubahan di dalam Serikat Dagang ini,” jawab Laurence dengan tenang.Gigio merasa kecil hati saat ini ketika Laurence berniat untuk menggunakan hak veto. Gigio berpikir kalau Laurence juga akan ikut mencalonkan.“Baiklah kalau begitu. Jadi, siapa saja yang akan mencalonkan? Apakah kamu akan mencalonkan diri, Tuan Whitmore?” tanya Gigio.“Kehidupan yang penuh lampu dan perhatian, bukanlah tempatku, Tuan Moratta,” jawab Laurence.Gigio terkejut mendengarnya. Meskipun dia tahu kalau Laurence memang tidak suka kehidupan mencolok, tetapi dia mau menggunakan hak vetonya. “Lalu, kenapa kamu menggunakan hak veto kalau kamu tidak mau mencalonkan diri?” tanya Gigio.“Bukankah aku sudah bilang kalau aku mau perubahan? En
Grandmaster Luxio tak mau menyerah. Ia berlari ke samping, mencoba mencari celah, lalu melesat dengan tinju yang berlapis listrik, mengarah langsung ke kepala Lucas."Aku tidak akan jatuh semudah itu."Grandmaster Luxio kembali bergerak. Ia menjejak lantai dan melesat ke kiri, berputar cepat untuk mengelabui Lucas. Dengan kecepatan tinggi, ia berpura-pura menyerang dari samping, namun di detik terakhir, tubuhnya berbalik dan ia meluncur ke arah belakang lawannya.Kali ini, ia tak hanya mengandalkan pukulan biasa. Grandmaster Luxio menyalurkan energi petir ke kakinya, lalu menghantam tulang kering Lucas dengan tendangan rendah.Listrik meletik di sekitar kaki Grandmaster Luxio saat tendangannya mendarat. Namun, alih-alih membuat Lucas kehilangan keseimbangan, pria itu hanya sedikit bergeser, seperti batu besar yang hanya didorong angin.Grandmaster Luxio mendongak, sedikit terkejut, namun ia tak sempat berpikir lama. Lucas membalas dengan mengayunkan lututnya ke perut Grandmaster Luxio
Kehadiran seorang grandmaster yang dianggap sebagai legenda, membuat suasana di ruangan menjadi tambah mencekam. Para peserta yang hadir, merinding. Mereka bahkan bersiap untuk pergi meninggalkan ruangan.“Dia akan mati!”“Ini masalah besar untuk pria itu. Dia sudah berani melawan ketua Matteo dan tuan Ashton, tapi dia tidak akan berani melawan Grandmaster Luxio.”“Lebih baik kita pergi dari sini sebelum kehancuran terjadi. Selamatkan diri kita masing-masing!”….Suara dari para peserta, mulai terdengar, menanggapi kemunculan Grandmaster Luxio.Gigio juga mengenal sosok Grandmaster Luxio. Dia pun menjadi sangat cemas sekarang. Apalagi dia tidak memiliki seseorang yang memiliki kemampuan sehebat Grandmaster Luxio. Yang dia punya hanyalah Lucas saja.“Bagaimana ini Lucas. Kita berada dalam bahaya,” kata Gigio, gemetaran.“Memangnya dia siapa? Aku sama sekali tidak mengenalnya,” tanya Lucas.Meskipun suaranya kecil, namun terdengar dengan cukup baik oleh Ashton. Dia tersenyum mendapati G
Matteo kalang kabut. Kredibilitasnya, nama baiknya, bahkan nama keluarganya, diacak-acak oleh seorang anak muda yang entah berasal dari mana.Bukan hanya Matteo dan keluarga Bellucci saja yang “diinjak”, tetapi juga keluarga Carter. Dua keluarga besar yang masuk dalam 5 keluarga terbesar kota Verdansk, terlihat hina.Ini tidak bisa diterima!“Apanya yang tidak mungkin?” tanya Lucas. “hal baik selalu menemukan jalannya.”“Rencanamu itu sama sekali tidak masuk akal, memaksakan dan … hanya menguntungkan dirimu saja. Oleh karena itu, alam pun tidak merestuinya,” lanjutan Lucas.Matteo mengepalkan kedua telapak tangannya dengan keras. Wajahnya merah padam dan giginya pun saling beradu. “Sialan! Kau Memang licik! Lidah ular!”Lucas mengerutkan keningnya mendengar umpatan yang dilemparkan oleh Matteo.“Lucas! Kamu bertanggung jawab atas kegagalan rencana yang baik itu! Jika Serikat Dagang berjalan tidak baik, kamu harus berpikir di depan untuk mempertanggungjawabkan semuanya!” ucap Ashton de
Di tengah keheningan, pembawa acara mengetuk mikrofon."Baiklah, hadirin sekalian. Setelah diskorsing selama dua jam, kini kita akan melanjutkan ke pemungutan suara. Sesuai dengan aturan, kita akan mendengar keputusan masing-masing pemegang suara utama." "Kamu pasti sudah tahu hasilnya, Gigio. Kali ini, aku yang menang." Matteo Bellucci berbisik pada diri sendiri dengan nada penuh percaya diri ke arah pria yang duduk di ujung meja bundar. Gigio Moratta, yang biasanya selalu memiliki ekspresi angkuh dan tidak tergoyahkan, kini tampak sedikit tegang. Dia hanya mengangkat bahu tanpa menjawab, memilih untuk menatap lurus ke depan saat panitia pertemuan kembali mengambil tempatnya di podium.Mata semua orang kini tertuju pada Matteo. Dengan penuh percaya diri, ia mengambil mikrofon terlebih dahulu."Silahkan Tuan Belluci." Pembawa acara mempersilahkan Matteo bicara lebih dulu."Atas nama keluarga Bellucci, aku menyatakan setuju dengan kenaikan pajak."Tidak ada yang terkejut. Semua sudah
Lisa tidak segera menjawab. Dia hanya memandangi jendela besar di belakang meja, mengarahkan pandangannya pada langit mendung di luar. Suara hujan rintik mulai terdengar samar, menambah kesan muram pada suasana."Tentang hasil keputusan tadi?" "Bukan," jawab Lisa singkat sambil memutar kursinya untuk menghadap Angeline. "Ada hal lain yang lebih mendesak."Angeline memiringkan kepalanya sedikit, menunjukkan rasa penasaran. "Baiklah. Tapi aku mohon maaf sebelumnya, aku ingin memastikan sesuatu. Mengapa Nenek tidak menghadiri pertemuan tadi? Bahkan tidak mengirim perwakilan? Itu cukup mengejutkan semua pihak."Lisa mendengus kecil sambil menyilangkan tangan di dada. "Ada masalah yang harus kuurus sendiri, Angeline. Itu urusanku. Kita tidak perlu membahasnya sekarang."Nada tegas Lisa tidak meninggalkan ruang untuk pertanyaan lebih lanjut. Angeline hanya mengangguk kecil, meskipun dalam hati dia masih merasa ada sesuatu yang tidak beres."Baik, Nenek. Jadi, apa yang ingin Nenek bicarakan