Di depan lebih dari 100 mafia, Lucas berani mengancam Josh. Bahkan perkataannya itu diiringi dengan tindakannya yang memelintir tangan Josh.“Aarggh … bajingan! Mau cari mati!” Josh meringis namun sambil mengumpat.“Bukan aku yang cari mati, tapi kamu!” ucap Lucas.Aura gelap sontak keluar dari tubuh Lucas saat ini. Dia tidak bisa mentolerir segala bentuk pelecehan terhadap Angeline.“Lepaskan aku atau kamu akan menerima akibatnya!” ancam Josh kembali sambil berusaha melepaskan diri. “aku adalah Panglima Organisasi Lumos. Kami bisa menghabisimu dalam waktu sekejap!”Para anggota mafia yang melihatnya sontak langsung bersiap. Mereka bahkan langsung melepaskan para satpam yang sedang berhadapan dengan mereka.Satu perintah saja yang dikeluarkan oleh Josh, mereka semua akan bergerak.Angeline memegang tangan Lucas, mencoba untuk meredakan amarah Lucas sehingga dapat melepaskan Josh.“Lucas! Jangan gegabah. Lepaskan dia!” seru Angeline, cemas.Bagaimana tidak takut? Yang saat ini sedang d
Pasukan Enrique akan menyerang secara bersamaan dari berbagai sisi setelah mendapatkan perintah.Jika dipikir dengan logika, hidup Lucas akan segera berakhir. Namun, Lucas selalu tidak bisa ditebak dengan logika dan akal sehat.“Apa kamu pikir kalian bisa mengalahkanku dengan cara seperti ini? Konyol sekali!” ucap Lucas.Enrique bingung kenapa Lucas tidak terlihat takut sedikitpun setelah dikepung oleh anak buahnya.Jika Lucas adalah orang biasa, sudah pasti wajahnya akan pucat pasi. Namun pada kenyataannya sekarang, Lucas malah terlihat tenang dan percaya diri.Siapa dia sebenarnya? Apa yang dia miliki sampai tidak memiliki rasa takut?“Ketua. Langsung habisi saja. Dia terlalu banyak bicara,” kata seorang pria yang ada di belakang Enrique.Ketua Organisasi Lumos itu menepis semua pikiran dan kecurigaannya tentang siapa pria yang dihadapinya itu.“Aku tidak punya banyak waktu. Jadi, mohon maaf kalau aku tidak bisa memberikanmu waktu untuk mengucapkan salam perpisahan maupun wasiat,” u
Setelah semua anak buah Enrique dibereskan oleh pasukannya, Julian mengambil sebilah pedang dan berjalan menghampiri Lucas.Julian bersimpuh di hadapan Lucas.Dengan kepala yang menunduk, Julian berkata, “Aku akan mempertanggungjawabkan apa yang terjadi. Aku akan memotong kedua tanganku sebagai bentuk permohonan maaf. Terimalah permohonan maaf dariku ini, The Obsidian Blade.”Suasana menjadi hening. Anak buah Julian menatap dengan penuh rasa cemas.Beberapa dari mereka bahkan sudah memikirkan siapa yang akan memimpin Organisasi Lumos di Kota Verdansk setelah Julian kehilangan kedua tangannya.Julian mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang pedang. Lalu dia pun mengayunkan pedang itu ke arah tangan kirinya.Namun ketika akan sampai, Lucas menendang tangan Julian sehingga pedangnya terjatuh.“Aku tidak mengizinkanmu memotong tangan,” kata Lucas. “meskipun mereka berada di bawah kendalimu, tapi kamu sama sekali tidak bersalah.”“Terima kasih, The Obsidian Blade. Anda sangat murah
Max melihat wajah Angeline yang kecewa dan bimbang. Dia pun memanfaatkan ini untuk mendapatkan rasa kagum serta rasa hutang budi dari Angeline.“Ketika aku datang, sudah terjadi keributan. Lalu aku memerintahkan Enrique untuk menghentikan anak buahnya tetapi dia tidak mau. Jadi karena itulah, aku memerintahkan anak buahku untuk melawan Enrique,” kata Max dengan bangganya.Jeremy tersenyum lebar. Lalu dia berkata, “Kamu memang sangat hebat, Max. Tidak ada keraguan sedikitpun kalau Keluarga Benedict akan menjadi keluarga nomor satu di Kota Verdansk. Tidak akan ada yang berani untuk melawan kalian.”Max melambaikan tangannya sambil berkata, “Ah, tidak seperti itu. Sepertinya itu terlalu berlebihan. Ya, meskipun ada kesempatan untuk menjadi keluarga nomor satu, tapi untuk saat ini, masuk ke dalam 10 keluarga besar Kota Verdansk lebih memungkinkan.”Saat ini Keluarga Benedict belum masuk ke dalam 10 keluarga tertinggi di Kota Verdansk. Mereka masih menempati urutan 12.Jeremy mengangguk ya
Lucas menatap tajam kedua mata Dario. Ingin sekali rasanya dia merobek mulut Dario saat ini. Namun Lucas berusaha untuk tetap sabar. Di ruang publik seperti ini, dia tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mengundang perhatian banyak orang. Lucas membalikkan badannya kembali dan melangkah menuju pintu lift. Tetapi baru dua langkah, Dario berkata dengan suara keras, “Kamu mau ke mana? Kabur? Memangnya kamu pikir kamu bisa kabur?” Lucas menghentikan langkah kakinya. Lalu dia membalikan badan. “Kamu beruntung, aku sedang tidak mood menghajar orang. Jadi, aku biarkan kamu pergi sekarang,” kata Lucas dengan tenang. Wajah Lucas terlihat menyepelekan Dario. Tentu, hal ini membuat Dario menjadi tersinggung. “Kurang ajar! Apa kamu pikir kamu bisa menghajarku? Yang ada, kamu yang akan aku hajar!” geram Dario. Di titik ini, terlihat seorang pria datang dengan dikawal oleh dua pria berbadan besar. Lucas yang tadinya mau pergi, menahan diri. Dia tahu siapa orang yang datang itu. Maximu
Karena Lucas yang terus berjalan mendekati, membuat Dario melangkah mundur. Wajahnya terlihat sangat tegang sekali. “Tentu saja aku adalah anak kandungnya. Jadi, kamu jangan macam-macam atau ayahku akan menghabisimu,” ancam Dario kembali sambil melangkah mundur. Melihat itu, Max pun maju untuk melindungi Dario. Menurutnya ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengambil hati keluarga Moratta. Jika dia berhasil mengambil hati keluarga Moratta, tentu dirinya dan keluarganya akan mendapatkan keuntungan yang besar. “Berhenti di sana!” seru Max tepat di depan Dario. Lucas menyeringai mendengar seruan dari Max. Dia pun kemudian menghentikan langkah kakinya. “Kenapa? Kamu mau ikut campur?” tanya Lucas. “Tentu saja! Dario adalah teman baikku dan aku akan melindunginya,” kata Max dengan penuh percaya diri. Lucas tertawa kecil mendengarnya. Dia pun menghela napas panjang dan berkata, “Seorang anak Gigio saja tidak bisa melawanku, apalagi kamu?” Mendengarnya membuat wajah Max menjadi me
Walikota Mike adalah salah satu anak buah Lucas yang dikirim oleh sang Raja Mafia ke Kota Verdansk 3 tahun yang lalu bersama dengan Julian. Setahun berada di Kota Verdansk, Mike berhasil membuat basis pendukung yang kuat sehingga dia berhasil menjadi seorang Walikota. Walaupun sekarang dia menjadi seorang walikota, dia tetap membungkukkan badan di hadapan Lucas. Sebab tanpa Lucas, dia tidak akan pernah menjadi seperti ini. Setelah tangannya dilepaskan oleh Lucas, Dario berlari ke arah sang ayah. “Ayah, apa dia benar Raja Mafia?” tanya Dario, panik. Saat ini Dario sedang berselisih dengan Lucas. Di dalam pikiran Dario, jika benar Lucas adalah Raja Mafia,malam ini adalah malam terakhirnya di dunia. Gigio pun sama cemasnya. Dia juga berpikiran kalau malam ini adalah malam kehancurannya jika benar, Lucas adalah Raja Mafia. Meskipun dia tidak terlibat langsung, tetapi anak kandungnya sudah berani menyinggung. “Ayah juga tidak tahu. Ayah baru sekali bertemu saja,” jawab Gigio. Max me
Harta yang dimiliki oleh Gigio tidak main-main. Untuk harta pribadi, dia memiliki lebih dari 20 Triliun. Namun untuk perusahaan Moratta Group, memiliki valuasi mencapai 100 Triliun. Jika harta itu harus dibagi separuhnya, maka Lucas akan langsung masuk ke dalam daftar 20 orang terkaya di Kota Verdansk, di luar dari harta yang telah dimilikinya yang ditinggal di organisasi mafia Veleno. “Ayah! Apa Ayah sadar dengan apa yang baru saja dikatakan?” tanya Dario dengan ekspresi wajah yang tidak percaya. Sebagai pewaris, tentu saja Dario menolak keras. Dia tidak rela jika harta sebanyak itu harus dibagi kepada orang asing yang menurutnya memiliki kasta terendah. Namun, jika saja Dario mengetahui kekayaan yang dimiliki oleh Lucas pada saat masih menjadi Raja Mafia, dia akan malu karena hartanya, tidak seberapa. Gigio mengangguk. Lalu dia berkata, “Tidak ada yang lebih berharga daripada anak. Untuk apa aku memiliki banyak harta tapi salah satu anakku seperti mayat hidup.” Gigio kemudian m
Lucas tidak langsung merasa tenang setelah mendengar laporan dari Julian. Dominus Noctis memang belum menunjukkan tanda-tanda pergerakan, tapi itu bukan berarti mereka tidak sedang merencanakan sesuatu di balik bayangan. Organisasi itu bukan sekadar ancaman bagi dirinya atau Veleno, mereka adalah ancaman bagi negara.Lucas menyilangkan tangan di dadanya, pandangannya tajam mengarah ke Julian."Jangan lengah. Kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan," katanya dengan nada dingin.Julian mengangguk. "Aku akan mengawasi mereka lebih dalam. Akan kutambah mata-mata kita di sekitar wilayah mereka.""Bagus," ujar Lucas singkat.Namun sebelum Julian bisa melangkah lebih jauh, Moretti menyela. "Tunggu dulu."Julian menoleh. "Apa?"Moretti mengusap dagunya, ekspresinya serius. "Apa maksudnya? Apakah kita sedang atau akan bertarung melawan Dominus Noctis?"Diego yang sejak tadi diam, menatap Julian dengan tatapan penuh pertimbangan. "Mereka itu sangat kuat. Bahkan lebih kuat dari beberapa organ
Angeline bersandar di kursinya, matanya masih tertuju pada layar komputer yang menampilkan berita tentang Verdansk. Tangannya mengusap dagunya, pikirannya berkecamuk.Siapa Raja Verdansk yang baru?Jika dia mengenalnya, itu akan menjadi keuntungan besar. Verdansk adalah pusat kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Memiliki hubungan baik dengan pemimpinnya berarti memiliki akses ke jaringan yang luas dan peluang bisnis yang tak terbatas.Namun, jawaban yang diberikan Jack Will membuatnya semakin penasaran.‘Kamu tidak tahu siapa dia,’ ujar Jack di seberang telepon. ‘Tapi satu hal yang pasti, dia bukan orang biasa.’Angeline mengernyit. ‘Maksudmu?’‘Dia adalah bayangan,’ lanjut Jack. ‘seseorang yang hanya muncul ketika sesuatu yang besar terjadi. Tidak ada catatan tentangnya. Tidak ada jejak.’Keheningan menyelimuti percakapan mereka sejenak.‘Kalau begitu, apakah dia berbahaya?’ tanya Angeline akhirnya.‘Kota Verdansk selalu dipimpin oleh orang-orang berbahaya. Tapi yang ini … mungkin leb
Pertempuran masih berlangsung, tetapi bagi mereka yang berdiri di samping Lucas, Gigio, Lorenzo, Ashton, dan Luki, tidak ada rasa cemas.Suara senjata yang meletus, tubuh yang terhempas ke tanah, dan jeritan orang-orang yang kalah seharusnya membuat mereka tegang. Namun, tidak.Lucas dan pasukannya berada di puncak rantai makanan di kota ini.Gigio menatap pertarungan yang sedang terjadi di halaman istana dengan penuh kekaguman. Gerakan anak buah Lucas begitu cepat dan efisien, seakan mereka telah berlatih selama bertahun-tahun untuk momen ini.Gigio menyeringai. Lalu berkata, "Mereka bertarung seperti serigala lapar. Tidak ada celah, tidak ada belas kasihan."Lorenzo mengangguk, matanya mengikuti pergerakan Julian yang baru saja menghabisi seorang penjaga dengan satu tusukan bersih ke leher.Dan yang paling menakutkan adalah ilmu tenaga dalam milik Julian, cakranya begitu memukau."Bukan hanya cepat, mereka juga mematikan. Kota Verdansk tidak pernah melihat kekuatan seperti ini sebel
Matahari pagi mulai merangkak naik di cakrawala, menciptakan semburat oranye di antara gedung-gedung kota. Udara masih sejuk, tapi di dalam ruangan tempat mereka berkumpul, atmosfernya jauh dari tenang.Gigio tiba lebih dulu, diikuti oleh Ashton dan Luki yang datang bersamaan dengan Diego dan Moretti. Mereka semua membawa kegelisahan dan antisipasi yang sama.Ashton menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap ke arah Gigio yang duduk dengan tangan terlipat di depan dada. "Jadi ini benar-benar terjadi," katanya pelan, seakan masih mencoba mencerna semuanya.Gigio mengangguk. "Lucas akan pergi ke istana Raja Verdansk."Diego menyeringai, ekspresi bahagia terpampang jelas di wajahnya. "Siapa yang menyangka? Lucas, Raja Verdansk. Kedengarannya... luar biasa.""Lebih dari luar biasa," timpal Moretti. "Dia tidak hanya menumbangkan Raja Verdansk, tapi juga mengambil tahta yang selama ini hanya legenda bagi kita."Luki, yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara. "Tapi... apakah aman? Apakah mereka
Keheningan menebal di ruangan itu. Pertanyaan Lorenzo menggantung di udara, menciptakan tekanan yang tak kasatmata. Semua mata tertuju pada Julian, menunggu jawaban. Tapi Julian tetap diam.Tidak ada jawaban yang mudah. Tidak ada jawaban yang aman.Ketegangan semakin merayap, dan dalam kebisuan yang semakin pekat, suara Albin memecah suasana."Semuanya sudah jelas."Kepala mereka semua serempak menoleh ke arahnya.Lorenzo menyipitkan mata. Lali dia bertanya, "Apa maksudmu?"“Jadi kamu sudah mengetahuinya?" tanya Gigio dengan mata yang tajam.Albin mengangkat kedua bahunya, ekspresinya netral. "Kalian semua hanya butuh sedikit keberanian untuk melihat kenyataan."Luki mengernyit. "Apa yang kamu bicarakan?"Albin tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum samar, membiarkan ketidakpastian menggerogoti mereka sedikit demi sedikit.Ashton menghela napas panjang. "Albin, aku tidak sedang ingin bermain teka-teki. Kami bertanya, dan kami butuh jawaban. Bukan pertanyaan lain yang harus kami
Lobby hotel dipenuhi ketegangan. Udara terasa berat, seperti dihimpit oleh sesuatu yang tak kasatmata.Lorenzo Bellucci berdiri di tengah ruangan, rahangnya mengeras, menunggu jawaban dari pria yang kini memegang nasibnya di tangan.Lucas duduk dengan tenang, bersandar pada kursinya, ekspresinya tak terbaca. Seakan menikmati momen di mana seseorang dari keluarga Bellucci, keluarga yang selama ini mendominasi dunia bisnis dengan tangan besi, kini harus merendahkan diri di hadapannya.Seluruh ruangan menahan napas.Lucas akhirnya berbicara."Aku menerimanya."Lorenzo mengembuskan napas lega, sebelum Lucas melanjutkan."Tapi dengan satu syarat."Lorenzo menegakkan tubuhnya lagi, mendengar setiap kata dengan saksama."Kamu dan seluruh keluarga Bellucci harus menjadi pengikutku," kata Lucas, suaranya begitu tenang, tapi menusuk. "tidak ada pengecualian. Semua anggota keluargamu tunduk kepadaku. Tidak ada kemandirian. Tidak ada permainan di belakang. Jika ada satu saja yang berkhianat, kamu
Ashton dan Luki membeku. Pertanyaan Lucas menggantung di udara, tajam seperti pisau yang siap menembus tenggorokan mereka.Lucas menyandarkan punggungnya, menatap mereka dengan mata dingin. “Kenapa kalian tidak mau mati, tapi bisa dengan mudah membunuh orang?”Luki menelan ludah, mencoba meredakan ketakutan yang mencekiknya. Akhirnya, dia menjawab, suaranya terdengar serak, “Kami ... kami tidak punya pilihan. Kami melakukan itu untuk menyelamatkan diri dan keluarga.”Lucas tersenyum samar. “Jadi kalian terpaksa?” Dia mengangguk pelan, membiarkan kata-kata itu meresap. “Menarik.”Ashton mengangguk cepat, berharap Lucas memahami posisi mereka. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.Lucas mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya menembus mereka. “Kalau begitu, alasan yang sama juga berlaku untukku,” kata Lucas.Ashton dan Luki saling pandang, kebingungan.Lucas melanjutkan, “Aku tidak ingin kalian menjadi batu ganjalan. Dan yang lebih penting, aku tidak bisa percaya kalian seratus pers
Lisa duduk tegak di atas sofa mewah berlapis beludru, matanya yang tajam menatap lurus ke arah Angeline. Kemarahannya tak terbendung lagi.Kali ini, Lisa benar-benar akan memisahkan cucunya dari pria itu."Sudah cukup," kata Lisa dengan suara dingin. "kali ini, kamu akan meninggalkan Lucas."Angeline tetap diam, ekspresinya netral, tetapi dalam hatinya, amarah mulai bergejolak.Lisa menatap Cecilia, putrinya sendiri, dengan tajam. "Aku tahu kamu telah mencoba memisahkan mereka, tetapi kamu gagal."Cecilia menghela napas, ekspresi lelah tergambar di wajahnya. "Aku sudah mencoba, Mama. Tapi cinta mereka terlalu besar. Mereka tidak bisa dipisahkan."Lisa mengibaskan tangan dengan kesal."Omong kosong!" dengusnya. "cinta? Itu hanya alasan bodoh untuk menutupi kelemahan!"Lisa kini menoleh ke Ryan, putranya, yang duduk dengan tenang di seberang ruangan. Tatapannya menusuk seperti belati."Dan kamu!" kata Lisa, suaranya semakin merendahkan. "kamu tidak pernah bisa diandalkan. Sejak kecil, k
Julian melangkah dengan tenang di antara barisan anak buahnya. Dua puluh pria terbaiknya, mengiringi dalam formasi yang rapi, masing-masing membawa aura dingin yang mengintimidasi.Di tengah mereka, tergeletak sebuah peti mati usang. Mayat Matteo Bellucci ada di dalamnya, terbungkus kain hitam, dingin, tak bernyawa.Mereka tiba di halaman besar kediaman keluarga Bellucci, sebuah mansion megah dengan lampu-lampu kristal yang berpendar di dalamnya.Namun, keindahan itu tak bisa menyamarkan hawa ketegangan yang mulai memenuhi udara saat beberapa anggota keluarga Bellucci keluar dari dalam rumah.Suara langkah kaki terdengar tergesa-gesa. Beberapa pria berjas hitam muncul, ekspresi mereka dipenuhi amarah. Salah satu dari mereka, pria bertubuh kekar dengan wajah penuh bekas luka, melangkah paling depan.Mereka sudah mendengar tentang kematian pemimpin keluarga mereka beberapa saat sebelumnya. Jadi, mereka tahu yang di dalam peti mati itu adalah jenazah Matteo."Apa maksudmu membawa mayat M