Share

3. Bendera Perang

Penulis: Sirius Pen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Samantha telah mencoba segala cara untuk memisahkan Ivander dan Anna, namun Ivander tetap kukuh dalam keputusannya untuk tidak menceraikan Anna. Ivander sangat menyayangi Anna dan mulai merasa bosan dengan Samantha bahkan teringat akan semua kekurangan Samantha sebelumnya.

Konflik dalam rumah tangga mereka semakin meluas dan berlarut-larut. Samantha tidak akan menyerah begitu saja, dan dia memutuskan untuk mengibarkan bendera perang pada Anna.

"Samantha, aku mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit, tapi aku tidak bisa menceraikan Anna," kata Ivander dengan suara lemah, mencoba menjelaskan padanya.

Samantha merasa sangat frustrasi.

"Tidak bisakah kamu mengerti betapa sulitnya bagiku, Ivander? Aku mencintaimu, dan melihatmu bersama Anna setiap hari adalah penyiksaan!"

Ivander mencoba meraih tangannya, tetapi Samantha menariknya kembali.

"Aku meminta keadilan, Ivander. Anna adalah pelayan. Dia tidak pantas menjadi istrimu dan aku tidak sudi memiliki madu!"

Samantha merasa bahwa dia bisa membuat Anna pergi dengan sendirinya. Dia kerap mencari gara-gara pada Anna, mencoba menemukan celah dalam perilakunya yang bisa dia gunakan sebagai alasan untuk memecatnya.

Namun, Samantha salah besar. Anna tidak semudah itu untuk pergi. Dia telah merasa bahwa Ivander adalah suaminya seorang, meskipun pernikahan mereka adalah pernikahan siri. Anna tetap tinggal dan berjuang untuk haknya.

"Dia telah mencuri beberapa perhiasan dalam kotak brankasku! Aku tidak bisa membiarkan seorang pencuri hidup di dalam rumah ini, bukankah kau benci dengan seorang pencuri Invander! Kau tidak ingat, saat kau kehilangan banyak sekali kerugian perusahaanmu?!" Samantha mengoceh dan mencari-cari alasan untuk mengusir Anna, bahkan tidak segan memfitnahnya.

Anna memegang lengan Ivander.

"Sungguh, aku tidak mencuri semua barang itu. Bahkan aku tidak tau berapa sandi dalam brankas itu, aku tidak tau!" mohon Anna dengan sungguh-sungguh.

"Jangan kau berpura-pura polos, Anna! Kau tidak pantas berlagak akting seperti itu, kau belum lulus casting! Gelagatmu masih mudah terbaca! Bahkan sepolos-polosnya dirimu, kau telah berhasil merebut suamiku!" pekik Samantha dengan suara lantang.

Ivander menatap Samantha yang sudah berdramatisir.

"Samantha, berhentilah untuk melakukan semua ini, Anna tidak mungkin melakukan semua itu."

"Kau harus percaya padaku, perempuan ini ular tangga, Ivander."

"Aku bukan ular tangga, Nyonya!" Anna berkilah dengan sengit dan tidak terima julukan yang Samantha berikan.

"Oh... Berarti kau ahli monopoli? Iya, monopoli rumah tangga orang lain," kalimat celetukan, Samantha keluarkan demi memberi sindiran pada Anna.

"Samantha... Ku mohon jangan bertingkah konyol seperti ini, kau sama sekali tidak lucu, usiamu sudah tua, tidak pantas seperti ini," ucap Ivander yang kemudian berjalan menuju kamar utama.

"Ayolah, kamu mengaku Anna... Hey, kalian!" Samantha mencoba menyanggah keduanya yang terlihat berjalan menuju kamar utama.

"Samantha, aku tidak bisa terus menerima tuduhanmu terhadap Anna. Kita sudah membahas ini berulang kali."

"Tapi Ivander, bagaimana aku bisa tidak mencurigainya setelah yang terjadi?"

"Kita harus menemukan jalan keluar dari situasi ini. Tapi menuduh Anna tanpa bukti hanya merusak hubungan kita lebih lanjut."

"Itu artinya, kau sudah tidak mencintaiku lagi? Iya? Apa yang ingin kau harapkan, Ivander?!"

"Kita harus bekerja sama untuk membangun kepercayaan lagi. Saling mendengarkan dan tidak terus-menerus menyalahkan orang lain. Belajarlah bijak Samantha."

Samantha terus berjuang. Dia mencoba untuk kembali menarik hati Ivander dengan cara yang lebih positif. Ia bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan dan makan malam untuk mereka berdua.

Ivander, yang sering mengajak Anna untuk makan bersama di meja makan, merasa terganggu dengan sikap Samantha. Setiap kali Ivander mengajak Anna makan bersama, Samantha akan marah dan menolak makan.

"Kau bisa tidak, untuk tidak menjadi benalu, Anna? Pergi dari sini!" tukas Samantha yang kini menarik lengan Anna yang bersikukuh untuk duduk.

"Samantha... Ayolah. Ini waktunya makan malam, bukan waktunya bergulat, kau mau, aku daftarkan ikut MMA?" tanya Ivander yang berusaha sabar menghadapi Samantha.

"Aku tidak mau, Nyonya!" Anna mencoba mempertahankan dirinya untuk tetap duduk.

Brrukk!

Ivander yang melihat kaget, Samantha terjatuh karena Anna mendorongnya.

"Auh... Kurang ajar!!!" teriak Samantha dengan kencang.

Sementara acara makan malam jadi kacau, terlihat Ivander dan Anna berlari masuk ke dalam kamar masing-masing.

"Anna, sialan! Dasar perempuan kampung dan tidak tau diri!" Hardik Samantha dengan kencang.

"Samantha, jaga ucapanmu," teriak Ivander seraya berlari menuju kamar utama.

Anna, yang mulai lebih percaya diri dalam hubungannya dengan Ivander, mencuri awalan. Setiap pagi, dia pergi ke kamar utama dan menyiapkan air hangat untuk Ivander mandi.

Ia juga menyiapkan pakaian kantornya dengan rapi. Ivander merasa senang mendapatkan penyambutan seperti itu setiap pagi. Mereka menjadi semakin dekat, dan ciuman-ciuman mereka semakin sering terjadi.

Samantha, yang merasa sangat cemburu, bahkan marah ketika dia melihat interaksi mereka. Dia merasa semakin terdesak dan tertekan oleh situasi ini.

"Bagaimanapun, aku harus bisa memenangkan hati suamiku lagi. Aku tidak sudi menerima Anna seumur hidup, dan tinggal satu atap denganku," celoteh Samantha sambil menyiapkan bekal makan siang untuk Ivander.

Samantha berkacak pinggang.

"Aku lebih cantik dari Anna, tubuhku lebih ramping dan pendidikanku lebih tinggi dari Anna. Aku bahkan sepadan dengan Ivander, kenapa bisa aku kalah dengan seorang pelayan dari kampung?"

Samantha memutuskan untuk datang ke kantor Ivander, membawa bekal makan siang untuknya. Namun, ketika dia sampai di sana, dia menemukan Ivander dan Anna sedang makan siang bersama. Samantha merasa terhina dan cemburu.

"Apa-apaan ini? Kalian main gila dibelakangku lagi?!" Samantha menghampiri keduanya.

Ivander segera bangkit dan menarik Samantha keluar area kerja karyawan dan bahkan menarik Samantha dengan kasar.

"Jangan buat keributan, ini kantor, dan bukan tempat adu jotos, Samantha."

"Aku yang lebih dulu ingin bawakan bekal makan siangmu, tapi kenapa kau malah makan siang bersamanya?" ujar Samantha menurunkan volume bicaranya.

"Kau yang tidak bicara padaku, bawa pulang kembali bekal itu, kamu makan sendiri saja," Ivander memberikan perintah yang menyakitkan pada Samantha.

"Aku susah payah membuat ini, Ivander. Tak bisakah, sedikit saja kamu mencicipi?" tutur Samantha dengan sedih.

Ivander segera menarik bekal tersebut, Samantha senang bukan main. Tapi ternyata Ivander malah memberikan bekal tersebut pada temannya.

"Dasar binatang!" celetuk Samantha begitu kesal.

Namun, ketika situasi semakin rumit, Samantha kehilangan kendali. Pada suatu hari yang gelap, dia memutuskan untuk menghadapinya dengan cara yang salah.

Dia datang ke kantor Ivander dan dengan tiba-tiba menyerang Anna. Samantha menjambak rambut Anna dan memukulnya di depan semua karyawannya.

Kejadian ini membuat banyak orang di kantor itu terkejut. Mereka menyaksikan konflik rumah tangga yang semakin memburuk. Banyak yang bersimpati pada Samantha dan menghujat Anna.

"Kalian tau, perempuan ini? Perempuan murahan yang sudah merebut suamiku!" tunjuk Samantha, pada Anna yang tertunduk.

"Perempuan yang sudah menghancurkan rumah tanggaku! Pelakor ini, tak pantas berada di sini! Dia bahkan sebelum bisa menjadi sekretaris suamiku, dia hanya pelayanku di rumah!" Celoteh Samantha dengan nafas tersengal.

"Bahkan pendidikannya hanya lulusan SMP!" Sambung Samantha dengan emosi berapi-api.

"Samantha... " Ivander mencoba membuat Samantha diam.

"Kalian semua pikir sendiri, bagaimana bisa seorang pelayan dengan lulusan rendah, bisa mendapatkan hati suamiku dan bahkan bisa bekerja di perusahaan terbaik, padahal hanya lulusan rendah?!" Samantha memotong ucapan Ivander dengan berderai air mata dan kemarahan.

"Anna, masuk ke ruangan," perintah Ivander dengan pelan.

Samantha menoleh pada yang masuk ke dalam ruangan.

"Tidak malukah, kau menjadi jalang Anna?! Menjadi simpanan suami orang?! Kau ingin menyisihkan diriku, Anna? Menjadi Nyonya sepertiku?!"

"Cukup Samantha!" Ivander menarik dengan Samantha dengan kasar.

"Kau sudah buat keributan!"

Samantha melepaskan tangannya dengan segera.

"Kalian semua harus tau, laki-laki ini dulunya hanya hidup miskin, dan aku yang membantunya!" Samantha berteriak dengan lantang.

Ivander merasa sangat marah pada Samantha. Dia merasa bahwa Samantha telah melampaui batas dan memalukan Anna. Ivander akhirnya menarik Samantha dan memberikan hukuman padanya.

Samantha mendengus marah menatap Ivander.

"Aku benar-benar muak dengan semua perhatian yang kamu berikan pada Anna! Setiap kali ada masalah atau aku butuh dukungan, kamu selalu membela dia!" Samantha menerima dorongan dari Ivander.

Ivander mengacak rambut dengan frustrasi.

"Samantha, kamu salah besar. Aku hanya mencoba membantu Anna, karena dia telah baik padaku. Aku harus peduli padanya," ujar Ivander dengan terus berkelit.

"Kau bahkan selalu lebih mendukungnya daripada mendukungku!" decak Samantha dengan nada kesal

"Aku juga mencintaimu, dan kamu tahu itu. Tapi Anna juga perlu perhatian dan dukungan. Aku tidak bisa membiarkan dia merasa terbuang," pungkas Ivander memperjuangkan posisinya.

"Ini bukan tentang Anna. Ini tentang kamu yang selalu memprioritaskan dia di atas aku. Aku merasa diabaikan, Ivander," kukuh Samantha mengungkapkan perasaannya.

Ivander menatap lembut Samantha dan melemah.

"Samantha, kamu harus percaya padaku. Aku mencintaimu, dan aku tidak ingin kau merasa diabaikan. Tapi aku merasa, aku bisa membantu Anna dengan hidupnya," desis Ivander.

"Kita harus menyelesaikan masalah ini, Ivander, sebelum perasaanku semakin buruk. Aku tidak ingin kehilanganmu," Samantha dengan perasaan cemas dan khawatir.

Perseteruan antara Samantha dan Ivander, di mana Samantha merasa bahwa Ivander lebih memihak pada Anna, dan merasa diabaikan. Mereka akhirnya berbicara terbuka untuk mencari solusi atas ketegangan dalam hubungan mereka.

Namun hubungan mereka semakin memburuk, dan Samantha merasa semakin kesepian dan terisolasi. Ivander, yang sebelumnya sangat dekat dengan Samantha, sekarang menjadi asing dan bersikap dingin.

"Kenapa dia tega, memperlakukanku seperti ini? Apakah, kesalahanku yang lalu begitu fatal?" tanyanya seraya menangis.

"Apa aku tidak pantas, menerima kesempatan? Tidak bisakah dia membuka hati, untukku kembali, aku yang sejak dulu menemaninya dari nol, aku yang memberinya support. Hanya saja aku lelah menghadapi emosinya saat dia terpuruk," sambungnya sambil menangis dengan sesak.

"Apakah, kesalahanku tidak bisa termaafkan?" Samantha menangis sambil masuk ke dalam mobilnya.

Sementara Ivander kembali menghampiri Anna yang masih menangis, Ivander memeluknya dan menyayangi Anna.

"Anna, aku sangat menyesal atas semua yang telah terjadi. Aku berjanji akan mengatasi masalah ini," Ivander memeluk Anna dengan lembut.

"Aku tahu kamu mencoba yang terbaik, Ivander. Tapi aku merasa lebih nyaman jika aku kembali menjadi pelayan di rumah."

"Jika itu yang kamu inginkan, aku akan mendukungmu. Dan aku akan berbicara dengan Samantha dan memintanya untuk meminta maaf atas segala yang telah terjadi."

"Terima kasih, Ivander," Anna tersenyum senang dan jahat saat mendengarnya.

Ivander segera membawa Anna untuk pulang, beberapa karyawan memandang Anna dengan sinis dan hina. Anna jelas sangat malu dan takut, tapi dirinya lebih takut lagi jika kehilangan Ivander.

"Samantha!" Panggil Ivander dengan teriak di ruang tengah.

Samantha keluar dari kamar dengan wajah sembabnya. Ivander menatap Samantha dengan iba, tapi dia harus tetap memberi pelajaran pada Samantha.

"Samantha, ini adalah langkah yang harus kita ambil untuk memperbaiki hubungan ini. Kamu harus meminta maaf pada Anna," perintah Ivander dengan wajah serius.

"Ivander, aku tidak suka harus meminta maaf pada perempuan ini! Aku tidak salah!"

"Ini demi kebaikan kita berdua. Oh, atau kau mau aku pulangkan?"

"Kamu kenapa jadi tega sekali, Ivander!"

"Cepat! Aku tidak main-main dengan ucapanku, Samantha!"

Setelah Samantha meminta maaf pada Anna, Ivander pergi, dan Anna merasa kemenangan dalam situasi ini.

"Lihatlah, Nyonya Samantha. Aku menang. Dan sekarang, kamu tahu tempatmu bukan?" Ujar Anna dengan melipat kedua tangannya dan menatap Samantha dengan sombong.

Samantha merasa kalah dan terhina, dan Anna menggunakan kesempatan ini untuk mengejek Samantha.

Bab terkait

  • Pelayan Istimewa Suamiku   4. Pertarungan Semakin Rumit

    Samantha, yang telah lama merasa diperlakukan tidak adil oleh Ivander, memendam dendam yang semakin dalam. Kesempatan untuk melampiaskan rasa frustasinya datang ketika dia memutuskan untuk berbuat kasar pada Anna, mencoba untuk menunjukkan kepada Ivander betapa dia merasa terpinggirkan.Samantha merasa bahwa Ivander selalu lebih memihak Anna daripada dirinya. Perasaan ketidakadilan ini membuatnya semakin frustasi dan marah.Sebagai bentuk balas dendam, Samantha dengan kasar mendorong Anna, berusaha untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan tinggal diam di bawah perlakuan Ivander.Bbrruukk!"Kau benar-benar sangat berani, Anna. Kurang ajar pada majikanmu sendiri!" Samantha melontarkan dengan emosi.Anna bangkit berdiri."Majikanku adalah Tuan Ivander, karena dia yang telah menggajiku selama ini. Dan kau harus sadar, bahwa posisi kita sekarang sama, aku dan kamu sama-sama istri, Tuan Ivander!" papar Anna membela diri.Pllakk!Tamparan kembali mendarat pada pipi Anna."Kau hanya i

  • Pelayan Istimewa Suamiku   5. Kehilangan Dan Penyesalan

    Anna yang manja pada Ivander semakin membuat Samantha merasa cemburu dan iri hati. Namun, Samantha tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa pun untuk mengubah situasi ini.Perasaan cemburu yang terus tumbuh membuat Samantha semakin tertekan. Anna tersenyum manis dalam pangkuan Ivander di kursi makan."Ivander, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?""Tentu sayang, apa yang bisa aku lakukan untukmu?" ucap Ivander dengan lembut."Aku ingin sekali perutku dielus. Rasanya begitu nyaman," dengan lembut Anna memegang perutnya. Ivander tersenyum hangat, sementara Anna diam-diam melirik sekilas pada Samantha. Anna sengaja mempertontonkan kemesraannya pada Samantha."Tentu saja, sayang," Ivander terlihat mulai mengelus perut Anna dengan lembut."Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Ivander."Ah, itu sangat menyenangkan. Terima kasih, Papah Ivander," Anna tersenyum lebih lebar dan sengaja mengencangkan kalimatnya."Cup... " Ivander mengecup pipi Anna.Samantha terus mengelap piring."Kamu dan b

  • Pelayan Istimewa Suamiku   6. Pencarian Samantha Yang Penuh Konflik

    Tok, tok, tok!Ceklek.Kakeknya Samantha, membuka pintu dengan wajah heran, dan saat ia melihat Anna bersama Ivander, keraguan mulai muncul dalam benaknya. Mereka segera berkumpul di ruang tamu."Ivander, apa yang terjadi? Dan siapa wanita ini?" Tanya kakeknya dengan tidak sabar dan merasa curiga."Kakek, Nenek, kami memiliki berita yang sulit untuk disampaikan. Ini adalah Anna, istri saya juga," ungkap Ivander dengan hati-hati."Istrimu? Maksudmu, apa Ivander?" Tanya Nenek Samantha tidak mengerti.Anna merasa canggung, tetapi mencoba menjelaskan."Saya tahu kami belum berkenalan dengan baik, tapi kami berdua merasa ini adalah situasi yang mendesak dan kami butuh dukungan keluarga. Ini berkaitan dengan Samantha, cucu Anda," jelas Anna dengan berusaha rileks."Samantha? Apa yang terjadi dengan cucu kami? Katakan padaku, Ivander!" Desak Kakek Samantha dengan raut wajah khawatir."Sam... Samantha menghilan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   7. Pilihan Yang Sulit

    "Terima kasih telah membawaku pulang, Ivander. Aku sangat lemah setelah beberapa hari di rumah sakit," ucap Anna dengan suara lembut."Tidak perlu berterima kasih, Anna. Ini hal yang wajar untuk dilakukan," balas Ivander yang sibuk memandang jalan saat mengemudi."Sayang, aku tahu ini adalah situasi yang sulit. Aku juga tahu kamu ragu untuk membicarakan perlakuan mereka terhadapku.""Anna, saat ini aku hanya ingin kita bisa pulang dan menjalani hidup kita tanpa harus membahas hal itu lagi.""Sayangku Ivander, kamu tahu bahwa keadilan harus diutamakan. Tidak hanya untukku, tapi juga untukmu."Ivander berusaha untuk tidak mendiskusikan hal tersebut."Anna, aku berpikir kita bisa bicarakan ini nanti, saat semuanya sudah lebih tenang.""Baiklah, Ivander. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah mereka lakukan padaku. Aku berharap kita bisa menemukan cara untuk menyelesaikannya bersam

  • Pelayan Istimewa Suamiku   8. Ungkapan dan Pesan Dalam Diary

    Ivander terlihat gelisah, berjalan bolak balik memegang teleponnya."Ah, aku harus menelepon orang tuanya Samantha. Aku perlu tahu keberadaan Samantha," ucapnya bermonolog sendiri dengan gelisah.Anna datang dan memandang heran."Ivander, kamu sedang apa?"Ivander menoleh dengan lumayan terkejut."Aku ingin menelepon kedua orang tua Samantha, Anna. Aku harus tahu keberadaan istriku.""Tapi, Ivander, kamu ingat kan, bagaimana reaksi keluarga Samantha, kemarin? Aku takut, jika kedua orang tua Samantha, akan mencemoohku lagi bahkan lebih dari itu, Ivander.""Aku tahu, Anna, tapi aku merasa perlu untuk mengetahui keberadaannya. Aku tidak bisa diam saja seperti ini, aku sangat khawatir dengan keberadaan istriku, dan aku sangat menyesal telah melakukan hal bodoh selama ini, Samantha benar-benar malang," cerocos Ivander dengan semburat penyesalan dan kerinduannya.Terus terang Anna merasa cemburu mendengarnya, seolah I

  • Pelayan Istimewa Suamiku   9. Pengakuan dan Konsekuensi

    Kedua orang tua Ivander datang ke rumahnya dengan ekspresi yang penuh kemarahan dan kekecewaan yang sulit disembunyikan. Mereka telah mendengar kabar yang mengguncang keluarganya dari keluarga Samantha, dan itu mengubah segalanya.Mereka segera berbincang di ruang tamu dengan serius."Ivander, apa semua ini benar, tentang sesuatu yang kami dengar tentangmu? Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini pada kami dan pada Samantha?!" Ucap Nyonya Gretha dengan sangat marah pada anaknya tersebut.Ayah Ivander, pun, tidak dapat menyembunyikan kemarahannya dan menatap tajam pada Ivander."Ivander! kamu telah membuat kami sangat malu. Apakah kamu benar-benar tidak tahu diri dan tidak tau diuntung?!" Sahut Tuan Emrick dengan murka.Ivander jelas tersentak dan bingung menghadapi kedua orang tuanya."Ayah, Ibu, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bermaksud untuk...""Tidak ada yang bisa membenarkan tindakanmu ini. Kami telah membe

  • Pelayan Istimewa Suamiku   10. Rahasia Jejak Pencarian Samantha

    Ivander, yang putus asa karena tak kunjung menemukan jalan keluar dari situasinya, dirinya segera menghubungi detektif pribadinya yang telah lama ia percayai. Ia memohon pertolongan.Detektif itu terkejut saat mendengar kabar tersebut, karena Samantha adalah teman masa kecilnya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ia juga sangat khawatir.Detektif Xavier terlihat berjalan memasuki kafe dan sorot matanya berpencar ke segala arah untuk menemukan Ivander."Ivander, terima kasih sudah mau menunggu lama. Saya mendengar kabar tentang Samantha, dan saya sangat khawatir."Mereka tampak bersalaman."Tidak masalah Xavier, terima kasih sudah datang. Ini adalah situasi yang sangat sulit. Samantha menghilang tanpa jejak, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.""Tentu, saya akan mencoba membantu sebisa mungkin. Bisakah kamu memberi tahu saya, lebih banyak tentang kejadian ini? Apa yang kamu ketahui?"Ivander menghela nafas dalam-dal

  • Pelayan Istimewa Suamiku   11. Ekspetasi Anna VS Realitas

    "Bagaimana bisa, aku sampai di titik ini? Nafsu dalam kesalahan fatal benar-benar telah menjadi temanku, kenapa aku bisa begitunya?" Tanya Anna dalam hati, sambil memandang foto pernikahan siri dirinya dan Ivander.Anna merasakan penyesalan yang mendalam karena langkah-langkahnya yang kelam. Jatuh hati pada Ivander, suami orang, membawa Anna ke dalam pusaran emosi yang rumit. Obsesinya untuk merebut Ivander dari Samantha membawanya ke jalur yang tak terduga, di mana cinta terlarang tumbuh dengan subur.Pandangan mata Anna padanya menjadi mantra berbahaya yang menghancurkan batasan-batasan moral. Keinginan untuk menjadi prioritas utama dalam hidup Ivander membutakan Anna terhadap konsekuensi yang akan datang. Namun, saat perselingkuhan terjadi, realitas pahit mulai merayap masuk.Ivander, suami yang awalnya menjadi incaran Anna, tiba-tiba berubah arah dan sikap. Anna terkejut menyadari bahwa dia tidak bisa mengendalikan hati Ivander sebagaimana yang dia kir

Bab terbaru

  • Pelayan Istimewa Suamiku   77. Kenneth

    Samantha kembali dari petualangan di Finlandia, membawa kabar bahagia untuk keluarga besar bahwa setelah beberapa bulan di Lapland, ia kini mengandung. Berita tersebut disambut dengan suka cita dan rasa syukur oleh keluarga besar, mengukuhkan perasaan bahagia Ivander dan Samantha yang akhirnya meraih kebahagiaan menjadi orang tua.Kehamilan Samantha telah mencapai usia lima bulan, menandai perjalanan mereka menuju kehidupan keluarga yang penuh keceriaan dan harapan."Semuanya, ada sesuatu yang ingin kami bagikan. Aku sangat bersyukur karena pada akhirnya, Tuhan telah mempercayakan seorang janin yang tengah hidup dalam rahimku," ungkap Samantha dengan sangat bahagia.Keluarga besar dari kedua belah pihak bersorak dan bahagia."Akhirnya, terima kasih, Tuhan. Selamat, Ivander dan Samantha!" Ucap Neneknya Samantha dengan penuh haru."Kami benar-benar sangat bersyukur atas berkah ini," ucap Ivander tersenyum bahagia, seraya mengelus perut Samantha yang sudah buncit."Kami tidak sabar menan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   76. Livia

    Dengan hati yang galau, Kevin melangkah mendekati Rose di bawah sinar senja, di tengah suasana hening kolam renang. Kehilangan komunikasi selama ini membuatnya ragu bagaimana menyapa, namun didorong oleh desiran untuk memulihkan kehangatan yang terputus. Orang tua Rose menyambutnya dengan senyuman, memberikan izin untuk memperbaiki keputusan itu."Rose... " Panggil Kevin dengan lembut.Rose menoleh dan wajahnya mendadak murung ketika mendapati Kevin."Rose, tolong beri aku kesempatan. Aku minta maaf Rose, aku merindukan kamu. Tolong jangan jauhi aku dan jangan terus bersikap dingin seperti ini," oceh Kevin panjang lebar tanpa jeda agar bisa segera memberikan penjelasan."Bukankah, sudah pernah ku bilang, bahwa jangan pernah hubungi aku lagi. Dan jangan pernah temui aku lagi," balas Rose seraya bangkit berdiri."Rose, ku mohon, tolonglah. Aku benar-benar merasa sangat kehilangan dirimu, aku menyesal Rose.""Aku tidak akan pernah percaya lagi atas semua ucapan yang keluar dari mulutmu!"

  • Pelayan Istimewa Suamiku   75. Rose Masih Marah

    Malvin dan Ling-Ling dengan cepat mendekati Leona dan Kevin begitu mereka sampai di pintu kelas."Maaf ya, Leona, Kevin. Kami tahu kami salah kemarin," ucap Malvin sambil tersenyum penuh penyesalan."Kami ingin memulai ulang hubungan kita semua, aku juga turut meminta maaf," Ling-Ling menambahkan, meskipun dalam hati sangat muak.Mereka harus bisa memainkan peran yang sudah diatur."Apa yang membuat kalian berubah pikiran?" Leona memandang mereka dengan rasa heran."Dan kenapa tiba-tiba kalian baik pada kami?" Kevin menyela."Kami menyadari, kita seharusnya tidak bersikap seperti itu. Kami ingin menjadi teman kalian lagi," Malvin menjelaskan, meskipun dalam hati malas."Kami merasa bersalah dan ingin memperbaiki semuanya," Ling-Ling menimpali."Aku senang akhirnya kalian berdua sadar. Aku maafkan kalian, tapi... aku juga ingin sekali berbaikan dengan Rose dan Debora," Leona tersenyum dan mengangguk. Kemudian merenung."Ya, kita harus memperbaiki semuanya bersama-sama," Kevin setuju.K

  • Pelayan Istimewa Suamiku   74. Pernikahan Livia

    "Jadi, untuk apa kalian ke sini?" Tanya Samantha menatap secara bergantian pada para sosok remaja yang terduduk di hadapannya."Ehm, kami... Kami, mau.. " ucap Malvino dengan bingung dan terbata-bata.Ketakutan sebenarnya menyelimuti mereka, telapak tangan mereka mendadak terasa dingin karenanya."Mau apa?" Tanya Ivander dengan tajam dan dengan nada galak."Ayo, cepat katakan!" Ujar Ling-Ling berbisik dan mendesak Malvino."Kau saja!" Balas Malvino juga sama berbisik dan merasa terdesak."Kami bingung hendak menjelaskan bagaimana Nyonya Samantha, Tuan Ivander," ucap Debora segera."Ehm, kami... Kamu datang ke sini hendak berbicara sesuatu," sahut Rose dengan ragu.Ling-Ling segera menyenggol kaki Rose untuk segera mengatakannya, Rose malah kembali mendesak Malvino."Ayo, bicaralah. Waktuku tidak banyak," ucap Ivander mendesak bocah-bocah kecil di hadapannya."Mm, Tuan dan Nyonya. Kami hendak minta maaf," ujar Malvino tapi tidak sanggup berkata lebih lanjut."Minta maaf untuk apa?" Tan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   73. Kekecewaan Yang Semakin Bertambah

    Leona duduk di bangku taman, wajahnya dipenuhi raut kesedihan. Kevin, yang selalu setia berada di sisinya, mencoba menghiburnya."Leona, aku tahu semua orang menjauh, tapi aku di sini untukmu," ucap Kevin terduduk di sebelahnya sambil menatap Leona dari samping."Terima kasih, Kevin. Kau selalu ada untukku," balas Leona menoleh pada Kevin dan berusaha tersenyum.Suasana taman sangat sepi dan keadaan seolah kelabu menyelimuti hati Leona."Kevin, apakah benar yang mereka semua katakan padaku? Apakah aku benar-benar seegois itu? Bukankah hal yang wajar, jika aku sebagai seorang sahabat meminta bantuan kalian?" Ucap Leona membela dirinya secara halus."Aku paham, dan aku tidak masalah soal semua itu. Hanya saja, tidak juga berlebihan Leona," jawab Kevin mengangguk, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan rasa tidak enak."Berarti aku salah?""Oh, tidak juga, hehe.""Kevin, kenapa Rose, orang yang paling aku percayai selama ini, tega berbuat seperti itu padaku?" Ucap Leona mer

  • Pelayan Istimewa Suamiku   72. Rencana Yang Sudah Diketahui

    "Dona! Kamu tidak bisa pergi begitu saja! Dona!" Teriak Baba Hong mengejar Dona ke gerbang pintu.Dona terus saja berlari sampai berhasil keluar rumah tersebut, dengan beberapa pelayan dan penjaga heran menatap keduanya. Baba Hong berhasil meraih Dona, dan memeluknya dari belakang."Lepaskan! Aku tidak akan menuntut apapun dirimu! Lepaskan aku!" Pekik Dona seraya berusaha melepaskan diri."Tidak! Jangan pergi, kau akan tetap menjadi istriku, Dona.""Buat apa? Kau sudah ada Livia. Aku cukup sadar diri, kau akan menua bersama Livia.""Aku tahu, Livia hanya mengincar uangku saja. Aku hanya ingin membeli harga dirinya, aku tidak benar-benar mencintainya."Dona berhasil melepaskan pelukannya dari Baba Hong.Plak!Dona menampar Baba Hong dengan sangat kencang, Baba Hong kemudian merasakan pipinya sangat perih dan memerah. Meskipun sudah tua, wajahnya masih terlihat tua dan segar. Sedangkan, Dona sebenarnya cantik. Namun, dia sadar bahwa hati Baba Hong selama ini bukan untuknya. Baba Hong ti

  • Pelayan Istimewa Suamiku   71. Baba Hong

    Leona berjalan dengan percaya diri menuju rumah Baba Hong, menyadari ketertarikan yang dimiliki pengusaha tua tersebut pada kakaknya, Livia. Baba Hong sangat tergila-gila dengan kecantikan yang dimiliki oleh Livia Kakaknya sejak muncul di sebuha majalah.Leona melangkah dengan anggun menuju pintu masuk yang megah. Pintu terbuka luas, mengungkapkan kemegahan rumah Baba Hong. Segera, sekelompok pelayan berdiri dengan sikap hormat."Selamat datang, Nyonya Leona," sapa kepala pelayan dengan ramah."Terima kasih. Saya harap tidak merepotkan. Saya ingin bertemu dengan Baba Hong," jawab Leona sambil tersenyum."Tentu saja, Nyonya. Ikuti saya," kata kepala pelayan sambil memimpin Leona melewati lorong-lorong yang dihiasi dengan lukisan dan hiasan seni yang mahal.Sesampainya di ruang tamu utama, Baba Hong sudah menunggu dengan senyuman hangat."Leona, selamat datang di rumahku yang sederhana ini," kata Baba Hong sambil memberikan salam."Salam, Baba Hong. Terima kasih atas sambutanmu, rumah i

  • Pelayan Istimewa Suamiku   70. Rencana Jahat

    Ivander duduk di samping Samantha di ruang tamu mereka yang nyaman, kegembiraan terpancar dari suaranya."Samantha, Ayahmu memberikan tiket ke Finlandia untuk berbulan madu kita.""Tapi, tanpa tiket pun, kita bisa pergi sendiri, kan?" Samantha tertawa kecil menatap Ivander."Tentu saja. Tapi, apakah di sana kamu punya rumah?""Ayahku telah membelikan rumah di Lapland saat aku pergi dari sini."Ivander mengangguk paham."Kalau bosan dengan suasana di rumahmu, kita juga punya tiket hotel dari Tuan Jackson.""Bagus, Ivander. Aku ingin merasakan suasana baru. Setelah itu, kita pulang ke rumah di Lapland.""Tuan Jackson sangat berharap kita segera memiliki buah hati di rahimmu, sayang. Kita harus berhasil sebelum kembali ke Indonesia," ujar Ivander seraya merapihkan rambut Samantha ke telinganya."Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Kapan kita bisa berangkat?" Tanya Samantha."Aku akan kembali bekerja setelah luka kamu sembuh, satu mingguan, dan kemudian kita bebas pergi ke mana saja.""

  • Pelayan Istimewa Suamiku   69. Pembalasan Leona

    Samantha melangkah pelan di antara lorong-lorong toko yang penuh dengan berbagai kebutuhan rumah tangga. Troli besarnya ditarik dengan cermat, sementara matanya sibuk memilah produk-produk yang akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Saat itulah, tiba-tiba saja, seorang laki-laki asing dengan langkah ringan muncul di sebelahnya. Dengan senyum ramah, laki-laki itu menyapa Samantha."Perlu bantuan? Saya bisa membantu Anda mengambil barang yang sulit dijangkau."Samantha terkejut sejenak, namun senyum lelaki tersebut mampu meredakan ketegangannya."Oh, terima kasih banyak! Saya sebenarnya kesulitan mengambil beberapa barang di rak yang tinggi."Tanpa ragu, lelaki tersebut dengan sigap membantu Samantha mengambil barang-barang yang sulit dijangkaunya. Mereka bekerja sama, dan Samantha merasa bersyukur atas pertolongan yang diberikan."Saya benar-benar berterima kasih, Anda sungguh membantu," ucap Samantha dengan tulus."Tidak masalah, saya senang bisa membantu. Nama saya Ryan, si

DMCA.com Protection Status