Beranda / Pernikahan / Pelayan Istimewa Suamiku / 4. Pertarungan Semakin Rumit

Share

4. Pertarungan Semakin Rumit

Penulis: Sirius Pen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Samantha, yang telah lama merasa diperlakukan tidak adil oleh Ivander, memendam dendam yang semakin dalam. Kesempatan untuk melampiaskan rasa frustasinya datang ketika dia memutuskan untuk berbuat kasar pada Anna, mencoba untuk menunjukkan kepada Ivander betapa dia merasa terpinggirkan.

Samantha merasa bahwa Ivander selalu lebih memihak Anna daripada dirinya. Perasaan ketidakadilan ini membuatnya semakin frustasi dan marah.

Sebagai bentuk balas dendam, Samantha dengan kasar mendorong Anna, berusaha untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan tinggal diam di bawah perlakuan Ivander.

Bbrruukk!

"Kau benar-benar sangat berani, Anna. Kurang ajar pada majikanmu sendiri!" Samantha melontarkan dengan emosi.

Anna bangkit berdiri.

"Majikanku adalah Tuan Ivander, karena dia yang telah menggajiku selama ini. Dan kau harus sadar, bahwa posisi kita sekarang sama, aku dan kamu sama-sama istri, Tuan Ivander!" papar Anna membela diri.

Pllakk!

Tamparan kembali mendarat pada pipi Anna.

"Kau hanya istri yang dinikahi secara siri, dan akulah yang sah di mata hukum sebagai istrinya!"

Anna melepas elusan pada pipinya dan membalas tatapan tajam Samantha.

"Aku tidak perduli, bahkan posisiku sekarang lebih unggul darimu. Aku yang telah memenangkan hati suamiku."

"Jaga bicaramu! Dia hanya suamiku!" Balas Samantha panas kesetanan.

Anna, yang tidak bersedia untuk diperlakukan dengan kasar, berusaha membela diri. Keduanya terlibat dalam cekcok yang semakin memburuk, dan akhirnya Anna mendorong Samantha hingga terjatuh. Dalam prosesnya, lutut Samantha terluka.

Bbrruukk!

Ivander, yang telah lelah dengan pertengkaran mereka yang tak kunjung usai, datang menghampiri keduanya. Dia merasa semakin pusing dengan kedua istrinya yang selalu bertengkar setiap hari. Ivander mencoba untuk menengahi konflik ini, tetapi situasinya semakin rumit.

Ivander masuk ke area ruang makan dan melihat Samantha dan Anna sedang bertengkar.

"Hei, hei, hei! Apa yang sedang terjadi di sini?"

"Samantha, jangan mulai lagi!" Pekik Anna.

"Sudah cukup! Ini sudah terlalu banyak masalah, kita harus menyelesaikan ini dengan dewasa!" Sahut Ivander frustasi.

"kamu lihat Ivander, perempuan ini bahkan sudah berani kasar padaku!" Samantha bangkit perlahan. Kemudian berkata dengan suara serak.

"Aku hanya membela diri," sanggah Anna dengan santai.

"Kau selalu menyerangnya Samantha, kau yang selalu lebih dulu mencari keributan. Jika dia melawan, itu hal yang wajar," tukas Ivander membawa Anna pergi untuk melindunginya dari amukan Samantha selanjutnya.

"Kenapa dia tega sekali?" tanpa sadar air mata Samantha kembali mengalir.

Samantha, yang merasa tertindas dan ingin mendapatkan pembelaan Ivander, bangkit dengan penuh amarah, menunjukkan lukanya pada Ivander.

Dia berharap bahwa Ivander akan berpihak padanya dan melindunginya dari Anna. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Samantha mengejar keduanya.

Ivander menatap marah pada Samantha.

"Ini sudah cukup! Aku mengerti kamu merasa terluka, tapi kamu tidak bisa terus-terusan berlaku kasar pada Anna!"

"Ivander, kamu seharusnya tidak membela perempuan laknat itu! Dia telah menghancurkan rumah tangga kita!" berang Samantha dengan hatinya yang begitu sakit atas perlakuan Ivander suaminya.

"Aku tidak membela Anna, tapi ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah. Kau berubah seperti jelmaan Iblis, Samantha!" hardik Ivander dengan segenap rasa frustasinya, menghadapi istri pertamanya.

Samantha jelas semakin marah dan terluka.

"Tidak, aku tidak ingin mendengarkanmu lagi. Kau sudah terlalu banyak merusak hatiku!" ujarnya dengan hati yang patah. Ivander, dengan alasan bahwa Samantha telah melampaui batas, memilih untuk membela Anna.

Ivander merasa bahwa Samantha telah berbuat kasar tanpa alasan yang jelas, dan dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Anna, meskipun merasa sakit akibat luka pada lututnya, diam-diam mentertawakan Samantha yang kalah dalam pertengkaran ini.

"Tuhan, apakah aku begitu pantas menerima semua ini?" Samantha bermonolog dalam hati sembari berjalan ke arah balkon kamarnya.

Samantha, yang merasa semakin terpinggirkan dan marah karena tidak mendapatkan dukungan yang diharapkan dari Ivander, merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membalas dendam.

Namun, setiap kali dia mencoba, Ivander selalu melindungi Anna. Situasi semakin rumit dan tegang.

"Ivander, aku menyesal telah meninggalkanmu dulu. Aku minta maaf, aku mengaku salah padamu. Tolong, jangan terus bersikap seperti ini padaku."

Samantha memandang langit dengan hati yang pilu.

"Langit, suamiku sudah tidak ingin mendengarkan apapun lagi dari bibirku. Bisakah engkau, menolongku, untuk menyampaikan semua rasa bersalah ini? Aku masih mencintainya."

"Apakah aku sudah tidak pantas untuknya?" Samantha menangis tergugu, "Apakah begini sakit hatinya, saat aku pergi meninggalkan dia?"

"Mengapa aku begitu egois dan jahat, kala itu?"

Samantha, dengan mata yang bengkak karena menangis begitu lama, akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon.

Ivander, yang merasa bersalah atas perbuatannya, akhirnya menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan terhadap Samantha. Namun, perasaannya terhadap Anna tetap kuat, dan dia enggan untuk menghampiri Samantha yang sedang di dalam kamar.

Malam itu, Ivander tidur bersama Anna, membuat Samantha semakin terasing. Mereka melakukan hubungan sah suami istri sejak kedatangan Samantha beberapa waktu lalu, yang tidak terlaksana.

Ivander masuk ke kamar dan tersenyum pada Anna.

"Hei, sayang, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

"Hanya bermain-main dengan pakaian, Ivander. Aku mencoba menemukan pakaian yang sempurna untuk malam ini," ungkap Anna sambil tersenyum lebar.

"Apa, pakaian tertentu yang kamu rencanakan?"

"Apa kau benar-benar tidak mengerti?" Tanya Anna menggoda dengan nakal.

"Apa maksudmu, sayang?" Ivander balik bertanya dengan balas menggoda.

"Sesuai rencana yang sudah kita buat tadi pagi, malam ini aku berkenan menyerahkan diriku, untukmu suamiku," ucap Anna merajuk manja pada Ivander.

Ivander tertawa.

"Ah, itu baik sekali, Sayang. Kita akan melakukan olahraga panas malam ini," balas Ivander dengan senyuman sumringah.

Samantha, yang menguping keduanya di kamar Anna, merasa semakin terasing dan tertekan, merasa semakin kesepian.

Pagi-pagi, Samantha bangun dan melihat Ivander keluar dari kamar Anna dengan rambut yang masih basah setelah mandi. Ivander sangat terkejut melihat Samantha, dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskan situasi ini.

"Ternyata mereka, benar-benar habis bercinta semalam," gumam Samantha dalam hati.

Samantha, meskipun hatinya hancur, berusaha untuk tetap tegar. Dia bersikap seperti biasanya, mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya dan tidak menunjukkan betapa tersiksa hatinya.

Namun, hubungan dalam rumah tangga mereka semakin rumit dan rumit. Belum lagi, Samantha harus menghadapi kenyataan bahwa uang bulanannya mendadak harus dibagi dua dengan Anna. Ini adalah pukulan telak bagi Samantha, yang merasa semakin tertindas dalam rumah tangganya sendiri.

"Kenapa? Dia kan, hanya istri siri, sedangkan aku yang istri sah!" kilah Samantha tidak terima.

"Aku punya dua istri, dan aku harus bersikap adil, Samantha!" tegas Ivander.

"Aku tidak setuju, dan aku tidak ikhlas!" Samantha memandang Ivander dengan jengkel.

"Terserah, aku yang punya gaji dan aku yang berhak atur! Aku kepala rumah tangga di sini, kalau kau masih terus mempermasalahkan. Kau masih ingat, apa yang akan ku lakukan padamu, Samantha? lebih baik kita berpisah," Ivander menatap Samantha dengan penuh kemenangan.

Hingga pada akhirnya, berita yang mengguncang Samantha datang. Anna mengumumkan dengan bangga bahwa dia telah berhasil mengandung anak dari Ivander. Mereka sangat senang dan bahagia.

Samantha, yang mendengar berita tersebut, hanya bisa terdiam dan pasrah. Di dalam kamar, dia kembali menangis, karena selama pernikahannya dengan Ivander, dia belum juga diberikan seorang anak.

Ini adalah pukulan keras bagi Samantha, yang merasa semakin terpinggirkan dan tidak berarti. Belum lagi, Samantha menyadari bahwa mereka sudah lama tidak melakukan hubungan intim.

Rasa kehampaan dan kesedihannya semakin dalam. Samantha merasa bahwa Anna lebih unggul darinya dalam segala hal, bahkan dalam hal ini.

"Sayang, aku punya berita yang sangat membahagiakan! Aku hamil!" Anna berlari memeluk Ivander. "Cup ..." Kemudian mencium suaminya tersebut.

"Sungguh? Itu luar biasa! Aku sangat senang mendengarnya, Anna," sergah Ivander segera memeluk Anna di depan istri pertamanya.

Samantha dalam hati merasa cemburu.

"Kenapa bukan aku yang bisa memberinya berita seperti itu?" tuturnya dalam hati yang penuh nelangsa.

"Aku tahu ini mungkin agak rumit mengingat situasi kita, tapi aku merasa ini adalah berkah," Anna bercakap tanpa rasa bersalah dan gusar, pada sosok lain yang benar-benar sudah telah ia sakiti.

"Kita akan menemukan cara untuk menghadapinya bersama, Anna. Ini adalah berita yang luar biasa, dan kita akan menjalani perjalanan ini bersama-sama," ujar pelan Ivander pada Anna.

"Mengapa Anna bisa mendapatkan segalanya?" batin Samantha yang sebenarnya sudah menangis sejak tadi.

"Terima kasih, Ivander. Aku merasa lebih tenang karena kamu mendukungku. Kita akan menjadi orang tua yang baik, aku yakin," ujar Anna seraya merajuk manja.

Ivander menatap Anna dengan cinta.

"Kita akan melakukan yang terbaik untuk anak kita, Anna. Ini adalah awal yang baru bagi kita!" seru Ivander dengan semangat berapi-api.

"Aku merasa tertinggal dalam semua ini," batin Samantha yang merasa cemburu.

Tapi Samantha belum menyerah. Dia mencoba untuk mengajak Ivander melakukan hubungan intim agar dia juga memiliki anak.

Namun, Ivander menolak dengan alasan sakit hati, mengungkit Samantha yang dulu pergi meninggalkannya dalam keadaan susah.

"Kamu sadar tidak? Kamu sudah tidak cantik, dan aku sudah tidak memiliki nafsu pada tubuhmu!" tegas Ivander.

"Kita sudah lama tidak berhubungan, Ivander," kukuh Samantha.

Ivander tertawa mengejek memandang Samantha.

"Sungguh kamu tidak punya malu, Samantha. Kau dulu pergi meninggalkanku, tidak perduli padaku, bahkan dulu kamu berkali-kali menolak tawaranku dalam berhubungan badan. Sekarang, posisi kita terbalik ... Dunia benar-benar berputar."

"Kenapa kamu selalu mengungkit semua hal itu, bukankah sudah berlalu?" ucap Samantha dengan pelan.

"Apakah kamu sudah benar-benar tidak ingin denganku, lagi?" Sambung Samantha menahan sedihnya.

"Bahkan, jika kau jual diri di luar sana, tidak ada laki-laki yang akan melirikmu. Apalagi aku, yang setiap hari melihatmu, membuatku muak," cibir Ivander dengan penuh penghinaan.

Sementara Samantha begitu mencelos mendengarnya.

"Tuan Ivander, beri aku kesempatan!" mohon Samantha dengan sedih.

"Cih," Ivander pergi begitu saja.

Samantha hanya terdiam, dan memandang langit malam di balkon kamarnya. Dengan penuh rasa kecewa, dia juga telah sadar akan kesalahannya selama ini. Dia masih berharap bahwa keajaiban akan berpihak padanya dan Ivander akan kembali mencintainya seperti dulu.

Namun, hari-hari Samantha terus berlalu dengan penuh kepahitan, melihat suaminya semakin menyayangi Anna.

Sekarang, posisinya bahkan telah berbalik. Samantha yang akhirnya menjadi pelayan di rumah suaminya sendiri, dan melihat keduanya saling bermesraan.

"Dunia memang tengah bekerjasama dalam menghukumku," batin Samantha dengan sakit.

Bab terkait

  • Pelayan Istimewa Suamiku   5. Kehilangan Dan Penyesalan

    Anna yang manja pada Ivander semakin membuat Samantha merasa cemburu dan iri hati. Namun, Samantha tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa pun untuk mengubah situasi ini.Perasaan cemburu yang terus tumbuh membuat Samantha semakin tertekan. Anna tersenyum manis dalam pangkuan Ivander di kursi makan."Ivander, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?""Tentu sayang, apa yang bisa aku lakukan untukmu?" ucap Ivander dengan lembut."Aku ingin sekali perutku dielus. Rasanya begitu nyaman," dengan lembut Anna memegang perutnya. Ivander tersenyum hangat, sementara Anna diam-diam melirik sekilas pada Samantha. Anna sengaja mempertontonkan kemesraannya pada Samantha."Tentu saja, sayang," Ivander terlihat mulai mengelus perut Anna dengan lembut."Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Ivander."Ah, itu sangat menyenangkan. Terima kasih, Papah Ivander," Anna tersenyum lebih lebar dan sengaja mengencangkan kalimatnya."Cup... " Ivander mengecup pipi Anna.Samantha terus mengelap piring."Kamu dan b

  • Pelayan Istimewa Suamiku   6. Pencarian Samantha Yang Penuh Konflik

    Tok, tok, tok!Ceklek.Kakeknya Samantha, membuka pintu dengan wajah heran, dan saat ia melihat Anna bersama Ivander, keraguan mulai muncul dalam benaknya. Mereka segera berkumpul di ruang tamu."Ivander, apa yang terjadi? Dan siapa wanita ini?" Tanya kakeknya dengan tidak sabar dan merasa curiga."Kakek, Nenek, kami memiliki berita yang sulit untuk disampaikan. Ini adalah Anna, istri saya juga," ungkap Ivander dengan hati-hati."Istrimu? Maksudmu, apa Ivander?" Tanya Nenek Samantha tidak mengerti.Anna merasa canggung, tetapi mencoba menjelaskan."Saya tahu kami belum berkenalan dengan baik, tapi kami berdua merasa ini adalah situasi yang mendesak dan kami butuh dukungan keluarga. Ini berkaitan dengan Samantha, cucu Anda," jelas Anna dengan berusaha rileks."Samantha? Apa yang terjadi dengan cucu kami? Katakan padaku, Ivander!" Desak Kakek Samantha dengan raut wajah khawatir."Sam... Samantha menghilan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   7. Pilihan Yang Sulit

    "Terima kasih telah membawaku pulang, Ivander. Aku sangat lemah setelah beberapa hari di rumah sakit," ucap Anna dengan suara lembut."Tidak perlu berterima kasih, Anna. Ini hal yang wajar untuk dilakukan," balas Ivander yang sibuk memandang jalan saat mengemudi."Sayang, aku tahu ini adalah situasi yang sulit. Aku juga tahu kamu ragu untuk membicarakan perlakuan mereka terhadapku.""Anna, saat ini aku hanya ingin kita bisa pulang dan menjalani hidup kita tanpa harus membahas hal itu lagi.""Sayangku Ivander, kamu tahu bahwa keadilan harus diutamakan. Tidak hanya untukku, tapi juga untukmu."Ivander berusaha untuk tidak mendiskusikan hal tersebut."Anna, aku berpikir kita bisa bicarakan ini nanti, saat semuanya sudah lebih tenang.""Baiklah, Ivander. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah mereka lakukan padaku. Aku berharap kita bisa menemukan cara untuk menyelesaikannya bersam

  • Pelayan Istimewa Suamiku   8. Ungkapan dan Pesan Dalam Diary

    Ivander terlihat gelisah, berjalan bolak balik memegang teleponnya."Ah, aku harus menelepon orang tuanya Samantha. Aku perlu tahu keberadaan Samantha," ucapnya bermonolog sendiri dengan gelisah.Anna datang dan memandang heran."Ivander, kamu sedang apa?"Ivander menoleh dengan lumayan terkejut."Aku ingin menelepon kedua orang tua Samantha, Anna. Aku harus tahu keberadaan istriku.""Tapi, Ivander, kamu ingat kan, bagaimana reaksi keluarga Samantha, kemarin? Aku takut, jika kedua orang tua Samantha, akan mencemoohku lagi bahkan lebih dari itu, Ivander.""Aku tahu, Anna, tapi aku merasa perlu untuk mengetahui keberadaannya. Aku tidak bisa diam saja seperti ini, aku sangat khawatir dengan keberadaan istriku, dan aku sangat menyesal telah melakukan hal bodoh selama ini, Samantha benar-benar malang," cerocos Ivander dengan semburat penyesalan dan kerinduannya.Terus terang Anna merasa cemburu mendengarnya, seolah I

  • Pelayan Istimewa Suamiku   9. Pengakuan dan Konsekuensi

    Kedua orang tua Ivander datang ke rumahnya dengan ekspresi yang penuh kemarahan dan kekecewaan yang sulit disembunyikan. Mereka telah mendengar kabar yang mengguncang keluarganya dari keluarga Samantha, dan itu mengubah segalanya.Mereka segera berbincang di ruang tamu dengan serius."Ivander, apa semua ini benar, tentang sesuatu yang kami dengar tentangmu? Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini pada kami dan pada Samantha?!" Ucap Nyonya Gretha dengan sangat marah pada anaknya tersebut.Ayah Ivander, pun, tidak dapat menyembunyikan kemarahannya dan menatap tajam pada Ivander."Ivander! kamu telah membuat kami sangat malu. Apakah kamu benar-benar tidak tahu diri dan tidak tau diuntung?!" Sahut Tuan Emrick dengan murka.Ivander jelas tersentak dan bingung menghadapi kedua orang tuanya."Ayah, Ibu, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bermaksud untuk...""Tidak ada yang bisa membenarkan tindakanmu ini. Kami telah membe

  • Pelayan Istimewa Suamiku   10. Rahasia Jejak Pencarian Samantha

    Ivander, yang putus asa karena tak kunjung menemukan jalan keluar dari situasinya, dirinya segera menghubungi detektif pribadinya yang telah lama ia percayai. Ia memohon pertolongan.Detektif itu terkejut saat mendengar kabar tersebut, karena Samantha adalah teman masa kecilnya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ia juga sangat khawatir.Detektif Xavier terlihat berjalan memasuki kafe dan sorot matanya berpencar ke segala arah untuk menemukan Ivander."Ivander, terima kasih sudah mau menunggu lama. Saya mendengar kabar tentang Samantha, dan saya sangat khawatir."Mereka tampak bersalaman."Tidak masalah Xavier, terima kasih sudah datang. Ini adalah situasi yang sangat sulit. Samantha menghilang tanpa jejak, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.""Tentu, saya akan mencoba membantu sebisa mungkin. Bisakah kamu memberi tahu saya, lebih banyak tentang kejadian ini? Apa yang kamu ketahui?"Ivander menghela nafas dalam-dal

  • Pelayan Istimewa Suamiku   11. Ekspetasi Anna VS Realitas

    "Bagaimana bisa, aku sampai di titik ini? Nafsu dalam kesalahan fatal benar-benar telah menjadi temanku, kenapa aku bisa begitunya?" Tanya Anna dalam hati, sambil memandang foto pernikahan siri dirinya dan Ivander.Anna merasakan penyesalan yang mendalam karena langkah-langkahnya yang kelam. Jatuh hati pada Ivander, suami orang, membawa Anna ke dalam pusaran emosi yang rumit. Obsesinya untuk merebut Ivander dari Samantha membawanya ke jalur yang tak terduga, di mana cinta terlarang tumbuh dengan subur.Pandangan mata Anna padanya menjadi mantra berbahaya yang menghancurkan batasan-batasan moral. Keinginan untuk menjadi prioritas utama dalam hidup Ivander membutakan Anna terhadap konsekuensi yang akan datang. Namun, saat perselingkuhan terjadi, realitas pahit mulai merayap masuk.Ivander, suami yang awalnya menjadi incaran Anna, tiba-tiba berubah arah dan sikap. Anna terkejut menyadari bahwa dia tidak bisa mengendalikan hati Ivander sebagaimana yang dia kir

  • Pelayan Istimewa Suamiku   12. Harapan Yang Pudar

    Anna merasa kehilangan. Ivander, yang dulu penuh perhatian dan kelembutan, kini menjadi bayang-bayang dari sosok yang dulu dikenalnya. Setiap hari, sikap dingin dan tajam Ivander semakin memperlebar jurang di antara mereka. Anna mencoba memahami perubahan ini, mencari jawaban dalam setiap kenangan yang mereka miliki.Suatu hari, di bawah cahaya bulan yang redup, di halaman rumah Ivander yang luas. Anna mengajak bicara Ivander."Ivander, apa yang terjadi padamu? Kita dulu begitu bahagia dan menciptakan banyak momen romantis, sekarang kenapa kau jadi seperti ini? Kita dulu selalu bahagia walaupun hanya hidup berdua," tanyanya dengan suara lembut."Anna, kau tahu betapa sulitnya melupakan kesalahan, dan kesalahan yang telah kita lakukan sangatlah fatal. Aku sendiri tidak bisa melupakan bahwa aku pernah menjadi orang jahat pada istriku, kau sendiri juga telah berusaha untuk menjadi seorang penghancur dalam hubungan pernikahan kami," tukas Ivander menatapnya ta

Bab terbaru

  • Pelayan Istimewa Suamiku   77. Kenneth

    Samantha kembali dari petualangan di Finlandia, membawa kabar bahagia untuk keluarga besar bahwa setelah beberapa bulan di Lapland, ia kini mengandung. Berita tersebut disambut dengan suka cita dan rasa syukur oleh keluarga besar, mengukuhkan perasaan bahagia Ivander dan Samantha yang akhirnya meraih kebahagiaan menjadi orang tua.Kehamilan Samantha telah mencapai usia lima bulan, menandai perjalanan mereka menuju kehidupan keluarga yang penuh keceriaan dan harapan."Semuanya, ada sesuatu yang ingin kami bagikan. Aku sangat bersyukur karena pada akhirnya, Tuhan telah mempercayakan seorang janin yang tengah hidup dalam rahimku," ungkap Samantha dengan sangat bahagia.Keluarga besar dari kedua belah pihak bersorak dan bahagia."Akhirnya, terima kasih, Tuhan. Selamat, Ivander dan Samantha!" Ucap Neneknya Samantha dengan penuh haru."Kami benar-benar sangat bersyukur atas berkah ini," ucap Ivander tersenyum bahagia, seraya mengelus perut Samantha yang sudah buncit."Kami tidak sabar menan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   76. Livia

    Dengan hati yang galau, Kevin melangkah mendekati Rose di bawah sinar senja, di tengah suasana hening kolam renang. Kehilangan komunikasi selama ini membuatnya ragu bagaimana menyapa, namun didorong oleh desiran untuk memulihkan kehangatan yang terputus. Orang tua Rose menyambutnya dengan senyuman, memberikan izin untuk memperbaiki keputusan itu."Rose... " Panggil Kevin dengan lembut.Rose menoleh dan wajahnya mendadak murung ketika mendapati Kevin."Rose, tolong beri aku kesempatan. Aku minta maaf Rose, aku merindukan kamu. Tolong jangan jauhi aku dan jangan terus bersikap dingin seperti ini," oceh Kevin panjang lebar tanpa jeda agar bisa segera memberikan penjelasan."Bukankah, sudah pernah ku bilang, bahwa jangan pernah hubungi aku lagi. Dan jangan pernah temui aku lagi," balas Rose seraya bangkit berdiri."Rose, ku mohon, tolonglah. Aku benar-benar merasa sangat kehilangan dirimu, aku menyesal Rose.""Aku tidak akan pernah percaya lagi atas semua ucapan yang keluar dari mulutmu!"

  • Pelayan Istimewa Suamiku   75. Rose Masih Marah

    Malvin dan Ling-Ling dengan cepat mendekati Leona dan Kevin begitu mereka sampai di pintu kelas."Maaf ya, Leona, Kevin. Kami tahu kami salah kemarin," ucap Malvin sambil tersenyum penuh penyesalan."Kami ingin memulai ulang hubungan kita semua, aku juga turut meminta maaf," Ling-Ling menambahkan, meskipun dalam hati sangat muak.Mereka harus bisa memainkan peran yang sudah diatur."Apa yang membuat kalian berubah pikiran?" Leona memandang mereka dengan rasa heran."Dan kenapa tiba-tiba kalian baik pada kami?" Kevin menyela."Kami menyadari, kita seharusnya tidak bersikap seperti itu. Kami ingin menjadi teman kalian lagi," Malvin menjelaskan, meskipun dalam hati malas."Kami merasa bersalah dan ingin memperbaiki semuanya," Ling-Ling menimpali."Aku senang akhirnya kalian berdua sadar. Aku maafkan kalian, tapi... aku juga ingin sekali berbaikan dengan Rose dan Debora," Leona tersenyum dan mengangguk. Kemudian merenung."Ya, kita harus memperbaiki semuanya bersama-sama," Kevin setuju.K

  • Pelayan Istimewa Suamiku   74. Pernikahan Livia

    "Jadi, untuk apa kalian ke sini?" Tanya Samantha menatap secara bergantian pada para sosok remaja yang terduduk di hadapannya."Ehm, kami... Kami, mau.. " ucap Malvino dengan bingung dan terbata-bata.Ketakutan sebenarnya menyelimuti mereka, telapak tangan mereka mendadak terasa dingin karenanya."Mau apa?" Tanya Ivander dengan tajam dan dengan nada galak."Ayo, cepat katakan!" Ujar Ling-Ling berbisik dan mendesak Malvino."Kau saja!" Balas Malvino juga sama berbisik dan merasa terdesak."Kami bingung hendak menjelaskan bagaimana Nyonya Samantha, Tuan Ivander," ucap Debora segera."Ehm, kami... Kamu datang ke sini hendak berbicara sesuatu," sahut Rose dengan ragu.Ling-Ling segera menyenggol kaki Rose untuk segera mengatakannya, Rose malah kembali mendesak Malvino."Ayo, bicaralah. Waktuku tidak banyak," ucap Ivander mendesak bocah-bocah kecil di hadapannya."Mm, Tuan dan Nyonya. Kami hendak minta maaf," ujar Malvino tapi tidak sanggup berkata lebih lanjut."Minta maaf untuk apa?" Tan

  • Pelayan Istimewa Suamiku   73. Kekecewaan Yang Semakin Bertambah

    Leona duduk di bangku taman, wajahnya dipenuhi raut kesedihan. Kevin, yang selalu setia berada di sisinya, mencoba menghiburnya."Leona, aku tahu semua orang menjauh, tapi aku di sini untukmu," ucap Kevin terduduk di sebelahnya sambil menatap Leona dari samping."Terima kasih, Kevin. Kau selalu ada untukku," balas Leona menoleh pada Kevin dan berusaha tersenyum.Suasana taman sangat sepi dan keadaan seolah kelabu menyelimuti hati Leona."Kevin, apakah benar yang mereka semua katakan padaku? Apakah aku benar-benar seegois itu? Bukankah hal yang wajar, jika aku sebagai seorang sahabat meminta bantuan kalian?" Ucap Leona membela dirinya secara halus."Aku paham, dan aku tidak masalah soal semua itu. Hanya saja, tidak juga berlebihan Leona," jawab Kevin mengangguk, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan rasa tidak enak."Berarti aku salah?""Oh, tidak juga, hehe.""Kevin, kenapa Rose, orang yang paling aku percayai selama ini, tega berbuat seperti itu padaku?" Ucap Leona mer

  • Pelayan Istimewa Suamiku   72. Rencana Yang Sudah Diketahui

    "Dona! Kamu tidak bisa pergi begitu saja! Dona!" Teriak Baba Hong mengejar Dona ke gerbang pintu.Dona terus saja berlari sampai berhasil keluar rumah tersebut, dengan beberapa pelayan dan penjaga heran menatap keduanya. Baba Hong berhasil meraih Dona, dan memeluknya dari belakang."Lepaskan! Aku tidak akan menuntut apapun dirimu! Lepaskan aku!" Pekik Dona seraya berusaha melepaskan diri."Tidak! Jangan pergi, kau akan tetap menjadi istriku, Dona.""Buat apa? Kau sudah ada Livia. Aku cukup sadar diri, kau akan menua bersama Livia.""Aku tahu, Livia hanya mengincar uangku saja. Aku hanya ingin membeli harga dirinya, aku tidak benar-benar mencintainya."Dona berhasil melepaskan pelukannya dari Baba Hong.Plak!Dona menampar Baba Hong dengan sangat kencang, Baba Hong kemudian merasakan pipinya sangat perih dan memerah. Meskipun sudah tua, wajahnya masih terlihat tua dan segar. Sedangkan, Dona sebenarnya cantik. Namun, dia sadar bahwa hati Baba Hong selama ini bukan untuknya. Baba Hong ti

  • Pelayan Istimewa Suamiku   71. Baba Hong

    Leona berjalan dengan percaya diri menuju rumah Baba Hong, menyadari ketertarikan yang dimiliki pengusaha tua tersebut pada kakaknya, Livia. Baba Hong sangat tergila-gila dengan kecantikan yang dimiliki oleh Livia Kakaknya sejak muncul di sebuha majalah.Leona melangkah dengan anggun menuju pintu masuk yang megah. Pintu terbuka luas, mengungkapkan kemegahan rumah Baba Hong. Segera, sekelompok pelayan berdiri dengan sikap hormat."Selamat datang, Nyonya Leona," sapa kepala pelayan dengan ramah."Terima kasih. Saya harap tidak merepotkan. Saya ingin bertemu dengan Baba Hong," jawab Leona sambil tersenyum."Tentu saja, Nyonya. Ikuti saya," kata kepala pelayan sambil memimpin Leona melewati lorong-lorong yang dihiasi dengan lukisan dan hiasan seni yang mahal.Sesampainya di ruang tamu utama, Baba Hong sudah menunggu dengan senyuman hangat."Leona, selamat datang di rumahku yang sederhana ini," kata Baba Hong sambil memberikan salam."Salam, Baba Hong. Terima kasih atas sambutanmu, rumah i

  • Pelayan Istimewa Suamiku   70. Rencana Jahat

    Ivander duduk di samping Samantha di ruang tamu mereka yang nyaman, kegembiraan terpancar dari suaranya."Samantha, Ayahmu memberikan tiket ke Finlandia untuk berbulan madu kita.""Tapi, tanpa tiket pun, kita bisa pergi sendiri, kan?" Samantha tertawa kecil menatap Ivander."Tentu saja. Tapi, apakah di sana kamu punya rumah?""Ayahku telah membelikan rumah di Lapland saat aku pergi dari sini."Ivander mengangguk paham."Kalau bosan dengan suasana di rumahmu, kita juga punya tiket hotel dari Tuan Jackson.""Bagus, Ivander. Aku ingin merasakan suasana baru. Setelah itu, kita pulang ke rumah di Lapland.""Tuan Jackson sangat berharap kita segera memiliki buah hati di rahimmu, sayang. Kita harus berhasil sebelum kembali ke Indonesia," ujar Ivander seraya merapihkan rambut Samantha ke telinganya."Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Kapan kita bisa berangkat?" Tanya Samantha."Aku akan kembali bekerja setelah luka kamu sembuh, satu mingguan, dan kemudian kita bebas pergi ke mana saja.""

  • Pelayan Istimewa Suamiku   69. Pembalasan Leona

    Samantha melangkah pelan di antara lorong-lorong toko yang penuh dengan berbagai kebutuhan rumah tangga. Troli besarnya ditarik dengan cermat, sementara matanya sibuk memilah produk-produk yang akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Saat itulah, tiba-tiba saja, seorang laki-laki asing dengan langkah ringan muncul di sebelahnya. Dengan senyum ramah, laki-laki itu menyapa Samantha."Perlu bantuan? Saya bisa membantu Anda mengambil barang yang sulit dijangkau."Samantha terkejut sejenak, namun senyum lelaki tersebut mampu meredakan ketegangannya."Oh, terima kasih banyak! Saya sebenarnya kesulitan mengambil beberapa barang di rak yang tinggi."Tanpa ragu, lelaki tersebut dengan sigap membantu Samantha mengambil barang-barang yang sulit dijangkaunya. Mereka bekerja sama, dan Samantha merasa bersyukur atas pertolongan yang diberikan."Saya benar-benar berterima kasih, Anda sungguh membantu," ucap Samantha dengan tulus."Tidak masalah, saya senang bisa membantu. Nama saya Ryan, si

DMCA.com Protection Status